Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Merekam Sejarah dalam Bingkai Film

31 Oktober 2021   14:42 Diperbarui: 2 November 2021   21:23 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan sekali-kali melupakan film sejarah (foto by. azerbaijan-stockers)

The Digital Reader sebagai portal internasional yang sering mendokumentasikan revolusi digital pernah mengumumkan hasil penelitian bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 16 dunia terkait minat membaca. Tak hanya minat membaca yang meningkat, penggunaan layanan nonton film berbayar juga diburu masyarakat di tengah pandemi.

Penulis sering amati perilaku menonton masyarakat Indonesia melalui YouTube atau jaringan bioskop sebelum pandemi. Kisah-kisah sejarah revolusi Amerika, revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte, Perang Dunia 1 & 2, Perang Korea, dan sebagainya selalu diminati penonton dari Indonesia. 

Timbul pertanyaan dalam benak penulis, "Film sejarah dari luar negeri bisa laris, mengapa Indonesia tak kembali menggaungkan film sejarah tentang bangsanya sendiri?"

Sejarah luar negeri dianggap menarik karena disajikan secara jujur dari konten cerita yang diubah dalam bentuk visual dan audio. Tak ada kisah yang dibuat-buat. Sementara para penulis skenario di Indonesia justru masih takut untuk mengungkap seperti apa sejarah masa lalu bangsa.

Seharusnya nonton film sejarah jadi pilihan menyenangkan. Meski pelakunya ada yang dibuat fiktif, latar film dibuat seperti saat masa bersejarah. Dengan begitu, alasan mencintai sejarah dan melek terhadap kisah-kisah perjuangan masa lampau bisa tertanam. Bentuk sejarah Indonesia yang kurang diminati pun lebih mudah dipahami dan diajarkan dalam bentuk film.

Jangan sampai generasi mendatang hanya familiar dengan masa lalu Spiderman atau Superman, tapi tak tahu sama sekali saat ditanya sosok pahlawan nasional yang pernah berjuang sampai titik darah penghabisan. #MenolakLupa

Peristiwa dalam rutinitas kehidupan manusia dapat direkam sejarah. Kadang, proses pemindahan fakta ke dalam bentuk teks sering dimanipulasi kekuasaan. Padahal sejarah tetap menjadi bagian penting dalam membentuk peradaban manusia.

Sejarah dipelajari tak hanya dari tanggal, tahun, atau tokoh dibaliknya. Latar belakang sebuah peristiwa itu terjadi, bagaimana kisahnya, dan dampak dari peristiwa tersebut harus terpampang jelas. Dengan paham fakta sejarah diharap kita dapat bijak melangkah ke masa depan karena bisa mengambil hikmah atau pelajaran dari apa yang terjadi masa lalu.

Pada umumnya, hakikat sejarah itu kenyataan. Tapi, dibalik kenyataan itu kadang ada hal yang sering dimanipulasi sehingga menimbulkan berbagai versi dan terlihat kontroversi. Rekam sejarah dalam bingkai film pun tergiring dalam ranah sejarah subjektif akhirnya.

Kenyataan tersebut juga membuat sejarah sering diingkari bahkan dilupakan bangsa ini. Kurang gereget baca bisa membuat sejarah sering direkayasa dan dibelokkan dari relnya demi kepentingan politik semata. Dengan hadir film-film bermuatan sejarah, kita akan tersadar betapa sejarah sangat penting untuk menakar arus balik atau maju mundur kehidupan ini.

Kisah Sejarah dalam Bingkai Film (freepik)
Kisah Sejarah dalam Bingkai Film (freepik)

Film ialah catatan sejarah. Film itu tentang belajar hidup. Masyarakat tanpa film, ibarat orang tuli atau buta karena sulit berkomunikasi atas dasar sinematografi yang tak pasti. Melalui film, kita bisa menjaga tutur sejarah dan merawat akur kebersamaan dari generasi ke generasi.

Kembalinya film mengangkat cerita berlatar belakang sejarah memancing pertanyaan "Apakah kisah-kisah dalam film sejarah bisa dikategorikan sebagai bukti sejarah? Bagaimana keabsahan sejarah yang menempel pada film tersebut? Apa mungkin kisah sejarah tersebut mampu jadi rujukan atau literatur ilmu pengetahuan?"

Kreativitas dalam film tak hanya terkait dengan intensitas visual imajiner. Tampilan fakta sejarah dalam kemasan karya film hadir bukan untuk menunjukkan bahwa sejarah yang selama ini dipahami itu palsu. 

Fakta dalam film sejarah wajib diriset terlebih dahulu. Seluruh pihak yang terlibat harus paham sejarah seperti apa yang akan diungkap dan diambil dari sudut pandang siapa. Dalam hal ini, penulis skenario bisa kolaborasi dengan sejarawan atau antropolog untuk merekonstruksi fakta-fakta sejarah.

Akurasi dan objektivitas menjadi dua hal yang harus dipenuhi dalam produksi film sejarah. Semua bisa diawali dengan kejujuran penulis skenario yang dipertahankan. 

Seorang penulis skenario film sejarah harus bisa mendeskripsikan setiap detail objek heroik tanpa melibatkan perasaan, pikiran, atau keinginannya dalam objek yang diwakili pada draft naskah yang dibuat.

Penulis skenario dituntut cerdas membuat penonton film sejarah seolah hadir dan merasakan berbagai peristiwa yang Ia tonton. Melalui penceritaan dengan latar belakang sejarah yang membuat penonton seakan-akan hidup di zaman sejarah tersebut.

Pendekatan film sejarah yang digunakan ada dua, yaitu biografi atau perjuangan. Film sejarah dengan pendekatan biografi bisa dikonsepkan dari sudut pandang biopik sosok yang berjuang atau justru orang-orang disekitarnya yang berkuasa. Sementara film sejarah dengan pendekatan perjuangan muncul dengan konsep kolosal atau dokumenter.

Apapun pendekatan yang dilakukan terbilang sah. Tinggal selanjutnya mempersiapkan kebutuhan properti, busana yang dikenakan, sampai tata rias secara natural. Semua harus melalui tahap perencanaan supaya tahap produksi tak dianggap sebagai permainan yang asal-asalan.

Sutradara film sejarah juga harus mengusahakan agar menonton film sejarah itu layaknya menonton film bergenre drama yang bisa mengalir kisahnya dan mudah dicerna. Sutradara harus menciptakan alur film sejarah yang menjadi jalan untuk mendalami sejarah itu sendiri.

Sebenarnya sutradara punya ruang yang leluasa saat Ia hendak menyampaikan refleksi evaluasi terhadap masa lalu. Secara subjektif, Ia bisa memaknai dan menafsirkan fakta atau peristiwa sejarah menurut kepentingannya. Ia juga dapat menyampaikan alternatif lain dibalik peristiwa-peristiwa sejarah. 

Oleh sebab itu, sutradara harus berpikir menjadikan fakta dan peristiwa sejarah sebagai latar belakang karya kreatifnya. Pun sutradara dapat memanfaatkan fakta dan peristiwa sejarah untuk menyampaikan catatan kritisnya atau untuk mengungkapkan peristiwa yang mungkin luput dari catatan sejarah.

Lantaran sutradara menyodorkan sesuatu, maka apa yang disampaikannya melalui bahasa film bisa melihat kemungkinan yang terjadi dimasa mendatang. Otak profit dari tim produksi juga tak boleh mendistorsi skenario berdasar hasil riset. Semua pihak yang terlibat harus bahu-membahu memproduksi kembali film-film sejarah agar lintas generasi lebih cinta terhadap perjuangan bangsanya.

Coba kita tengok kembali kiprah Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail. Beliau menjadikan film sebagai sarana perjuangan, pembentukan karakter bangsa, dan revolusi penguasaan. 

Saat pasar film nasional dikuasai asing, maka Usmar Ismail dan kawan-kawannya menggeser film asing dengan menempatkan film nasional sebagai tuan di negeri sendiri. 

Apresiasi tertinggi Usmar Ismail pun akan terjadi pada tanggal 10 November 2021 nanti. Ia akan mendapat gelar pahlawan nasional atas pengabdiannya dalam industri film lokal.

H. Usmar Ismail sebagai Pejuang Perfilman Indonesia (fokusbanyumas)
H. Usmar Ismail sebagai Pejuang Perfilman Indonesia (fokusbanyumas)
Kini, minim film bertema sejarah. Sudah selayaknya para produser film membuat film sejarah kolosal yang membangkitkan kisah masa lalu kerajaan-kerajaan Indonesia. Keterkaitan antar kerajaan nusantara akan memberi warna pada perfilman nasional yang bisa dibanggakan untuk kancah dunia. 

Cerita tentang sejarah kerajaan di Indonesia yang masih kurang saat ini juga dipenuhi selera penonton yang terjebak pada film komedi atau horor saja. Para pembuat film seharusnya tak perlu takut lagi untuk memproduksi film sejarah karena alternatif penayangan bisa dipilih dari mana saja. 

Bila tak laku, tim produksi bisa menjual atau memamerkan film melalui museum-museum yang ada di Indonesia. Bisa juga diadakan nonton bareng keliling komunitas film atau sekolah-sekolah dari Sabang sampai Merauke. Apalagi, festival film dan ruang alternatif pemutaran karya film juga sudah semakin beragam.

Sudah waktunya film Indonesia merestorasi atau memproduksi ulang film-film sejarah untuk membangkitkan gairah menonton generasi muda. Dengan menciptakan film-film perjuangan bercita rasa nusantara, sosok pahlawan bangsa yang menang lawan penjajah sampai gugur di medan perang bisa terbingkai dalam bentuk visual dan audio yang menggetarkan.

Film bergenre sejarah bukan lagi karya baru dalam industri film Indonesia. Film sejarah secara tidak langsung bisa diletakkan sebagai dokumen sejarah atau arsip sosial yang kaya dengan visual dan audio dari suatu kisah masa lalu. Dengan begitu, kajian film tak hanya mengulas persoalan sinematik saja melainkan dapat dikembangkan pada multidimensional ilmu pengetahuan lain.

Film sejarah dianggap tak hanya indah dari sisi sinematografi saja, film harus berpihak pada kemanusiaan. Tonjolkan perjuangan sosok-sosok yang punya pengabdian pada kemanusiaan. 

Hal ini akan mendekatkan film tersebut pada realitas sosial yang terbentuk di eranya. Kemenangan Indonesia, adegan laga atau perang, dan ledakan-ledakan memang jadi rumus dalam film sejarah. Di balik itu, sisi edukasi dalam bentuk film bisa dimaknai sebagai proses perjalanan bangsa yang panjang.

Pada intinya, film sejarah harus melalui proses kreatif imajinatif, memasukkan intelektualitas, membangun peradaban dunia yang koheren, dan menciptakan kehidupan imajiner. 

Film sejarah semestinya mewartakan fakta yang pernah atau mungkin ada untuk menjalin kesadaran dan mengangkat problem kemanusiaan lewat bingkai visual audio yang estetik. Dengan pola pikir tersebut, setidaknya karya film sejarah akan menjadi kontribusi bagi pemerkayaan intelektualitas, moralitas, dan nilai kemanusiaan tanpa batas.

Jika sejarah ialah kenyataan itu sendiri, maka perjalanan hidup kita hari ini dan juga negeri ini harus bisa sampai pada anak cucu kita kelak, meski hanya melalui sebuah bingkai film.

Jangan sekali-kali melupakan film sejarah (foto by. azerbaijan-stockers)
Jangan sekali-kali melupakan film sejarah (foto by. azerbaijan-stockers)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun