Aku termenung di bawah mentari
Di antara megahnya alam ini
Menikmati indahnya kasih-Mu
Kurasakan damainya hatiku
   Lagu Damai Bersamamu mengiringi jari-jemariku ketika mengetik tulisan ini. Saat semua umat muslim sedang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan, umat Budha juga merayakan Hari Waisaknya. Ada kesamaan tahun ini karena Corona yang masih merajalela. Semua umat beragama hanya bisa beribadah dari rumah saja.
   Lagu Damai Bersamamu cukup populer di telinga karena sarat pesan kental toleransi yang menggema. Diciptakan oleh seorang nasrani bernama Johny A. Sahilatua dan pernah dinyanyikan oleh penyanyi muslim, almarhum Chrisye. Lagu ini juga dinyanyikan kembali oleh penyanyi pendatang baru, seperti Sheila Marcia dan Virzha.
   Universalnya lagu tersebut sungguh meneduhkan hatiku. Sebuah karya seni bisa menyatukan semua perbedaan yang tercipta. Begitu juga suasana pandemi Covid-19 yang kita alami seperti sekarang. Walau berbeda agama, kita harus tetap satu jua.
   Sebagai umat beragama, kita harus sadar bahwa semua agama mengajarkan kebaikan terhadap umatnya. Semua agama hanya ingin kedamaian. Sama hal ketika ibadah di bulan Ramadan beriringan dengan peringatan hari raya Waisak.
   Sejatinya, ibadah puasa tak hanya dilakukan umat muslim. Sebelum Waisak, umat Budha juga dianjurkan untuk melaksanakan latihan Atthasila. Latihan ini meliputi 8 aturan moral bagi umat perumah-tangga yang salah satunya menahan diri untuk tidak makan lewat tengah hari sampai besok pagi. Hanya saja, mereka boleh minum air. Namun, tak dianjurkan untuk menghibur diri dengan menonton acara hiburan, seperti televisi atau mendengar musik.
  Dalam Buddhisme juga tak ada doa untuk meminta. Ajaran paling dasar yaitu tentang latihan melepas, memberi, dan berdana. Dilanjutkan dengan latihan moralitas serta meditasi. Itulah yang menyebabkan bahwa saat hari Waisak, umat Budha sering merenung terkait Cinta Kasih agar semua makhluk bisa bahagia.