Film ialah catatan sejarah. Film itu tentang belajar hidup. Masyarakat tanpa film, ibarat orang tuli atau buta karena sulit berkomunikasi atas dasar sinematografi yang tak pasti. Melalui film, kita bisa menjaga tutur sejarah dan merawat akur kebersamaan dari generasi ke generasi.
Kembalinya film mengangkat cerita berlatar belakang sejarah memancing pertanyaan "Apakah kisah-kisah dalam film sejarah bisa dikategorikan sebagai bukti sejarah? Bagaimana keabsahan sejarah yang menempel pada film tersebut? Apa mungkin kisah sejarah tersebut mampu jadi rujukan atau literatur ilmu pengetahuan?"
Kreativitas dalam film tak hanya terkait dengan intensitas visual imajiner. Tampilan fakta sejarah dalam kemasan karya film hadir bukan untuk menunjukkan bahwa sejarah yang selama ini dipahami itu palsu.Â
Fakta dalam film sejarah wajib diriset terlebih dahulu. Seluruh pihak yang terlibat harus paham sejarah seperti apa yang akan diungkap dan diambil dari sudut pandang siapa. Dalam hal ini, penulis skenario bisa kolaborasi dengan sejarawan atau antropolog untuk merekonstruksi fakta-fakta sejarah.
Akurasi dan objektivitas menjadi dua hal yang harus dipenuhi dalam produksi film sejarah. Semua bisa diawali dengan kejujuran penulis skenario yang dipertahankan.Â
Seorang penulis skenario film sejarah harus bisa mendeskripsikan setiap detail objek heroik tanpa melibatkan perasaan, pikiran, atau keinginannya dalam objek yang diwakili pada draft naskah yang dibuat.
Penulis skenario dituntut cerdas membuat penonton film sejarah seolah hadir dan merasakan berbagai peristiwa yang Ia tonton. Melalui penceritaan dengan latar belakang sejarah yang membuat penonton seakan-akan hidup di zaman sejarah tersebut.
Pendekatan film sejarah yang digunakan ada dua, yaitu biografi atau perjuangan. Film sejarah dengan pendekatan biografi bisa dikonsepkan dari sudut pandang biopik sosok yang berjuang atau justru orang-orang disekitarnya yang berkuasa. Sementara film sejarah dengan pendekatan perjuangan muncul dengan konsep kolosal atau dokumenter.
Apapun pendekatan yang dilakukan terbilang sah. Tinggal selanjutnya mempersiapkan kebutuhan properti, busana yang dikenakan, sampai tata rias secara natural. Semua harus melalui tahap perencanaan supaya tahap produksi tak dianggap sebagai permainan yang asal-asalan.
Sutradara film sejarah juga harus mengusahakan agar menonton film sejarah itu layaknya menonton film bergenre drama yang bisa mengalir kisahnya dan mudah dicerna. Sutradara harus menciptakan alur film sejarah yang menjadi jalan untuk mendalami sejarah itu sendiri.