Mohon tunggu...
ikhwan achmadi
ikhwan achmadi Mohon Tunggu... -

Go For the Best Future

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Harapan Orang Tua

14 September 2012   09:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

dengan hati yang resah, ia mempunyai firasat yang tidak baik dan iapun duduk di ruang  guru.  Setelah beberapa menit, iapun keluar dari kantor dengan muka yang kusut tidak punya gairah untuk hidup. Setelah pelajaran usai, iapun langsung pulang dan diperjalanan ia ditanya teman-temannya. “ jo…… mengapa mukamu kelihatan sedih? “ , tapi joko tidak mau cerita pada temannnya. Yemannya mencoba menghibur joko tetapi ia malah lari meninggalkan temannya. “ joko…. Joko…. Joko…. “ seru teman-temannya. Teman-temannyapun heran dengan apa yang terjadi pada Joko.

Setelah sampai dirumah, joko berusaha menenangkan hatinya. Ia mencoba menceritakan dengan tenang kepada kedua orang tuanya setelah hatinya tenang. Setelah pulang dari mushola, ia mencoba menceritakan pada orang tudengan tenang kepada kedua orang tuanya setelah hatinya tenang. Setelah pulang dari mushola, ia mencoba menceritakan pada orang tuanya tentang apa yang disampaikan oleh gurunya. Setelah mereka beanya tentang apa yang disampaikan oleh gurunya. Setelah mereka berbincang panjang lebar, ternyata joko belum membayar uang sekolah selam 6 bulan dan disuruh untuk segera melunasinya karena akan melaksanakan Ujian Nasional. Ayah Joko bersikap tenang dan nyata  Joko untuk sabar, pati Allah akan memberikan jalan keluarnya. Jokopun merenung semalaman tidak bisa tidur.

Pada hari minggu seperti biasa, joko pergi kehutan  dan ia membawa bekal utuk makan siang. Dengan semangatnya ia pergi kehutan dan dalam perjalanan ia merenung ,”bagaimana caranya saya bisa membantu ayanh untuk membayar uang sekolah?”, dia selalu mengulang-ulang dalam hatinya. Sesmpainya dihutan, ia mulai mencari kayu bakar dan saat ia mencari kayu bakar tiba- tiba ada suara yang memanggil namanya,” joko… joko….”, suara itu terdengar sangat nyaring dan berada  dibelakangnya. Jokopun takut karena di hutan rimba dia seorang diri dengan rasa yang amat  takut Ia mencoba menengok kebelakang , ternyata ada seokor kera sedang duduk diatas pohon. Jokopun tidak percaya kalo kera  bisa bicara, kerapun mulai bercakap-cakap dengannya. Pada akhirnya joko disuruh pergi ke sungai di tepi hutan. Jokopun pergi kesana dengan hati yang was-was dengan diikuti kera dibelakangnya.

Sesampainya di sungai kera memerintahkan joko untuk masuk kedakam sungai untuk menggali pasir. Jokopun melakukannya dengan bertanya-tanya untuk apa ini semua ?. tiba-tiba ia melihat pancaran kuning yang keluar dari dalam pasir, iapun mendekatinya dan ternyata merupakan emas batangan. Joko masih belum percaya, ia kembali ketepi sungai dan menyerahkan kepada kera, kerapun berbicara ,”ambillah itu milikmu”. Jokopun sangat bersyukur kepada Allah, ia di beri rizki dan nikmat dari jalan yang ia tidak sangka-sangka. Ia pulng ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga.

Setelah sampai rumah iapun menceritakan apa yang di alaminya kepada kedua orang tua, ibunya pun memeluk Joko dengan erat, Ibunya menangis bahagia. Jokopun mengambil emasnya sedikit demi sedikit untuk di jual dan segera di bayarkan kepada sekolah.Meskipun demikian, Joko masih tetap bekerja keras dan ia selalu berbagi rizki kepada tetangganya, ia tdak sombong dan tidak bermalas-malasan.

Karena Joko akan menghadapi Ujian Nasional, ia mempersiapkannya sejak dini, ia berjanji akan membahagiakan orang tuanya sebelum mereka meninggal dunia meskipun Joko tidak tahu sekalipun akan umur dirinya, tetapi keyakinannya tetap ia bangkitkan. Joko selalau membayangkan bagaimana masa kecilnya ketika ia masih disusui, di gendong, dan di suapin oleh ibu. Joko sangat bahagia  ketika bisa berhasil untuk memberikan senyuman terlebar untuk kedua orang tuanya terutama ibunya.

Joko belum ada pandangan untuk melanjutkan sekolah, karena ia tahu kondisi orang tuanya. Tetapi ia sangat ingin melanjutkan sekolahnya, ia bertekad untuk merubah nasib orang tuanya, ia selalu berdoa kepada Allah, agar memberikan yang terbaik untuk dirinya, ia selalu yakin bahwa Allah akan memberikan  yang terbaik bagi dirinya.

Hari yang din nanti-nantikan akhirnya datang juga yaitu Ujian Nasional. Ia siap untuk menghadapinya, hari demi hari telah berlalu, iapun selalu keluar dari ruangan dengan wjah yang ceria. Dia pasrah dengan apa yang ia kerjakan, setelah ia berusaha dengan semaksimal mungkin. Ia juga tidak lupa untuk shalat malam, dan dia selalu berusaha untuk membantu orang lain.

Hari pengumuman Ujian akhirnya tiba, ia sangat berdebar-debar hatinya, guru pun sudah membawa pengumuman kelulusan Ujian kedalam kelas, dengan  di ikuti orang tua di belakang guru. Teman Joko yang nomor absen satu sudah mulai di panggil namanya, temannya di nyatakan lulus. Joko bertambah berdebar hatinya, Jokopun di panggil dan ibunya maju dengan turut berdebar-debar, “Ya Allah berilah anaku hasil yang terbaik” doa ibu joko dalam hatinya. Setelah melihat hasil pengumuman Jokopun dinyatakan LULUS, ia langsung sujud syukur  dan memeluk ibunya dengan erat ia menagis bahagia, ibunyapun ikut menangis melihat anaknya bahagia.

Joko juga menyandang siswa dengan nilai kelulusan ter baik. Ia berhak untuk melanjutkan sekolah dengan gratis, ia melanjutkan ke pesantren yang di tunjukan oleh gurunya, ia sangat bersyukur bisa melanjutkan ke pesantren.

Dia yakin di setiap kesulitan pasti ada  kemudahan dan di setiap ada kemauan yangb baik pasti ada jalannya. Perjalanan hidup Joko belum berakhir, ia selalu akan mencari ilmu selagi ia masih mampu melaksanakannya, ia mulai mempunyai harapan dan cita-cita yang sebelumnya belum pernah ia cita-citakan, ia ingin melaksanakan ibadah haji bersama kedua orangtuanya selagi masih ada kesempatan dan ia yakin pasti ia bisa selagi masih ada kemauan, usaha dan doa kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun