Mohon tunggu...
KKN UMD 34 Tegalpasir
KKN UMD 34 Tegalpasir Mohon Tunggu... Editor - Creator

www.instagram.com/kkn34_tegalpasir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Adat Osing Kemiren

13 Januari 2021   09:37 Diperbarui: 13 Januari 2021   10:21 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyuwangi - Desa wisata adat Osing berada di desa Kemiren, kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi. Desa Kemiren memiliki luas 177.054 Ha. Dengan jumlah penduduk ± 2500 jiwa. 95% masyarakat yang tinggal di desa Kemiren merupakan suku Osing dan orang Kemiren asli. Suku Osing merupakan suku asli Banyuwangi yang merupakan keturunan Hindu Blambangan yang sudah lama menetap di Kemiren.

Nama Kemiren merupakan kepanjangan dari Kemronyok Mikul Rencana Nyata, prinsipnya yaitu bersama - sama dan gotong royong. Kemiren Berasal dari nama KEMIRIAN (banyak pohon kemiri dan duren) dan sejak itulah daerah tersebut lebih dikenal dengan Kemiren hingga saat ini.

Mayoritas Suku Osing yang tinggal di Kemiren bermata pencarian sebagai Petani, karena sumber air yang melimpah dan luasnya persawahan sepanjang jalan menuju Kemiren. Sistem pengolahan sawah di Kemiren masih secara manual. Bila panen tiba masyarakat melakukan upacara adat dengan memainkan Angklung paglak dan sajian makanan khas suku Osing Pecel pithik.

Dari Pemerintah kabupaten Banyuwangi, desa Kemiren ditetapkan sebagai desa wisata budaya adat sejak tahun 1996. Desa Kemiren menjadi desa tujuan wisata budaya, karena mempunyai keunikan adar, tradisi, kesenian, kuliner, serta pola hidup masyarakatnya yang masih menjaga tradisi yang ada sejak dulu.

Suku Osing mempunyai beragam kesenian yang bisa dijumpai hingga saat ini, seperti seni Barong, Kuntulan, Jaran kincak, Mocopat (membaca lontar kuno), serta Gandrung yang menjadi identitas Banyuwangi. Adat istiadat yang dilakukan orang Kemiren setiap tahunnya yaitu Barong ider bumi dan Tumpeng sewu. Yang setiap tahunnya  masuk dalam kalender Banyuwangi Festival.

Gandrung merupakan kesenian khas yang menjadi ikon dari Banyuwangi. Tari gandrung dibawakan di setiap acara hajatan, panen raya, dan acara seremoni lainnya. Banyak simpang siur mengenai asal mula Gandrung  di Banyuwangi, salah satunya menyebut gandrung muncul setelah kekelahan rakyat Blambangan melawan VOC, yang dimaksudkan untuk memersatukan rakyat Banyuwangi yang tercerai berai. Tarian yang masih beralirang dengan jaipong dan ronggeng ini, dulunya dibawakan oleh laki-laki dengan keliling desa diiringi dengan musik kendang.

Seiring perkembangan zaman dan agama gandrung laki-laki-laki mulai redup, dikarenakan ajaran islam yang melarang bentuk transvetisme, atau berdandan seperti perempuan. Kini Gandrung Banyuwangi ditampilkan oleh perempuan dengan busana penari yang menutupi badan, bawahan, dan hiasan kepala. Bagian badan memakai kain berbahan beludru benang emas dan berselendang. Bagian bawah menggunakan kain batik bercorak gajah oling, dan dengan hiasan kepala semacam makhota bernama omprok.

Keunikan lainnya, mayoritas suku Osing mempunyai tempat tidur (kasur - bahasa jawa) dengan motif dan warna yang sama. Yaitu berwarna hitam dibagian atas dan merah dibagian tepinya. Warna tersebut mempunyai filosofi, warna merah yang berarti penolak balak dan hitam melambangkan kelanggengan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun