Gadis: "Iya. Disini ada paket bantuan sahur, paket bantuan Nuzulul Qur'an, dan paket bantuan Ifthar Ramadan. Mas bisa pilih mau berdonasi dengan paket yang mana."
Aku: "Oh.." (Ekspresiku makin bingung karena aku sama sekali tak mengenal orang ini dan uangku sepertinya tersisa hanya Rp 200.000 di dompet). "Eh, tunggu sebentar ya. Aku ke dalam kamar dulu"
Sampai di kamar, aku jadi bingung sendiri. Aku hanya memegang uang tunai senilai itu. Lagipula, aku agak ragu sebab tak mengenal sosok gadis ini sebelumnya. Aku sempat ingin menyuruhnya pergi saja. Tapi, begitu aku lihat isi proposalnya. Ternyata, yayasan ini cukup bonafide dan layak dibantu. Pikiran positifku mulai muncul sehingga aku pikir aku bisa bersedekah meski hanya sedikit sisa uang yang dipegang.
Awalnya, aku hanya ingin memberi setengah dari sisa uangku yang ada di dompet. Aku tak mau pegang dompet dalam keadaan kosong sama sekali. Khawatir ada keperluan lain yang mendadak. Namun, otakku mengatakan "Mau sedekah kok setengah-setengah, bulan Ramadan ini kan jadi waktu yang tepat untuk melipatgandakan pahala"
Aku keluar kamar dan menemui gadis itu di ruang tamu.
Aku: "Hmm.. Ini ada sedikit sedekah dari aku. Mungkin bisa menambah keperluan untuk kegiatan di Yayasan"
Gadis: "Alhamdulillah.. Semoga Allah SWT mendatangkan lebih banyak rezeki buat Mas. Sebentar ya, saya buatkan kwitansinya."
Aku: "Eh, ga usah. Ini kan sedekahnya sekadar saja. Jadi, cukup Allah yang mencatat"
Gadis: "Bukan seberapa besar atau kecil yang diberi. Ini buat keperluan kami sebagai bentuk pertanggungjawaban ke pengurus lain"
Kwitansi selesai ditulis dan diberikan kepadaku. Gadis itu pamit dan aku kembali lagi melanjutkan buka laptop buat menyelesaikan deadline pekerjaan. Waktu pun terus berputar.
Tiba-tiba ada pesan masuk via emailku. Ada informasi yang menawarkan bahwa aku bisa ikut project menulis tentang suatu brand/merek. Honor dari project menulis yang ditawarkan, jumlahnya tiga kali lipat lebih besar dari apa yang aku sedekahkan tadi.