Pengalaman nonton di bioskop sangat berbeda dengan nonton di rumah. Kalau di rumah, Kompasianer bisa sambil rebahan di atas kasur. Sementara saat di bioskop, aku memilih nonton sambil selonjoran. Jelaslah sebab aku nonton film Ant-Man and the Wasp: Quantumania yang terbilang baru dirilis di studio Prestige yang berada di Local Cinema Fatmawati, Jakarta Selatan.
   Jaringan bioskop lokal yang bergelimang fasilitas nyaman ini mesti Kompasianer datangi. Local Cinema bagai hidden gem yang diminati netizen terkini. Lokasi strategis yang berdekatan dengan stasiun MRT Cipete Raya membuat terjangkau bioskop lokal yang berada di lantai 3F Lotte Mart Fatmawati.
  Meski berada didalam pusat perbelanjaan, bioskop ini menempati satu lantai. Dahulu, bioskop ini dikenal dengan nama LotteCinema Fatmawati. Berhubung kepemilikannya sudah bukan hak milik orang korea, tapi ada warga lokal yang mendanai bioskop ini, maka perubahan nama dilakukan menjadi Local Cinema sejak 15 Februari 2023.
  Saat bioskop ini melakukan re-branding, pelayanannya makin prima dan tak kalah saing dengan jaringan bioskop lain. Ternyata, para pegawai Local Cinema memang jebolan dari bioskop CGV. Makanya saat bioskop ini mau beroperasi kembali, para pegawai sudah beradaptasi dengan cepat dimulai tepat pada 5 Desember 2022.
  Selama menonton film di Local Cinema, aku rasakan pengalaman sinematik yang berbeda. Aku pilih studio prestige dengan fasilitas kursi atau tempat duduk yang bisa diatur posisinya. Harusnya ditambah selimut nih, biar makin nyaman nontonnya. Cuma hati-hati ketiduran saja kalau filmnya membosankan.
  Hal lain yang membuat aku terkejut. Local Cinema menawarkan tiga pilihan studio. Mulai dari studio prestige, studio regular, sampai studio CineKids. Tentu berbeda dari segi harga tiket, jenis kursi, dan kapasitasnya.
  Untuk studio regular Cinema 1 dan 2 sudah bisa menampung kapasitas 206 penonton sementara Cinema 3 masih 145 penonton pada satu kali penayangan film. Sementara Prestige ada 50 kursi penonton dan CineKids ada 152 kursi yang disediakan untuk anak-anak yang mau menonton film favoritnya. Meski ketiga kapasitas studio beda, ukuran dan jenis screen atau layar tetap sama yaitu Silver Screen. Begitu juga kualitas audio dari tiap studio sudah menggunakan Dolby 7.1.
  Bila menunggu pintu studio dibuka pun, Kompasianer tak akan bosan. Sebab ruang tunggu atau lobinya terpampang jelas lega dan megah. Kala memasuki Local Cinema, aku berujar dalam hati "Cocok sekali kalau gelar event atau kegiatan terkait perfilman di tempat ini"
  Usut punya usut, Mbak Tiara selaku perwakilan dari Local Cinema juga mengatakan "Berhubung lobi dan koridor Local Cinema besar, kami sebenarnya lagi mengajak beberapa UMKM yang mau open booth untuk jualan disini dan Local Cinema juga terbuka bagi para pelaku industri film nasional yang mau buat acara di tempat ini karena kami selalu mendukung hal-hal yang konsepnya bersifat kearifan lokal"
  Hal lain yang membuat beda Local Cinema yaitu jenis makanan khas bioskop seperti pop corn yang dijual ada 8 rasa. Kalau tidak suka nonton, bagi Kompasianer yang mau icip pop corn juga bisa langsung datang ke Local Cinema. Duduk manis di lobi sambil dengar sayup-sayup alunan musik bisa memuaskan hati sejenak.
  Sentuhan warna dinding hitam mengelilingi ruangan lobi masuk bioskop yang lapang. Pengunjung bisa anteng duduk sambil menunggu film pilihannya diputar. Sound yang kencang membuat suasana Local Cinema lebih hidup.
  Pilihan film yang tayang dari Local Cinema pun akan memprioritaskan beri jatah layar bagi film-film nasional terlebih dahulu. Setelah itu, baru memberi porsi pada film asing yang masuk top box office. Makanya, judul-judul filmnya selalu diupdate melalui akun media sosial instagram @localcinema.id atau penonton bisa datang langsung dan lihat poster film berbingkai apa saja yang sudah terpasang di dinding. Bagi komunitas atau para pelaku film independen juga bisa memutarkan karya film pendeknya disini, syaratnya asal sudah mengantongi izin dari Lembaga Sensor Film (LSF).
  Selain fasilitas-fasilitas tersebut, tempat sampah, toilet, dan musala juga tersedia di Local Cinema. Tempat sampah ditempatkan pada pintu keluar setiap studio. Sementara toilet berdekatan dengan musala dan tempat salatnya pun dipisah antara pria dan wanita. Sungguh! Fasilitas bioskop yang lengkap.
  Ke depan, Local Cinema sedang kolaborasi dengan beberapa sekolah untuk nonton film bertema pendidikan supaya para pelajar bisa menikmati hiburan tanpa batas. Faktanya, Local Cinema juga lebih ramai dikunjungi kalangan pekerja atau pelajar saat weekdays dibanding akhir pekan. Rasanya, aku pun sudah terpikat untuk kembali nonton ke destinasi ini.
  Semoga jaringan bioskop Local Cinema juga bisa buka cabang di kota-kota terpencil di Indonesia. Biar jangkauan karya film yang diputar dalam bentuk layar lebar makin meluas. #SupportLocalCinema
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H