Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Rindu Takbir Keliling di Tebing Tinggi

25 April 2023   23:44 Diperbarui: 25 April 2023   23:45 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi yang paling dirindukan dari kampung halaman (desain pribadi)

"Rindu kumpul bersama. Kangen masa dimana semua masih bisa berdiri tegak dengan kondisi yang sehat. Kini, semua telah berbeda karena handai taulan harus meninggalkan dunia satu per satu. Aku dan sanak saudaraku yang lain pun saling terpisah jarak.

      Penulis memang bukan bagian dari anak rantau karena dibesarkan di Jakarta. Almarhum papa yang berasal dari Betawi bisa dibilang tak punya kampung halaman sama sekali.  Untungnya mama ku berasal dari Tebing Tinggi, Sumatera Utara sehingga aku masih punya kampung halaman yang bisa disinggahi saat momen lebaran. Tapi, aku pun harus memilih untuk menahan rindu takbir keliling di kota tebing tinggi untuk lebaran tahun ini.

     Kerinduan. Itulah yang sedang aku rasakan malam ini. Terlebih, aku sudah lama tidak pulang ke kota Tebing Tinggi dan sudah lama tak bertemu dengan keluarga besar. Kalau mama justru memilih lebaran di kampung halaman tahun lalu, sementara diriku masih terbentur waktu untuk sampai ke tempat itu.

     Mengeluh atas rindu yang tak terlampiaskan hanya akan membuat hidup makin tertekan. Aku lebih pilih untuk mengenang, momen apa saja yang biasa dilakukan saat berlebaran di Tebing Tinggi. Selain tradisi Idulfitri di Tebing Tinggi dengan ragam kuliner yang beda, aku dan keluarga pernah ikut takbir keliling di kota tersebut.

     Malam takbiran jadi tradisi jelang hari raya lebaran. Kalimat takbir bergema tak hanya sekadar keluar dari toa masjid saja. Di beberapa jalan kota Tebing Tinggi biasanya semua warga ikut pawai atau sekadar menonton dari pinggir jalan. Kalimat takbir seperti 'Allahu Akbar!' sebagai bentuk pengagungan akan kebesaran Allah diteriakkan. Seketika itu pula aku sering sadar, bahwa diriku tak ada apa-apanya di dunia ini karena semua yang telah diciptakan hanya milih Allah SWT.

     Ungkapan takbir yang membawa kesadaran akan fitrah kita sebagai manusia ternyata kembali menggema di Kota Tebing Tinggi untuk sambut Idulfitri tahun ini. Peserta pawai mengawali takbir keliling dari rumah dinas walikota di Jalan Dr. Sutomo dan berlanjut ke Jalan Imam Bonjol, Simpang Medan, Jalan HM. Yamin, Simpang Kampung Keling, Jalan Taman Bahagia, Simpang Ramayana, Jalan Sudirman, Jalan Simpang Empat, Jalan Suprapto, dan berakhir kembali ke rumah dinas pejabat tertinggi di kota itu. Tradisi takbir keliling tahun ini pun meriah karena sempat terhenti setelah 3 tahun pandemi Covid-19.

     Tak hanya jajaran dari Pemerintah Kota yang biasanya ikut serta dalam takbir keliling. Ada juga Kapolres, Perwakilan KemenAg, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan tokoh agama. Bahkan, tahun ini peserta pawai diikuti 30 unit mobil hias, 500 unit sepeda motor, dan 70 unit becak dari berbagai kecamatan. Ribuan masyarakat pun berbondong-bondong turun ke jalan mengumandangkan takbir untuk menunjukkan bahwa tak ada satu kekuatan pun yang lebih besar daripada keagungan Tuhan.

Suasana Takbir Keliling di Tebing Tinggi (dok. Media Tebing Tinggi)
Suasana Takbir Keliling di Tebing Tinggi (dok. Media Tebing Tinggi)

     Aku memang tak bisa ikut langsung merasakan suasana takbir keliling di kota Tebing Tinggi. Setidaknya, aku bisa meresapi kembali seperti apa makna dari setiap bacaan takbir atas apa yang telah kita ucap:

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd (3X). Allahu Akbar Kabiran, wal Hamdu Lillahi Katsira, wa Subhanallahi Bukratan wa Ashilan, La Ilaha illallah wa La Na'budu Illa Iyyahu Mukhlishina Lahuddina Walau Karihal Kafirun. La ilaha illallah Wahdah, Shadaqa Wa'dah wa Nashara 'Abdah, wa Hazamal Ahzaba Wahdah. La ilaha illallah.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya (3X). Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah.

     Tradisi yang dirindukan dari kampung halaman ini kembali terefleksikan. Seharusnya lebaran bukan hanya tentang malam takbiran, jabat tangan, pulang ke kampung halaman, atau hari yang mana kita mengingat banyak sekali kenangan. Lebaran ini harus jadi momentum memaafkan diri sendiri. Memaafkan apapun yang menjadi kesalahan kita selama ini. Membuat diri kembali ke fitri agar lebih banyak garis hidup yang kita torehkan dengan rapi.

4 orang dalam foto ini telah tiada. Hanya tersisa rindu dan kenangan dari kampung halaman saat lebaran (dokpri)
4 orang dalam foto ini telah tiada. Hanya tersisa rindu dan kenangan dari kampung halaman saat lebaran (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun