Mohon tunggu...
Achmad Irfan
Achmad Irfan Mohon Tunggu... Administrasi - KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam)

Saya Suka membaca dan menulis tentang sosial,politik, Hukum, Ekonomi, Budaya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Pribadi Naik Kereta Api dari Bocah, Sekolah Sampai Ketemu Jodoh

29 September 2022   09:27 Diperbarui: 29 September 2022   10:18 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kereta api kendaraan umum yang mengasyikan dan seru, sejak masih kanak-kanak saya sudah mengenal kereta api. Teringat waktu pertama kali saya melihat kereta api di Stasiun Tanah Abang, waktu itu tahun 1991, umur saya sekitar 3 tahun. Saat itu saya hanya bisa melihat kereta Api dari jarak dekat, saya sangat senang dan ceria melihat bentuk kereta api yang panjang dan besar, kebetulan saya tinggal di rumah kakek yang jaraknya lumayan dekat sekitar 5 km  ke stasiun Tanah Abang. Sekitar tahun 1994 Ayah saya membeli rumah di Bojonggede, Bogor. 

Dari tahun 1995 saya mulai pindah dari Jakarta ke Bojong Gede. Sejak itulah hampir  dua Minggu sekali saya naik kereta api dari Stasiun Bojong Gede ke Stasiun Gambir yang pada saat itu KRL masih berhenti di Gambir. Saya pulang-pergi naik Kereta Api Bojong Gede ke Jakarta sudah terbiasa, karena Ayah saya  buka usaha warung di rumah kakek saya, sementara itu dari tahun 1995 saya ibu dan adik tinggal di Bojong Gede. 

Suasana naik kereta pada saat itu masih agak berantakan, pedagang, pengemis, pengamen masih bisa menaiki kereta api. Untuk mendapatkan tempat duduk di kereta api pada saat itu sangat sulit, karena belum ada bangku prioritas dan padatnya penumpang kereta api. 

Sekitar tahun 1999-2000, saya sekolah di SMP Negeri 12, Bogor, pada saat itu hampir setiap hari saya makin bersahabat naik kereta dari stasiun Bojong Gede ke Stasiun Bogor, suatu kebanggan untuk saya menjadi pengguna KRL yang mengantarkan saya pulang pergi dari rumah ke sekolah.  Tahun 2000 akhir, saya kembali dan Sekolah di Jakarta. Jadi sekitar Tahun 1995 sampai tahun 2011 masih ada penumpang yang naik di atap kereta api, saking padatnya penumpang KRL saat itu, dan tata tertib PT KAI, banyak penumpang yang melanggar serta kurang tegasnya PT. KAI yang pada saat itu dalam menindak penumpang KRL yang tidak tertib.

Penumpang KRL yang masih naik di atap kereta Api, tahun 2011 (Foto: Tempo, Subeki)
Penumpang KRL yang masih naik di atap kereta Api, tahun 2011 (Foto: Tempo, Subeki)

Bulan Januari tahun 2013, saya mulai bekerja di salah satu Bank ternama di Indonesia, pada saat itu saya masih tinggal di rumah kakek di Tanah Abang, Jakarta. Sebulan sekali kami sekeluarga menengok rumah keluarga yang di Bojong Gede menggunakan KRL Jakarta-Bogor.  

Sejak bapak Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur PT. KAI  tahun 2013, semua sarana dan prasarana kereta api sangat tertata , rapih dan nyaman. Tidak ada lagi pengamen, pengemis, dan penumpang sudah tidak ada yang naik di atas gerbong kereta api. Waktu terus berjalan, pertengahan tahun 2017 saya dan keluarga tinggal di Bojong Gede, Bogor. Sejak saat itu saya pergi dan pulang dari rumah ke kantor dan sebaliknya selalu menggunakan kereta Api dari Stasiun Bojong Gede ke Stasiun Gondangdia yang merupakan stasiun terdekat dari kantor saya yang berada di daerah Kebon sirih, Jakarta Pusat.  

Awal tahun 2018, saya berkenalan dengan seorang wanita, Siti namanya kebetulan satu kantor  sama saya. Setelah saya dapat informasi dari informan mengenai si doi, saya baru tahu rumahnya di Bogor. Semenjak itulah saya mencoba memberanikan  untuk lebih mengakrabkan diri dengan Doi. Setelah dapat respon positif dari doi, saya mulai sering pulang bareng menaiki KRL.

Saya dengan Jodoh saya (Dokpri)
Saya dengan Jodoh saya (Dokpri)

Waktu terus berlalu, sampai 3 tahun kemudian awal tahun 2021, saya menikah dengan istri saya.  Sampai saat ini pun kita masih menjadi anker alias  anak kereta. Sang Kereta api selalu menemani perjalanan hidupku, dengan warna-warni cerita yang mengasyikan dan menghebohkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun