Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bukan Zamannya Internet Pakai Kabel Listrik

6 Juni 2021   11:56 Diperbarui: 6 Juni 2021   12:05 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Pernahkah Kompasianer mengingat kapan pertama kali menggunakan internet?

Kalau aku, saat masih menggunakan komputer berbentuk tabung dan harddisknya masih bisa dimasukkan cakram liuk atau disket (media penyimpanan data). Tentu ini sudah berlangsung puluhan tahun lalu sejak aku masih cilik.

     Dari situ, aku diperkenalkan dengan internet. Awalnya, aku hanya tahu bahwa fungsi internet hanya untuk korespondensi melalui surel atau email saja. Seiring berjalan waktu, internet terus berkembang memenuhi kebutuhan zaman.

     Ketika SMA, aku mulai dapat pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah. Sejak saat itu aku juga belajar chatting melalui miRC dan berselancar melalui sosial media seperti Friendster. Beruntung, aku masih mendapat materi tentang Teknologi Komunikasi dan New Media sewaktu kuliah. Selain di rumah, warnet menjadi tempat langganan yang aku singgahi setiap hari.

     Aku selalu mengingat perkembangan teknologi komunikasi dari waktu ke waktu. Dimulai dari burung merpati yang membawa sepucuk surat. Muncul telegram, telepon, radio, koran dan majalah, televisi, serta internet. Beranjak hal demikian, kita bisa lihat bahwa komunikasi itu dinamis dari hal yang bersifat kontemporer sampai canggih.

     Internet bagai primadona dari teknologi komunikasi yang berkuasa saat ini. Ada beberapa perbedaan yang tak luput dari perhatianku antara internet zaman old dan internet zaman now. Misal kecepatan, koneksi, konten, dan media akses internet.

     Dari perbedaan tersebut, media akses internet paling menarik untuk dikulik. Zaman old, pengguna hanya bisa terkoneksi dengan menggunakan kabel telepon. Maka, internet hanya bisa diakses dengan komputer saja. Artinya, kita hanya bisa menggunakan di rumah, kantor, atau warnet. Zaman now, internet bisa lebih mudah diakses melalui ponsel, baik dengan Wi-Fi atau paket data internet ponsel. Kita bisa akses internet dimanapun kita berada. Tak heran, dibanding melalui komputer atau laptop, semua orang bisa sering akses internet menggunakan ponsel dalam genggaman tangan. Apalagi hampir semua aktivitas berhubungan dengan internet saat ini.

     Namun, hal yang begitu jenaka terjadi saat zaman sudah semakin maju. Salah satu BUMN, PT. PLN (persero) justru sedang memutar otak ditengah lilitan utang yang mengancam bisnisnya. Perusahaan listrik pelat merah itu malah mengembalikan keberadaan internet seperti zaman dahulu kala. Melalui ekspansi yang dilakukan anak perusahaannya, mereka terus menggenjot pengguna internet dengan kabel untuk layanan Iconnet.

     Mengapa perusahaan tersebut begitu gencar?

Alasan utamanya, tentu menutupi beban utang yang menggunung. Selain itu, setiap pelanggan juga harus dikenakan sistem kontrak dalam periode tertentu. Belum lagi ada persyaratan penambahan daya listrik bagi siapa saja yang mau berlangganan internetnya. Sungguh! Iconnet menjadi layanan internet yang tidak direkomendasikan.

     Kebijakan perusahaan tersebut juga jelas tak mampu memberi solusi. Meski ada unsur diversifikasi usaha, nyatanya hal ini memunculkan persaingan bisnis serupa milik BUMN lain, seperti PT. Telekomunikasi Indonesia (persero) tbk yang sudah punya layanan internet unggul lebih cepat seperti IndiHome. Tumpang tindih ini juga tak sejalan dengan visi misi perusahaan yang sudah memonopoli listrik di Indonesia. Kondisi demikian juga bisa menghilangkan fokus pada bisnis inti perusahaan pelat merah itu.

     Aku lebih kaget saat mengetahui bahwa kesiapan PLN dalam menyediakan layanan internet broadband juga banyak mendapat respon negatif. Layanan yang hadir tahun ini tak bisa dipasang untuk kawasan padat penduduk. Bisa dibayangkan beberapa perumahan yang sudah mendapat akses dari jaringan internet lain tentu tak bisa dimasuki Iconnet karena mereka harus pasang instalasi listrik terlebih dahulu.

     Dari sisi teknologi, kabel PLN yang digunakan untuk berinternet kualitasnya dianggap kurang mumpuni sehingga Iconnet perlu berinvestasi diserat optik. Biasanya, investasi memerlukan 1 ssl fiber dan persiapan yang tepat untuk membangun infrastruktur. Bukan sekadar pengadaan tiang listrik sehingga membutuhkan alokasi trilyunan.

     Misal, dikalkulasi total pengeluaran modal per pelanggan Rp 6.500.000,- Jadi, kalau target PLN mencapai 20 juta pelanggan sampai tahun 2024, maka dibutuhkan belanja modal dengan perhitungan 6,5 juta x 20 juta. Tentu ini jadi beban baru yang tidak memiliki manfaat ekonomi karena utang perusahaannya masih terus menumpuk.

     Selain itu, beberapa kelemahan internet dengan kabel listrik, diantaranya:

1. Kalau mati listrik, internet otomatis padam.

2. Kabel listrik rentan terganggu karena cuaca.

3. Instalasi jaringan kabel listrik rumit. Ada yang salah dalam penempatannya bisa berakibat fatal.

4. Kabel listrik mudah terbakar jika ada arus yang tak sejalan.

5. Kabel listrik rentan terhadap hewan liar dan gangguan hama sehingga mudah rusak.

Percaya atau tidak percaya? tergantung Kompasianer menanggapinya (dok. IG @bisniscom)
Percaya atau tidak percaya? tergantung Kompasianer menanggapinya (dok. IG @bisniscom)
    Iklim persaingan yang tidak sehat, banyak keluhan pelanggan PLN yang belum bisa ditangani dengan baik, minimnya persiapan infrastruktur, dan kelemahan-kelemahan lain akan internet kabel listrik menjadi halangan yang dihadapi PLN ke depan. Apakah PLN siap? Mengingat, kondisi utang yang mencapai 500 triliun saat ini dan pembangunan listrik belum merata. Coba berpikir lebih jernih untuk merambah bisnis bukan berpikir terlalu kapitalis.

     Bila Kompasianer masih berinternet pakai kabel listrik bersiap juga dianggap orang-orang yang ketinggalan zaman ya. Toh, kita sudah tersentuh teknologi. Kenapa harus kembali ke zaman dahulu kala. Wilayah-wilayah pedalaman di Indonesia saja masih banyak yang belum dialiri listrik. Lebih baik, PLN fokus saja deh untuk menjangkau listrik di pelosok. Internet stabil sudah pasti serahkan pada ahlinya yang lebih teruji aksesnya, yaitu layanan dari Telkom.

     Kompasianer sudah akrab kan dengan internet?

Ayo, lebih bijak jelajah informasi didalamnya demi ekosistem internet yang lebih sehat. Kalau aku sih YES untuk setia memakai layanan internet dari IndiHome. Bukan jaringan lain!

Semua perangkat saja sudah pakai fiber optik, masa jaringan internetmu masih pakai kabel listrik? (optcore.net)
Semua perangkat saja sudah pakai fiber optik, masa jaringan internetmu masih pakai kabel listrik? (optcore.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun