Jika bicara tentang mudik, mungkin aku dan keluarga jarang sekali ikut tradisi ini. Selain karena kedua orangtua dari mama ku sudah tiada, anggaran untuk perjalanan menuju kampung halaman juga cukup besar. Bahkan beberapa hari ini telah viral untuk menuju Kota Medan saja, para pemudik harus mempersiapkan tiket pesawat sebesar Rp 21 juta.
Aku dan keluarga terakhir kali mudik pada tahun 2015. Perjalanan yang kami pilih yaitu menggunakan jalur darat. Alasannya sederhana karena kami ingin menikmati setiap provinsi yang kami lewati. Kami tinggal memilih ingin melakukan perjalanan lintas Sumatera bagian mana, lintas barat, lintas tengah, atau lintas timur.
Waktu aku masih kecil, aku sering dibawa menggunakan bus antar lintas Sumatera. Berhubung sudah dewasa dan memiliki mobil pribadi, maka pulang kampung selalu menggunakan transportasi ini. Kadang keluarga kami tak sendiri, beberapa saudara juga turut membawa mobilnya untuk melakukan konvoi bersama. Jangan ditanya keseruannya, penuh petualangan pastinya di setiap kota.
Biasa kami mulai berangkat H-7 lebaran karena perjalanan yang kami tempuh bisa 3 sampai 5 hari. Waktu keberangkatan dipilih malam hari sekitar jam 23.00 WIB atau 24.00 WIB. Waktu ini kami pilih berdasar pertimbangan supaya sampai di Pelabuhan Merak jelang waktu sahur. Kami berharap bisa menikmati makan sahur di dalam kapal saat melakukan penyeberangan. Jika beruntung, kami juga bisa melihat matahari terbit dari kapal laut sebelum menepi di Pelabuhan Bakaehuni.
Perjalanan akan berlanjut masuk ke Kota Lampung. Di kota ini, kebetulan ada keluarga dari kakak iparku sehingga kami bisa singgah untuk istirahat. Jika yang lain istirahat, aku tetap mencari kuliner khas seperti keripik pisang cokelat yang nikmat. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan, biasanya kami akan melihat jalur mana yang lebih layak untuk dilalui supaya bisa melakukan estimasi perjalanan dengan bantuan aplikasi pada ponsel pintar, seperti GoogleMaps atau Waze.
Pemudik lain sering menyarankan untuk melalui jalur tengah atau jalur timur saja. Akhirnya, kami lebih sering memilih jalur tengah karena lebih dikenal melewati pemandangan-pemandangan alam indah. Dari Kota Lampung, kita bisa masuk ke Provinsi Sumatera Selatan. Aku selalu berharap sampai di kota ini jelang waktu berbuka. Aku langsung bergegas berburu takjil khas sana, seperti pempek dan tekwan.
Setelah wisata kuliner di kota itu, biasanya kami berlanjut dengan wisata religi di Jambi. Saat melewati kota ini, banyak masjid yang indah dan bisa disinggahi untuk melaksanakan ibadah. Meski dalam perjalanan, tak ada alasan bagi kami untuk tidak meninggalkan ibadah wajib yang harus dilakukan.
Dari Jambi, kami masuk ke wilayah Provinsi Sumatera Barat. Aku biasa mencari keripik balado atau kerupuk kulit untuk cemilan selama perjalanan di kota ini. Pernah juga aku merasakan ngabuburit di kawasan tugu jam gadang atau mampir untuk istirahat makan di tepi Danau Singakarak. Aku juga sengaja pernah turun dari mobil saat melintas di kelok Sembilan yang menjadi spot foto instagramable. Sejauh mata memandang, aku tak mau beranjak dari situ melihat perbukitan yang begitu hijau.
Dari semua jalur lintas Sumatera yang dilalui, para pemudik biasa saling mengingatkan untuk berhati-hati di daerah Lahat. Kawasan dengan tikungan tajam berkelok itu dikenal rawan tindak kriminal. Konon ada saja kecelakaan, bajing loncat, atau serangan binatang buas yang tidak diinginkan. Maklum daerah Lahat masih didominasi hutan dan kondisi jalan pun tak begitu mulus.
Semua pemudik berharap untuk lewat kawasan Lahat pada siang hari. Jika sudah jelang malam, ada baiknya mencari tempat penginapan terlebih dahulu atau jika bertemu pemudik lain yang berplat B bisa diajak konvoi sekalian supaya perjalanan lebih ramai. Kabar terakhir, kawasan Lahat sudah tampak beberapa warung dan pos polisi untuk berjaga. Tetapi sebagai pemudik, kami harus tetap waspada.
Itulah jalur mudik lintas Sumatera yang masih terasa mencekam karena terlihat sepi saat malam hari. Lampu jalan kadang tak terlihat memadai. Kami hanya bisa melihat barisan pohon kelapa sawit yang daunnya bergoyang mengikuti hembusan angin yang begitu kencang. Beberapa kondisi jalan mungkin masih rusak karena sering dilalui bus dan truk berukuran besar.
Masih banyak suka dan duka lain saat mudik melalui jalur lintas Sumatera ini. Namun, rasanya tak cukup menuliskan disini. Aku hanya ingin memberi apresiasi melalui tulisan ini bagi para pengemudi. Mereka  yang berani melalui jalur lintas Sumatera ini layak disebut sebagai "Supir Medan" karena telah teruji menaklukkan medan tempuh yang begitu dahsyat.
Sebelum menutup kisah ini, ada beberapa saran untuk para pemudik. Kalau sudah lelah dalam perjalanan, beristirahatlah. Jangan tetap dipaksa untuk dilanjutkan. Cari rest area terdekat seperti SPBU, hotel, atau musala.
Beberapa hal lain juga harus diperhatikan selama perjalanan, yaitu:
1. Cek kendaraan sehingga layak jalan
Pemeriksaan terhadap kendaraan menjadi hal yang tak boleh terlewatkan sebelum melakukan perjalanan mudik. Buat suasana di dalam kendaraan menjadi nyaman bagi para penumpang sehingga saat kendaraan melintas di jalur mudik bisa aman. Aku dan keluarga pernah mengalami kondisi ban aus sehingga sulit dikendalikan oleh setir. Untung saja kejadian itu terjadi di jalan yang sepi sehingga tidak ada kendaraan lain disekitar. Dari situ kami langsung mencari bengkel terdekat.
2. Isi bensin
Jangan pernah menunda untuk isi bensin karena jarak antar kota di Pulau Sumatera sangat berjauhan. Ingat, kita juga belum tentu bisa menemukan SPBU di setiap kota.
3. Persiapan logistik
Logistik yang dibawa tentu harus diatur penempatannya di dalam mobil. Biasanya, kami membawa termos, kompor gas mini, alat makan plastik (gelas, sendok, dan piring), minuman (susu, kopi, dan teh), dan lauk pauk (tempe/tahu, ayam goreng, dan rendang). Bekal yang dibawa tentu harus yang bersifat awet, terutama untuk makanan dan minuman yang tidak gampang basi.
Beberapa tips mudik lain telah aku tulis dalam blog pribadiku. Kompasianer bisa menerapkan tips-tips tersebut untuk perjalanan mudik tahun ini. Semoga para pemudik selamat sampai tujuan yaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H