Kebijakan perusahaan tersebut juga jelas tak mampu memberi solusi. Meski ada unsur diversifikasi usaha, nyatanya hal ini memunculkan persaingan bisnis serupa milik BUMN lain, seperti PT. Telekomunikasi Indonesia (persero) tbk yang sudah punya layanan internet unggul lebih cepat seperti IndiHome. Tumpang tindih ini juga tak sejalan dengan visi misi perusahaan yang sudah memonopoli listrik di Indonesia. Kondisi demikian juga bisa menghilangkan fokus pada bisnis inti perusahaan pelat merah itu.
   Aku lebih kaget saat mengetahui bahwa kesiapan PLN dalam menyediakan layanan internet broadband juga banyak mendapat respon negatif. Layanan yang hadir tahun ini tak bisa dipasang untuk kawasan padat penduduk. Bisa dibayangkan beberapa perumahan yang sudah mendapat akses dari jaringan internet lain tentu tak bisa dimasuki Iconnet karena mereka harus pasang instalasi listrik terlebih dahulu.
   Dari sisi teknologi, kabel PLN yang digunakan untuk berinternet kualitasnya dianggap kurang mumpuni sehingga Iconnet perlu berinvestasi diserat optik. Biasanya, investasi memerlukan 1 ssl fiber dan persiapan yang tepat untuk membangun infrastruktur. Bukan sekadar pengadaan tiang listrik sehingga membutuhkan alokasi trilyunan.
   Misal, dikalkulasi total pengeluaran modal per pelanggan Rp 6.500.000,- Jadi, kalau target PLN mencapai 20 juta pelanggan sampai tahun 2024, maka dibutuhkan belanja modal dengan perhitungan 6,5 juta x 20 juta. Tentu ini jadi beban baru yang tidak memiliki manfaat ekonomi karena utang perusahaannya masih terus menumpuk.
   Selain itu, beberapa kelemahan internet dengan kabel listrik, diantaranya:
1. Kalau mati listrik, internet otomatis padam.
2. Kabel listrik rentan terganggu karena cuaca.
3. Instalasi jaringan kabel listrik rumit. Ada yang salah dalam penempatannya bisa berakibat fatal.
4. Kabel listrik mudah terbakar jika ada arus yang tak sejalan.
5. Kabel listrik rentan terhadap hewan liar dan gangguan hama sehingga mudah rusak.
  Iklim persaingan yang tidak sehat, banyak keluhan pelanggan PLN yang belum bisa ditangani dengan baik, minimnya persiapan infrastruktur, dan kelemahan-kelemahan lain akan internet kabel listrik menjadi halangan yang dihadapi PLN ke depan. Apakah PLN siap? Mengingat, kondisi utang yang mencapai 500 triliun saat ini dan pembangunan listrik belum merata. Coba berpikir lebih jernih untuk merambah bisnis bukan berpikir terlalu kapitalis.