Palestina, yang memasuki hari ke-44 telah memakan belasan ribu korban jiwa. Palestinian Central Bureau of Statistic (PCBS) melaporkan bahwa hingga 19 November 2023, jumlah korban jiwa dari masyarakat Palestina mencapai 13.216 orang. Meski begitu, belum ada tanda-tanda gencatan senjata di antara kedua belah pihak.
Perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza serta Tepi Barat,Israel, secara membabi buta, terus melanjutkan serangannya kepada warga sipil Palestina. Sekolah, rumah sakit, fasilitas publik, hingga kamp pengungsian bahkan tidak luput dari sasaran. Di tengah peperangan yang masih berkecamuk, Israel memblokade total Jalur Gaza untuk mencegah bantuan kemanusiaan, seperti obat-obatan, alat kesehatan, makanan, air, dan bahan bakar minyak tidak dapat diterima masyarakat Palestina.
Di tengah situasi panas ini, salah satu taipan terkaya di dunia, Michael Bloomberg, seperti menyiramkan minyak ke api yang tengah berkobar. Mantan wali kota New York, Amerika Serikat, itu secara terang-terangan akan memberikan bantuan setara Rp 690,9 miliar kepada Magen David Adom, sebuah layanan media darurat nirlaba Israel. Bagaimana bisa, Bloomberg yang selama ini menyiratkan sebagai pro isu kesehatan dan kemanusian rupanya ikut memberikan dana bantuan kepada Israel ketimbang Palestina?
"Amerika selalu menjadi teman bagi Israel dan saya terdorong bahwa banyak dari kita yang mengambil tindakan untuk membantu sekutu kita selama masa-masa sulit ini," kata Bloomberg seperti dikutip dari The New York Times, belum lama ini.
Dalam situasi ini, Bloomberg seharusnya melepaskan pandangan politiknya dan lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Jumlah korban yang berjatuhan dari sisi Palestina sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan korban dari Israel, yang menurut keterangan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) mencapai 1.269 orang. Masyarakat Palestina mengalami krisis kesehatan akibat kebijakan blokade yang diterapkan Israel.
"Penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita bersatu dalam mengecam Hamas dan berkomitmen untuk melindungi kesehatan dan keselamatan seluruh warga Israel," katanya. Â
Bloomberg, Sosok Penuh Kontroversi
Michael Bloomberg memang sosok yang penuh kontroversi. Pendiri Bloomberg Philanthropies, Yayasan yang fokus pada perubahan iklim, keamanan senjata, dan kesehatan masyarakat, ini memiliki rekam jejak yang seksis terhadap perempuan.Â
Dalam debat Partai Demokrat untuk Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2020 silam, Senator Elizabeth Warren mengungkapkan banyak kasus pelecehan di kantor Bloomberg namun tidak terekspos ke publik karena para pegawainya dikenakan perjanjian tutup mulut (Non-Disclosure Agreement).
"Dia (Bloomberg) telah membuat sejumlah wanita, lusinan, agar menandatangani Non-Disclosure Agreements pada pelecehan seksual dan diskriminasi gender di tempat kerja," ucap Elizabeth Warren.
Kontroversi lainnya dari sosok Bloomberg adalah sikapnya yang ingin mencampuri kebijakan suatu negara. Belum lama ini, penulis dan mantan wartawan Amerika Serikat Marc Gunther mengungkapkan bahwa Bloomberg mendukung kampanye anti tembakau di 112 negara. Adapun beberapa negara yang menjadi fokus mereka ada pada populasi perokok besar di dunia, diantaranya Tiongkok, India, Bangladesh, dan Indonesia.
Melalui Bloomberg Initiative, Bloomberg setiap tahunnya menggelontorkan dana kepada organisasi-organisasi anti tembakau di Indonesia. Organisasi-organisasi yang membawa agenda titipan asing ini merasuk ke lembaga penelitian, lembaga pemerintah, pengawasan good governance, forum parlemen, lembaga kemasyarakatan hingga keagamaan. Dari tahun 2007 sampai tahun 2015, total dana yang telah dikucurkan Bloomberg Initiative ke lembaga-lembaga anti tembakau di Indonesia saja nilainya cukup fantastis yakni mencapai US$ 7.401.212.
Organisasi-organisasi yang menikmati kucuran tersebut pun nama-namanya sudah dapat di akses dari berbagai sumber. Mereka antara lain: Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Komnas Perlindungan Anak Provinsi Bali, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, No Tobacco Community (NTC), Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Yayasan Pusaka Indonesia, dan Muhammadiyah.
Sasaran utama dari Bloomberg Initiative adalah mematikan industri hasil tembakau di Indonesia. Bagaimana strateginya? Menghadirkan regulasi yang ketat bagi industri hasil tembakau. Saat ini, Kementerian Kesehatan tengah Menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RRP) Kesehatan, yang nanti menjadi produk turunan hukum dari Undang Undang Kesehatan 2023.
Dalam beleid yang tengah disusun itu terdapat sejumlah pasal yang memberatkan industri hasil tembakau. Misalnya Pasal 438 Ayat 1 terkait kemasan rokok yang mengharuskan minimal 20 batang per bungkus, Pasal 152 Ayat 1 dan 2 menyangkut penyelenggaraan produksi, impor, dan pengaturan peredaran produk tembakau serta rokok elektronik. Lalu Pasal 457 yang mendorong alih tanam tembakau kepada produk pertanian lain.
Apakah hanya itu? Tidak. Organisasi-organisasi tembakau juga mengupayakan agar RPP mengatur pelarangan iklan rokok yang jam tayangnya semakin sempit dari semula 21.30 -- 05.00 menjadi 23.00 -- 03.00. Lalu larangan total semua aktivitas di media elektronik dan luar ruang serta kegiatan kreatif, termasuk untuk musik terlepas dari pembatasan umur penonton yang hadir, hingga larangan peliputan tanggung jawab sosial (CSR). Dampak negatifnya tentunya tidak hanya ditanggung sendiri oleh industri hasil tembakau, namun juga industri kreatif nasional.
Para pemangku kepentingan di industri tembakau menolak keras pasal-pasal tersebut. Jika beleid tersebut diimplementasikan maka akan menciptakan "kiamat" bagi industri hasil tembakau, di mana sekitar 6 juta masyarakat di Indonesia menggantungkan nasibnya pada industri ini. Artinya, Pemerintah Indonesia akan menghadapi angka pengangguran yang meningkat, selain terhentinya pemasukan dari penerimaan cukai rokok untuk membiaya belanja negara.
"RPP Kesehatan hanya melihat masalah tembakau dan produk turunannya sebagai masalah kesehatan semata, dan tidak memandang dampaknya dari sudut pandang ekonomi, perdagangan, dan sosial. Kementerian Kesehatan mempertaruhkan masa depan jutaan petani serta ekonomi Indonesia tanpa ada kebijakan dan rencana yang jelas," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sahminudin.
Sudah seharusnya Pemerintah Indonesia bebas dari intervensi asing dalam menentukan arah kebijakan. Jangan sampai negara ini terkena tipu daya Bloomberg yang menyembunyikan wajahnya di balik topeng kemanusiaan. Â Â
Referensi:
https://www.jpnn.com/news/tolak-rpp-kesehatan-petani-tembakau-siap-bergerak
https://www.beritasatu.com/news/57019/ke-mana-saja-dana-bloomberg-mengalir-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H