Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lestari Budaya Warisan Leluhur dari Papua

5 November 2021   19:45 Diperbarui: 4 Desember 2021   09:50 6302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Kamoro, Lokasi Hutan Kota by Plataran | Dokumentasi pribadi

"Budaya kita memang beda, tapi kita harus saling melengkapi karena KITA itu INDONESIA"

Indonesia punya keanekaragaman suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Pluralitas tersebut diusung dengan tradisi budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.

Salah satunya, budaya dari ujung timur Indonesia, Papua. 255 suku asli Papua tentu punya cerita tersendiri. Dari ratusan suku tersebut, penulis mulai kenalan dengan Suku Kamoro.

Penulis mengetahui Suku Kamoro pertama kali sejak menonton film pendek bertajuk Maramowe (The Kamoro Carver).

Film pendek ini bisa ditonton melalui kanal YouTube, Maramowe Foundation. Karya film tersebut juga sempat masuk kurasi nominasi film pendek untuk Festival Film Indonesia (FFI) 2019.

Film bercerita tentang seorang anak lelaki bernama Timotius Emaru yang menjatuhkan ukiran milik bapaknya. Sejak saat itu, Ia dihantui perasaan bersalah.

Di sisi pergaulan, Timo mulai digoda oleh teman-temannya untuk menggunakan teknologi seperti handphone. Kemajuan zaman yang pesat membuat generasi muda di Papua meninggalkan tradisi budayanya.

Berbagai cara dilakukan Timo untuk lari dari masalah hidup yang dihadapi. Lama-kelamaan, Ia mulai berupaya kembali menekuni tradisi budayanya, salah satunya dengan belajar untuk mengukir.

Kerja kerasnya berhasil membawa karya ukirannya pada salah satu pameran budaya di Swiss saat Timo beranjak dewasa.

 

Ukiran khas Suku Kamoro (dokpri)
Ukiran khas Suku Kamoro (dokpri)

Dari film tersebut, aku melihat bahwa budaya Kamoro memang harus dipertahankan di tengah deras arus modernisasi. Seorang anak lelaki dari suku Kamoro merasa dibimbing roh leluhurnya untuk kembali memuliakan adat istiadat suku Kamoro dalam ukiran.

Nenek moyang Suku Kamoro selalu dianggap berasal dari pengukir sehingga generasi penerusnya juga harus menjadi sang pengukir.

Ukiran dianggap identitas dari Suku Kamoro karena jiwa semangat dari seorang pengukir terkandung di dalam ukiran yang dipahat.

Para pemuda Suku Kamoro sering berkata "alam itu tubuhku dan jiwa adalah alamku". Suku Kamoro memang dikenal karena cara hidupnya yang semi nomaden. Mereka jago berburu, mengukir, dan menganyam.

Generasi muda Suku Kamoro punya komitmen untuk terus melanjutkan warisan budaya leluhur. Mereka sadar bahwa suatu budaya dalam masyarakat rentan mengalami kepunahan.

Suku Kamoro ini tinggal di wilayah pesisir selatan Pulau Papua, tepatnya di Kabupaten Mimika.

Keseharian mereka yaitu memangkur sagu di dusun (hutan sagu), menangkap karaka (kepiting bakau) di mangi-mangi (hutan mangrove), dan menjaring ikan atau udang di kali (sungai). Sagu, sampan, dan sungai jadi kesatuan yang tak bisa lepas dari kehidupan suku Kamoro.

Dalam bidang seni dan budaya, keahlian Suku Kamoro juga terbukti. Mereka pandai mengukir dan membuat perahu. Dalam tradisi Kamoro, ukir menjadi keahlian sakral yang diwariskan secara khusus melalui garis keturunan.

Selain itu, ukir dianggap semacam doa atau meditasi yang menghubungkan batin pengukir dengan ingatan terhadap alam serta leluhurnya. Beberapa ukiran hanya bisa dibuat sekali untuk kebutuhan upacara adat dan perlu ritual khusus sebelum proses kreatifnya berlanjut.

Jenis-jenis ukiran yang dibuat Suku Kamoro beraneka ragam. Ada Mbitoro (patung leluhur saat ritual adat Karapao), Wemawe (patung manusia), Yamate (perisai), Po (dayung), Eme (tifa atau gendang), dan Tombak.

Semua ukiran tersebut sering dipajang dalam pameran budaya. Beberapa diantaranya juga diperjualbelikan sebagai cendera mata.

 

Ukiran Suku Kamoro yang dibuat menyerupai hewan (dokpri)
Ukiran Suku Kamoro yang dibuat menyerupai hewan (dokpri)
Akhirnya, penulis menemukan pameran di Jakarta sebagai tempat hasil buatan tangan dari Suku Kamoro. Ada ukiran dan anyaman yang mempesona indahnya dibuat dari tangan-tangan terampil masyarakat Papua.

Eksistensi Suku Kamoro pun terlihat tanpa batas dengan daya kreatif dan inovatif yang bisa melestarikan warisan budaya bangsa.

Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 hadir sebagai wujud kolaborasi pelestarian tradisi budaya Suku Kamoro. Digagas Plataran Indonesia, PT Freeport Indonesia, dan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe acara ini sukses terselenggara di Hutan Kota Plataran, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.

Pameran budaya diadakan selama 3 hari, tanggal 27-29 Oktober 2021 dengan mengusung tema "Untukmu Papua, Saudaraku"

 

Kamoro Art & Exhibition Sale 2021 (dokpri)
Kamoro Art & Exhibition Sale 2021 (dokpri)
Kamoro Art & Exhibition Sale 2021 (dokpri)
Kamoro Art & Exhibition Sale 2021 (dokpri)

Teropong Papua dari Kacamata Budaya

 

Miniatur Kamaiku (perahu panjang Suku Kamoro -- dokpri)
Miniatur Kamaiku (perahu panjang Suku Kamoro -- dokpri)

Penulis berkesempatan hadir di hari kedua pameran budaya. Saat itu, pameran bertepatan dengan momen Sumpah Pemuda.

Ada pilar alam, pilar budaya, dan pilar masyarakat yang berkelanjutan dalam nuansa acara tersebut. Pengunjung Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 tak hanya bisa melihat atau membeli berbagai hasil karya seni Suku Kamoro, tetapi juga mengikuti sesi dialog seni.

Penulis ikut serta dalam sesi "Pemuda dalam Gerakan Pelestarian Budaya". Talkshow yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube PT Freeport Indonesia membahas keragaman budaya beserta keunikannya untuk dijadikan aset bangsa yang berharga.

Hadir sebagai pembicara Hendrikus Wiriyu (Seniman ukir kayu dari Kamoro), Billy Iwan E. Tokoro (founder Pace Kreatif), Marthen Sattu Sambo (Education Team Leader, Yayasan Wahana Visi Indonesia), dan Hanna Keraf (Co-founder sekaligus Chief of Community Development & Partnership local brand, Du Anyam).

Dialog seni bernuansa kental Papua semakin terasa karena dipandu moderator, Ludia Amaye Maryen (Miss Indonesia Persahabatan 2018 wakil dari Papua).

Seni ukir yang dipamerkan dalam Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 (dokpri)
Seni ukir yang dipamerkan dalam Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 (dokpri)

Tak hanya bicara Papua dan nilai-nilai kebudayaan yang ada, dialog juga menyematkan pesan toleransi untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai setiap ragam budaya di Indonesia.

Pelestarian budaya juga harus diiringi dengan promosi yang gencar sehingga setiap anak muda bisa sadar bahwa kita bagian dari penerus sekaligus pewaris budaya di masa depan.

Selain itu, pengenalan dan promosi budaya dinilai akan menyulam budaya-budaya daerah yang tersebar di Indonesia sehingga menjadi kesatuan budaya nasional yang dikenal luas sampai tingkat internasional.

Dari sinilah peran pemuda sebagai agen pemersatu keragaman budaya daerah diperlukan. Dengan begitu, keragaman bisa membentuk identitas bangsa yang majemuk dan terus berkembang sesuai konteks kekinian atau relevan terhadap masa kini yang dipenuhi teknologi.

Dialog seni ini juga mengajak penulis untuk kenal lebih dekat seni budaya Kamoro sebagai bagian dari khasanah budaya Indonesia.

Penulis berharap pameran budaya semacam ini terus dihadirkan sebagai ajang untuk merawat kebudayaan bangsa, mempertajam rasa patriotisme, dan menggerakkan kemandirian ekonomi lokal.

Semoga makin banyak perusahaan, komunitas, yayasan, maupun individu yang aktif dan produktif mendukung promosi ekowisata serta seni budaya melalui acara seperti ini.

Cerita setiap jejak peradaban memang tak pernah berkesudahan. Kehidupan manusia bersama alam semesta selalu punya kisah yang menjadi perjalanan panjang dari sebuah sejarah.

Tatanan hidup yang turun temurun pun selalu abadi bersama karya-karya seni bernilai tinggi. Terima kasih Suku Kamoro yang telah mengurai alur kehidupan berbudaya antara manusia dan alam sekitarnya. Sungguh eksotis dan magis!

Regenerasi harus berjalan demi menjaga budaya agar tidak tergerus arus kemajuan zaman. Jaga hasil budaya Indonesia. Lestarikan dan gemakan kebudayaan nusantara agar dikenang sepanjang masa.

Apa yang telah terpahat dalam setiap ukiran telah beri makna jutaan akan inspirasi kehidupan. Ayo, lestarikan budaya nusantara sekarang!

 

Moderator bersama para pembicara yang hadir dalam Dialog Seni
Moderator bersama para pembicara yang hadir dalam Dialog Seni "Pemuda dalam Gerakan Pelestarian Budaya" (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun