Mohon tunggu...
Achmad Irfan
Achmad Irfan Mohon Tunggu... Administrasi - KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam)

Saya Suka membaca dan menulis tentang sosial,politik, Hukum, Ekonomi, Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Festival Masskara, Keramaian dan pesta pora Khas Filipina

23 Oktober 2022   19:05 Diperbarui: 23 Oktober 2022   19:09 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir di setiap negara pasti pernah mengalami krisis moneter, termasuk di Filipina. Berdasarkan informasi dari Kompas. com, Filipina di tahun 1980, harga gula yang menjadi sumber mata pencaharian utama pada titik terendah sepanjang masa, selain  kejadian insiden kapal feri juga terjadi yang menewaskan banyak korban jiwa. 

Filipina termasuk salah satu pengekspor gula terbesar di dunia, bisa di bilang gula merupakan komoditi ekspor andalan Filipina. Tebu merupakan jenis tumbuhan yang mudah tumbuh di berbagai macam jenis tanah berpasir, lempung liat dan dari tanah vulkanik. 

Terdapat 17 provinsi di Filipina sebagai penghasil Gula,  yaitu di provinsi Negros, Luzon, Panay, Mindanao dan beberapa provinsi lainnya. Filipina mencoba untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, sejak tahun 1980 para warga Filipina membanjiri jalanan kota.

 Mungkin itu cara yang khas Filipina, dengan berdansa bersama sambil bernyanyi dengan perasaan suka cita dan berharap semoga musibah yang pernah ada tidak terulang kembali. 

Banyak juga  warga yang memakai topeng tersenyum yang merupakan filosofi masyarakat Filipina dalam menghadapi segala jenis tantangan dan tragedi yang telah terjadi. Kita dapat memetik pelajaran berharga dari Festival Masskara, bahwa jangan terlalu laru dalam kesedihan dan duka yang mendalam. 

Dalam Festival Masskara juga terjalin kekompakan warga Filipina untuk bergandengan bersama untuk segera bangkit untuk kemajuan negaranya. 

Festival tersebut tidak  hanya dihadiri oleh pemuda, tetapi anak-anak dan orang tua ikut turun ke jalan, untuk memeriahkan acara tersebut, tanpa pandang usia dan tanpa pandang kelas ekonomi serta strata sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun