Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ujian Keimanan dalam Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

23 Mei 2024   16:15 Diperbarui: 23 Mei 2024   16:48 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aghniny Haque sebagai Kiran dalam film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa (dok. MVP Pictures)

"Orang yang suka lakukan ritual ibadah dan terlihat alim, belum tentu bisa bertindak baik apalagi bila hati dan akal masih busuk tanpa memikirkan orang-orang disekitarnya."

      Rabu, 22 Mei 2024 jadi hari tayang perdana untuk film 'Tuhan, Izinkan Aku Berdosa' yang melangkah ke bioskop. Diproduksi MVP Pictures dan Dapur Films, skenario ditulis Ifan Ismail dan disutradarai Hanung Bramantyo. Untuk ceritanya sendiri sudah populer karena film Indonesia ini merupakan adaptasi novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan.

      Sebagai sutradara film religi, Hanung sudah terbiasa buat film-film sejenis seperti Ayat-Ayat Cinta (2008), Doa yang Mengancam (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Sang Pencerah (2010), Cinta Tapi Beda (2012), Ayat-Ayat Adinda (2015), Hijab (2015), Surga yang Tak Dirindukan (2015), dan Mencari Hilal (2015). Ada beberapa film religi yang berhasil mengemas nilai-nilai agama yang sejalan atau tidak dengan karakter maupun pribadi dari sosok yang dianggap taat. Lalu, sereligi apa film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa kali ini?

          Nidah Kirani (Aghniny Haque) mahasiswi miskin dari desa yang taat beragama, cerdas, dan punya daya kritis terhadap kemunafikan. Akrab disapa Kiran, Ia justru terjebak pada aliran agama Islam garis keras di bawah naungan Abu Darda (Ridwan Raoull). Kelompok agama ini menuntut jamaah pada jalan jihad yang diyakini untuk menguji kadar keimanan dari masing-masing individu.

          Iman memang tak hanya sekadar di mulut saja, Kiran mulai jalani cobaan berat saat diminta jadi istri ke-empat dari Abu Darda. Iman Kiran yang masih goyah alias tidak konstan membuat prinsip poligami itu sangat bertolak belakang dengan dirinya.

          Fitnah mulai berdatangan, Kinan mendapat ancaman. Orangtuanya sendiri juga menuduh bahwa Ia terlalu berani lawan ulama yang disegani. Tak henti sampai situ, pelecehan terus merundung Kiran setelah dosen pembimbing dan teman kuliahnya yang taat beragama juga menguji kadar keimanan Kiran.

          Gugatan terhadap Sang Maha Kuasa mulai dipertentangkan. Kiran berpikir untuk maksiat dan asal menjalankan ritual ibadah sebab kadar keimanannya selalu dapat ujian. Dengan permasalahan yang bertubi datang, Kiran habiskan hidupnya pada gemerlap dunia dan umbar nafsu yang sesat. Meski tujuannya mulia yaitu membongkar sifat munafik orang-orang yang keliru akan paham agama dan terus menerus bohongi umatnya.

          Akankah Kiran memaksakan diri untuk tetap kembali pada ajaran agama atau justru Ia terlalu jumawa untuk jerumuskan pemikirannya dan bongkar borok dari orang-orang disekelilingnya yang terjerumus tipu daya nafsu?!

Film religi yang menguras emosi (dok. Dapur Films)
Film religi yang menguras emosi (dok. Dapur Films)

Ya Rabb? Jika pengabdianku pada-Mu justru Kau balas dengan cobaan yang berat, lantas apa cobaan bagi orang-orang munafik yang telah melecehkan perempuan seperti hamba? Lihatlah, ya Allah! Aku akan jadikan tubuhku ini martir untuk mengungkap kemunafikan umatmu yang sok suci itu!

 

          Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa mampu gaet aktor dan aktris berbakat sehingga film religi ini terasa lebih asyik dinikmati. Penampilan dari Aghniny Haque, Andri Mashadi, Donny Damara, dan Djenar Maesa Ayu punya kekuatan karakter yang buat penonton turut merasakan emosi kencang atas apa yang sedang mereka alami. Semua menampilkan akting sesuai porsinya sehingga bisa dengan mudah buat penonton bersimpati.

          Penulis paling suka dengan tokoh Kiran dan Da'rul. Kiran merepresentasi sosok perempuan dengan kerudung panjang yang bertahan hidup atas kecaman dari orang-orang yang selalu mengutamakan nafsu dibalik tameng agama. Sementara Da'rul sebagai gambaran tokoh bercelana cingkrang yang justru bangun motivasi terhadap Kiran. Sifatnya memang alim, tapi punya motif tersembunyi yang juga tak sanggup menahan nafsu dan kuasa atas dirinya. Masing-masing karakter punya pengembangan dan pertentangan dalam diri yang begitu relevan terhadap kondisi masyarakat terkini.

          Penulisan skenario berani menempatkan dialog-dialog yang menentang perintah Tuhan. Begitu juga dengan alur maju-mundur yang membentuk karakter dari masing-masing tokoh membuat penonton paham seperti apa mereka dibentuk atas sesuatu yang diyakini kebenaran atas nama agama. Pilihan shot, scoring, and color grading juga menjadi hal-hal sinematik universal yang bisa diterima jernih dari kacamata penonton.

        Memang ada beberapa pengalaman kurang nyaman untuk adegan penyesalan di atas gunung. Banyak sesuatu yang tiba-tiba muncul sampai terasa dragging menuju akhir film. Meski begitu, isu sensitif yang ditampilkan dalam film ini agak berani menutupi semua kekurangan adegannya.

       Hal-hal yang mengganggu rasanya juga tertutup atas hipnotis akting Kiran yang cantik memainkan sosok muslimah dengan busana syar'i tapi kontradiktif atas sifatnya sehari-hari. Pengalaman penulis nonton film religi ini begitu mengaduk rasa dan mengolah emosi. Pelecehan seksual, eksistensialisme, sampai agama yang dipandang radikal terbungkus dalam film layaknya ujian hidup yang mengukur kadar keimanan tiap individu.

       Belum lagi saat lihat runtut kejadian dari si peran utama yang paling berkamuflase dalam kehidupannya. Ia berjuang melawan orang alim yang suka pakai dalil agama. Orang-orang tersebut justru akhlaknya tampak lebih rendah saat berhadapan dengan perempuan karena nafsunya. Apalagi Kiran berhasil menipu atas penampilannya yang membuat penonton tegang saat beradegan ranjang. Lawan mainnya, karakter Alim Suganda pun menyentil sosok politikus yang mengidap masokisme seksual. Jangan heran kalau film terbaru ini diganjar dengan rating 17+.

Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa sedang tayang di bioskop (dok. MVP Pictures)
Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa sedang tayang di bioskop (dok. MVP Pictures)

       Bila Kompasianer masih harus mencari jati diri, maka film religi ini bisa dijadikan referensi untuk lebih berhati-hati terhadap orang yang kita temui. Kita akan terbelalak bahwa tak semua orang bisa dinilai dari penampilan yang syar'i saja, tapi ada tindakan lain yang seharusnya membentuk kepribadian masing-masing. Untuk paham karakter manusia, berinteraksilah dengan baik. Biar bagaimanapun kita harus tetap jadi orang baik, walau selalu bertemu dengan orang yang tidak baik. Inilah ujian keimanan yang harus ditempuh dalam Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa yang baru saja tayang di bioskop Indonesia. Selamat menyaksikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun