Namun, empat tahun setelah kebijakan tersebut dihentikan, tepatnya satu bulan setelah Liga 1 2021 berjalan, saya baru menyadari, kebijakan yang hanya berjalan selama satu musim tersebut ternyata berdampak besar terhadap perubahan peta persebaran asal negara dari pemain asing.Â
Yang paling terlihat dampak dari perubahan tersebut adalah distribusi pemain asing asal Afrika.Â
Sebelum era kebijakan Marquee Player, saya berani menyebut bahwa setiap tim di liga Indonesia mempunyai setidaknya satu pemain asing asal Afrika. Bahkan, ketika tim dari divisi bawah pertama kali naik kasta, pemain asing pertama yang dicari hampir selalu berasal dari Afrika.
Bagaimana tidak, prospek pemain asal Afrika di Indonesia memang bisa terbilang cukup terang. Iklim tropis di kampung halaman mereka yang mirip dengan di Indonesia membuat adaptasi terhadap cuaca jauh lebih cepat dibanding dengan pemain asing lain dari daerah non tropis.Â
Hal ini berpengaruh cukup signifikan, karena perekrutan pemain asing sebelum era Marquee Player masih banyak menggunakan sistem seleksi, sehingga pemain asing yang mampu beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan di Indonesia selama proses seleksi lah yang biasanya dikontrak oleh tim.Â
Selain itu, kurs mata uang serta kualitas liga yang bisa dibilang sama atau lebih rendah daripada di Indonesia membuat harga pemain juga jauh lebih murah.Â
Oleh karena itulah banyak pemain asing asal Afrika yang dapat meraih kesuksesan di Indonesia, seperti Keith ‘Kayamba’ Gumbs atau Greg Ngwokolo yang saat ini berstatus warga negara Indonesia.
Namun, pemain asal Afrika yang saat ini bermain di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Saat ini, nama yang terus konsisten di liga Indonesia adalah Ezechiel N’Douassel.Â
Kapten tim nasional Chad ini total sudah merumput selama empat tahun di Indonesia. Sebelum N’Douassel juga ada nama lain seperti Makan Konate yang sayingnya telah memutuskan pindah ketika liga berhenti akibat virus Covid-19. Akan tetapi, sisa pemain Afrika lainnya mungkin baru merasakan musim pertama mereka di Indonesia.
Jumlah yang menurun drastis tersebut justru berbanding terbalik dengan jumlah pemain asal Eropa yang datang. Hal ini bisa dibilang merupakan akibat langsung yang ditimbulkan kebijakan Marquee Player.Â
Para pencari pemain dari masing-masing tim yang awalnya hanya fokus di kawasan Asia, Afrika, dan mungkin Amerika Latin saja, meluaskan jangkauannya ke kawasan Eropa.Â