Mohon tunggu...
Achmad Nawfal Karim
Achmad Nawfal Karim Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Alumni dari Multimedia SMKN 3 Yogyakarta. menyukai berbagai hal yang menyangkut dengan media. Follow Twitter & IG : Nawfal_04

Selanjutnya

Tutup

Money

Pak Sudiq : "Saya Hanya Minta untuk Dibangun Toilet Umum di Tugu Jogja"

20 September 2015   18:55 Diperbarui: 20 September 2015   19:28 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta, siapa yang tidak tahu tentang daerah ini, daerah yang terkenal dengan keistimewaannya. Daerah ini yang sering disebut dengan istilah Never Ending Asia. Tidak akan pernah cukup untuk menjelajahi indahnya daerah ini jika hanya berkunjung sekali atau dua kali. Karena banyak hal yang akan menarik minat anda di daerah ini, diantara seperti keindahan alam, kesenian yang beragam, dan beragam kuliner tentunya, yang akan membuat anda ingin mencoba semuanya walau perut anda sudah penuh. Masyarakat yang ramah juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung menikmati indahnya daerah ini. Daerah ini juga dikenal karena budayanya, mulai dari tarian hingga alat transportasi seperti becak.

Alat transportasi becak sangat mudah ditemukan di Yogyakarta. Tapi ada yang menarik perhatian saya tentang alat transportasi ini. Selama saya menjelajahi keindahan Kota Jogja, saya melihat banyak sekali tukang becak di sudut-sudut Kota Jogja. Akan tetapi saya jarang sekali melihat para tukang becak ini membawa penumpang. Padahal banyak sekali orang yang berlalu lalang melewati para tukang becak ini. Saat penjelajahan saya sedang di Tugu Jogja, yang merupakan salah satu icon Yogyakarta dan suatu destinasi wajib saat di Yogyakarta, saya pun menghilangkan rasa penasaran saya dengan cara bertanya dan berbincang-bincang kepada salah seorang tukang becak yang sedang duduk menunggu akan datangnya penumpang.

Beliau adalah Pak Sudiq, salah seorang tukang becak yang berada di kawasan Tugu Jogja. Kini umur Bapak Sudiq ini lebih dari 40 tahun. Memang kalau saya perhatikan, kebanyakan tukang becak adalah orang yang usianya tidak bisa tergolong muda lagi. Pak Sudiq ini sudah mulai berjualan jasanya menjadi tukang becak sejak dia remaja, yaitu pada tahun 1979. Saya pun bertanya tentang jarangnya tukang becak yang membawa penumpang. Kemudian beliau pun menjawab, bahwa sepinya penumpang pada tukang becak ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, yang pertama karena telah adanya Busway yang dinamakan dengan Trans Jogja. Faktor yang kedua adalah banyaknya Taksi yang beroprasi di dalam Kota Jogja, dan faktor yang ketiga karena sekarang kepemilikan sepeda motor adalah hal yang lumrah. Pak Sudiq juga menambahkan bahwa sekarang paling tidak, disetiap rumah pasti memiliki minimal 1 sepeda motor. Faktor yang terakhir adalah adanya Becak Motor, atau yang lebih sering disebut CakTor. “Becak Motor itu alat transportasi yang ilegal mas, tapi tetap saja masih banyak yang masih menggunakannya”, kata Pak Sudiq. Pada faktor Busway, Pak Sudiq juga menyayangkan kinerja pemerintah, yang dulu saat akan mengadakan Busway, katanya akan mengadakan pula pangkalan bagi tukang becak, dimana disetiap Halte Busway akan ada 15 becak. Tapi sekarang, hampir disetiap Halte Busway tidak terlihat tukang becak.

Kemudian saya bertanya bagaimana perekonomian Pak Sudiq sekarang sebagai tukang Becak. Pak Sudiq pun menjawab bahwa menjadi tukang becak sekarang sangatlah susah, dan sangat berbeda dengan dulu. “Dulu pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IX, jangankan Taksi, Bis Kota pun susah untuk masuk dan menjual jasanya di dalam Kota Jogja, dimana Becak dan Andong yang leluasa untuk menjual jasanya, karena atas dasar Budaya”, kata Pak Sudiq. Pak Sudiq menambahkan bahwa saat masa pemerintahan Sri Sultan HB IX, setiap hari tidak pernah tidak mendapat penumpang, dan tidak seperti sekarang yang bahkan tiga hari tidak mendapat penumpang juga pernah beliau alami, di samping segala harga kebutuhan yang melambung tinggi.

Di sela-sela pembicaraan tentang sulitnya tukang becak sekarang, tiba-tiba Pak Sudiq menyayangkan lagi kinerja pemerintah, yang membuat saya heran adalah yang disayangkan oleh Pak Sudiq tentang kinerja pemerintah ini bukan cuma untuk para tukang becak, melainkan untuk para wisatawan dan warga di kawasan Tugu Jogja. “Dulu saat diadakan rapat oleh pemerintah, saya meminta untuk dibangun toilet umum di kawasan Tugu Jogja, karena banyak wisatawan maupun masyarakat bingung mencari toilet saat ingin buang air, dan dulu pemerintah juga mengiyakan. Tetapi sampai sekarang belum juga terbangun toilet umum, dan hasilnya beberapa tempat di kawasan Tugu Jogja bau, karena menjadi tempat buang air kecil.” kata Pak Sudiq.

Dari perbincangan dengan Pak Sudiq ini, saya mendapat banyak pengetahuan. Saya berharap Pemerintah lebih memberdayakan alat transportasi Becak atas dasar Budaya dan rakyat kecil. Saya juga berharap supaya pemerintah juga memperhatikan fasilitas umum di tempat kunjungan para wisatawan seperti Tugu Jogja, agar tempat-tempat seperti itu lebih terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun