Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Film Rindu Kami PadaMu, Film Religi yang Penuh Haru

5 April 2023   23:58 Diperbarui: 6 April 2023   00:12 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga tokoh utama dalam Film Rindu Kami PadaMu (dok. SET Film Workshop)

Rindu kami PadaMu, Ya Rasul

Rindu tiada terperi

Berabad jarak dariMu, Ya Rasul

Serasa dikau di sini . . .

Lagu berjudul Rindu Rasul yang diciptakan Sam Bimbo dan Taufik Ismail terdengar haru saat aku nyanyikan pada Ramadan tahun ini. Momen Ramadan apalagi lebaran yang kita rasakan tanpa kehadiran orang-orang terkasih akan menyisakan perasaan rindu teramat dalam. Apalagi kalau kita belum sempat pulang ke kampung halaman. Aku pun memutuskan kembali nonton film Indonesia dengan genre religi bertajuk Rindu Kami PadaMu yang pernah rilis tahun 2004an.

Film berdurasi 1 jam 27 menit ini punya misi dakwah yang tidak mendoktrin. Cerita film lebih menekankan pada seperti apa tiap individu memaknai kerinduan dan berupaya menemukan cintanya masing-masing dengan kisah yang begitu sederhana. Penulis memutuskan nonton film religi ini melalui platform streaming Disney+ Hotstar dengan langganan paket bulanan via aplikasi MyTelkomsel.

Sisi kerinduan yang diimplementasikan oleh Garin Nugroho sebagai sutradara fokus pada tiga orang anak yang tinggal di sebuah pasar kecil Jakarta. Mereka punya eksplorasi rasa rindu yang mendalam dengan latar cerita masing-masing. 

Ada Rindu (Raisa Pramesi) gadis kecil tuna rungu yang rumahnya pernah digusur. Ia pun tak sempat bertemu lagi dengan abangnya karena saat itu abangnya repot mengurus kubah masjid. Ada Bimo (Sakurta Ginting) yang rindu dengan sosok ibunya dan harus menjadikan telur ayam sebagai sahabatnya kini. Ada Asih (Putri Mulia) yang menanti kehadiran ibunda tercinta di sampingnya, sampai Ia tak rela sajadah Ibunya ditempati orang lain saat salat berjamaah.

Mereka tak hidup sendiri di pasar tradisional itu. Sosok pendamping juga hadir menemani mereka dengan keresahan masing-masing. Rindu menjadi anak angkat dari seorang pedagang yang kerap disapa Ibu Imah (Neno Warisman). 

Bimo harus ikut menjual telur bersama Seno (Fauzi Baadila) setelah kedua orangtuanya meninggal. Sementara Asih tinggal bersama ayahnya Pak Sabeni (Jaja Miharja) yang terus memperbaiki diri di masjid pasar untuk bertaubat setelah melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Beberapa karakter lain pun dihidupkan untuk menambah semarak kehidupan pasar khas rakyat jelata. Sebut saja guru ngaji bernama Pak Bagja (Didi Petet) yang selalu berharap supaya masjid di pasar punya kubah. 

Selain itu, hadir juga si cantik (Nova Eliza) sebagai anak rantau yang baru dapat pekerjaan dan memutuskan untuk tidak pulang ke kampung halaman saat lebaran. Si cantik ini dianggap Bimo sebagai pengganti ibunya yang telah tiada, kamar kost'nya kerap didatangi Bimo untuk sekadar masak mi instan.

Salah satu adegan Pak Bagja merindukan makan bersama istrinya (dok. Digilib UIN)
Salah satu adegan Pak Bagja merindukan makan bersama istrinya (dok. Digilib UIN)

Momen rindu mampu dibentuk masing-masing karakter secara umum dengan latar belakang yang berbeda tapi punya premis sama dalam film islami ini. Persoalan hidup yang kadang lucu atau ada saja masalah setiap hari diangkat melalui adegan keseharian yang cukup relevan pada masanya. Seperti apa kehidupan rakyat jelata saat berada di bulan Ramadan sampai jelang lebaran itu tiba.

Beberapa kelas sosial lain juga dihadirkan mewarnai film. Ada Budi (Reza Bukan) yang berasal dari etnis Tionghoa, tapi kehidupannya terlihat melarat di pasar. Tampil juga Pak Sentosa (Arswendi Nasution) dan anak perempuannya Fara (Yoellita Palar) dengan fragmen konflik hubungan anak dan orangtua yang kurang kasih sayang. Terlalu banyak hal-hal yang ingin ditampilkan tersebut membuat film ini keteteran untuk beberapa adegan dan sengaja tak dituntaskan.

Momen-momen Ramadan seperti sahur atau buka puasa pun rasanya tidak ditonjolkan sebagai ritual-ritual keagamaan yang lumrah. Belum lagi akhir cerita yang membuat semua tiba-tiba begitu bahagia menemukan cintanya. Armantono dan Garin Nugroho yang menulis skenario film ini sepertinya memang hanya ingin mengungkap sisi kerinduan dari sudut pandang hal-hal yang lebih manusiawi saja.

Untung saja deretan pemeran yang sudah sering berakting di panggung teater mampu menampilkan karakter secara natural. Dialog dan tingkah lakunya mengajak penonton masuk ke dalam pasar yang penuh sekali cerita seperti opera sabun di televisi. Aku paling suka dengan karakter Bagja yang lucu dan identik dengan mikrofon atau toa masjid sehingga terlihat bersahabat serta mendalami perannya.

Kejadian-kejadian aneh, lucu, sampai sedih membuat film ini membingkai sudut pasar Jakarta, meski syutingnya dilakukan di Jogja. Budi Riyanto Karung sebagai penata artistik (art director) meraih predikat Penata Artistik Terpuji pada ajang Festival Film Bandung (FFB) 2005. Ia mampu mengatur interaksi sosial di pasar tradisional yang apa adanya sehingga atmosfer visual begitu terasa membumi. 

Representasi penempatan tata kamera pun mampu menangkap detail-detail ekspresi kerinduan dari tiap karakter dan polemik di pasar yang penuh dengan kerumunan. SET Film Workshop piawai memanfaatkan latar tempat dan sinematografi untuk angkat kelas bawah dalam format layar lebar.

Dari sisi audio, hiruk pikuk pasar tradisional juga berhasil menghidupkan suasana. Ilustrasi musik yang diaransemen Dwiki Dharmawan menyusun tangga nada untuk mengiringi adegan kerinduan dengan penuh kesyahduan. Layak bila piala Festival Film Bandung 2005 berhasil dibawa pulang olehnya untuk kategori Penata Musik Terpuji.

Pendekatan kemanusiaan dalam tiap momen kerinduan membawa film Rindu Kami PadaMu mendapat pengakuan dari para penikmat film mancanegara. Beberapa penghargaan diperoleh seperti Best Asia Film 7th Osian's Cinefan -- Festival of Asian and Arab Cinema (2007), Film Terbaik Cinemaya Film Festival India, dan diputar pada Festival Film Internasional San Francisco (SIFF) ke-48. Film ini memang dianggap tontonan sekaligus tuntunan dengan konsep sederhana.

Sosok-sosok yang dirindukan memang tiba-tiba saja akan membawa kita pada momen nostalgia jelang lebaran. Kesepian tak bisa dibiarkan. Untuk bertumbuh besar, kita harus punya sosok pendamping atau setidaknya ada yang menemani. 

Film religi berjudul Rindu Kami PadaMu telah membungkus spiritualitas dengan kedalaman ragam majemuk yang tidak dangkal. Sisi humanisme yang haru akan mengajak penonton untuk menemukan makna rindu kepada sesama dan juga terhadap Sang Pencipta.

Cinta ikhlasmu pada manusia

Bagai cahaya surga

Dapatkah kami membalas cintamu

Secara bersahaja

Poster Film Rindu Kami PadaMu (dok. SET Film Workshop)
Poster Film Rindu Kami PadaMu (dok. SET Film Workshop)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun