Bahkan saat momen salat Jumat, biasanya jalan utama sengaja ditutup untuk mempersilakan umat muslim menunaikan ajaran agamanya. Beberapa aparat keamanan yang beragama Katolik juga terlihat menjaga masjid saat ibadah salat berlangsung. Maka, momen toleransi mana lagi yang tak indah ketika masing-masing individu merasa aman dan nyaman menjalani keyakinan agamanya masing-masing.
Penguatan sikap tolerasi beragama sejatinya memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia juga mencapai kemerdekaan karena persatuan umat beragama yang menjadi pelopor. STOP! Aksi teror yang memicu banyak reaksi dari masyarakat.
Toleransi sejatinya mengantarkan antar iman untuk membuka diri dan menerima semua perbedaan yang tercipta. Tanya kembali ke dalam diri, sudah punya sikap toleran kah kita? Introspeksi diri dan kembali refleksi tentang segala aktivitas dalam keseharian. Coba resapi lagi, seperti apa kita memandang seseorang yang beda keyakinan.
Langkah sederhana yang bisa dimulai di bulan Ramadan ini, yaitu kita bisa berteman dengan ragam agama yang membuat hidup terasa lebih indah. Indonesia kan sudah dikenal dengan keragamannya. Suku, agama, bahasa, ras, budaya, dan adat istiadat tak boleh dijadikan stigma. Perbedaan atas keyakinan terhadap sesuatu menjadi keniscyaan yang bisa ditemui tanpa pandang bulu.
Saring sebelum sharing atas semua bentuk informasi yang sifatnya mendiskreditkan suatu golongan atau sengaja menyebarkan ujaran kebencian untuk memecah belah persatuan dan kesatuan umat beragama. Apapun bentuknya, hate speech tidak dibenarkan untuk disebarluaskan. Redam intoleransi dan mulai dari dalam pikiran untuk ciptakan kedamaian. Inilah catatan kisah toleransiku untuk Ramadan penuh kebaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI