Mohon tunggu...
Achmad Zulfikar
Achmad Zulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Data, Bola, Astrofisika

Penggemar sepak bola dan NBA. Sedang mendalami data science dan data analysis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mencintai Sepak Bola melalui Data

6 Oktober 2021   15:39 Diperbarui: 7 Oktober 2021   00:05 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh statistik dalam sepak bola. Source:whoscored.com

Kebanyakan orang mengatakan mereka mencintai sepak bola karena dua hal. 

Pertama, mereka menonton secara langsung sebuah pertandingan dan terkesima dengan atmosfernya, dan yang kedua mereka pernah menjadi sang pemain sehingga mereka paham permainannya.

Akan tetapi, saya justru jatuh cinta terhadap olahraga dengan cara yang aneh, yakni dari membaca data statistiknya. 

Keanehan ini bermula di tahun 2008. Saat itu sedang ramai-ramainya ajang Piala Eropa 2008 akan berlangsung. Banyak media yang meliput ajang tersebut, salah satunya ialah koran Jawa Pos yang menjadi langganan ayah saya.

Ketika itu, saya yang masih belum terlalu mengerti tentang sepak bola tertarik perhatiannya dengan satu bundel bertajuk SPORTIVO. 

Bundelan yang dikhususkan untuk membahas olahraga ini kala itu tampak penuh dengan bendera negara-negara yang ikut serta dalam ajang piala Eropa 2008. 

Awalnya mungkin saya hanya berniat menjadikan bundelan tersebut sebagai ajang tebak-tebakan bendeera negara, akan tetapi lama kelamaan saya mulai melihat bagian lain dari bundelan tersebut. 

Saya mulai melihat tabel informasi berkaitan dengan piala Eropa. Saat itu saya mulai menikmati sepak bola di atas kertas. 

Saya mulai menikmati menunggu di pagi hari sebelum berangkat sekolah untuk melihat hasil pertandingan malam sebelumnya, jadwal pertandingan malam mendatang, siapa pencetak gol terbanyak, hingga mengamati klasemen siapa yang harus turun peringkat dan siapa yang berhasil naik.

Tak berhenti sampai di situ, saya perlahan mulai membaca apa yang dibahas di tiap bundel SPORTIVO. Saya mulai belajar memprediksi hasil akhir pertandingan yang akan berjalan dengan melihat rekor pertemuan kedua tim sebelumnya serta bagaimana performa kedua tim di beberapa laga sebelum mereka bertemu.

Saya juga mulai menemukan kesenangan tersendiri melihat bursa taruhan pertandingan yang ditampilkan. Meskipun tidak pernah bertaruh, ada rasa senang tersendiri kalau saya berhasil memprediksi pemenang pertandingan dengan tepat.

Satu tahun kemudian, saya mulai mencoba merutinkan menonton pertandingan sepak bola. Tidak secara langsung di stadion, melainkan menonton via televisi. 

Bukan juga liga top Eropa yang untuk menontonnya harus rela begadang hingga subuh, liga lokal Indonesia yang kala itu bernama Indonesia Super League (ISL) menjadi kompetisi pertama yang saya tonton secara langsung. 

Dari menonton pertandingan tersebut, pandangan baru mulai terbuka. Saya mulai menyadari bahwa banyak hal terjadi di lapangan yang tidak dapat dimuat di atas kertas. 

Bagaimana kegugupan pemain muda yang bermain di hadapan suporter lawan, kelelahan dari pertandingan sebelumnya, penguasaan bola yang secara statistik mungkin terlihat sangat besar namun kenyataannya hanya bermain oper-operan di daerah sendiri, hingga rasa frustasi pemain atas jalannya pertandingan tidak akan tercetak di data statistik.

Kala itu, saya yang baru menduduki kelas 6 SD mulai sadar, sepak bola bukan hanya berdasarkan data, emosi para pemain juga turut berperan di dalamnya.

Beberapa tahun kemudian, ketika era koran digantikan dengan internet, saya menemukan satu sumber statistik lagi, yakni Whoscored.com.

Situs ini memuat statistik yang lebih lengkap lagi, dan mencakup data performa dari tiap pemain. Berapa jumlah umpan yang berhasil dihantarkan, jumlah sapuan bersih yang dilakukan oleh pemain bertahan, berapa km pemain telah berlari sepanjang pertandingan, semuanya berhasil dicatat oleh situs tersebut.

Dengan berbekal situs Whoscored ini, saya mendapatkan pemahaman yang baru lagi dari sepak bola, bahwa tidak semua pemain bagus harus mencetak banyak gol seperti Cristiano Ronaldo, Pandai menggocek layaknya Lionel Messi, atau harus mencetak gol spektakuler ala Zlatan Ibrahimovic. Ada banyak jenis pemain bagus yang terlibat dalam pertandingan.

Lihat saja Andres Iniesta dan Luca Modric. Secara statistik, keduanya tidak banyak mencetak gol atau memberi umpan. Kalau begitu, apa yang membuat mereka menjadi pemain berkualitas?

Jawabannya terletak pada jumlah lari mereka. Kedua pemain ini terkenal sebagai pemain yang tak kenal Lelah, selalu berlari sepanjang 90 menit. 

Namun mereka tidak hanya berlari, melainkan juga berpikir. Mereka akan berlari untuk membuka ruang bagi rekan setimnya, memberikan opsi bagi teman yang sedang menggiring bola, hingga menutup jalur operan lawan. 

Hal-hal ini baru akan terlihat ketika menonton mereka bermain secara langsung ditambah dengan data area lapangan yang telah mereka jelajahi, dan dari situ pemain-pemain ini akan nampak kualitasnya.

Mungkin bagi penggemar sepak bola, menikmati sepak bola seperti yang saya lakukan adalah sesuatu yang aneh. Saya sempat disebut sebagai nerd karena terlihat lebih menikmati data daripada jalannya pertandingan.

Pun sudah banyak yang mengatakan kepada saya bahwa pertandingan sepak bola tidak hanya berkutat di atas kertas.. 

Akan tetapi bagi saya, catatan hitam di atas putih itulah yang membuat sepak bola berkembang, dan karena itulah saya mencintai sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun