Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik

Pengalaman Mudik Melalui Jalur Lintas Sumatera yang Unik

3 Juni 2019   00:01 Diperbarui: 3 Juni 2019   00:22 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika bicara tentang mudik, mungkin aku dan keluarga jarang sekali ikut tradisi ini. Selain karena kedua orangtua dari mama ku sudah tiada, anggaran untuk perjalanan menuju kampung halaman juga cukup besar. Bahkan beberapa hari ini telah viral untuk menuju Kota Medan saja, para pemudik harus mempersiapkan tiket pesawat sebesar Rp 21 juta.

Aku dan keluarga terakhir kali mudik pada tahun 2015. Perjalanan yang kami pilih yaitu menggunakan jalur darat. Alasannya sederhana karena kami ingin menikmati setiap provinsi yang kami lewati. Kami tinggal memilih ingin melakukan perjalanan lintas Sumatera bagian mana, lintas barat, lintas tengah, atau lintas timur.

Waktu aku masih kecil, aku sering dibawa menggunakan bus antar lintas Sumatera. Berhubung sudah dewasa dan memiliki mobil pribadi, maka pulang kampung selalu menggunakan transportasi ini. Kadang keluarga kami tak sendiri, beberapa saudara juga turut membawa mobilnya untuk melakukan konvoi bersama. Jangan ditanya keseruannya, penuh petualangan pastinya di setiap kota.

Biasa kami mulai berangkat H-7 lebaran karena perjalanan yang kami tempuh bisa 3 sampai 5 hari. Waktu keberangkatan dipilih malam hari sekitar jam 23.00 WIB atau 24.00 WIB. Waktu ini kami pilih berdasar pertimbangan supaya sampai di Pelabuhan Merak jelang waktu sahur. Kami berharap bisa menikmati makan sahur di dalam kapal saat melakukan penyeberangan. Jika beruntung, kami juga bisa melihat matahari terbit dari kapal laut sebelum menepi di Pelabuhan Bakaehuni.

Perjalanan akan berlanjut masuk ke Kota Lampung. Di kota ini, kebetulan ada keluarga dari kakak iparku sehingga kami bisa singgah untuk istirahat. Jika yang lain istirahat, aku tetap mencari kuliner khas seperti keripik pisang cokelat yang nikmat. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan, biasanya kami akan melihat jalur mana yang lebih layak untuk dilalui supaya bisa melakukan estimasi perjalanan dengan bantuan aplikasi pada ponsel pintar, seperti GoogleMaps atau Waze.

Pemudik lain sering menyarankan untuk melalui jalur tengah atau jalur timur saja. Akhirnya, kami lebih sering memilih jalur tengah karena lebih dikenal melewati pemandangan-pemandangan alam indah. Dari Kota Lampung, kita bisa masuk ke Provinsi Sumatera Selatan. Aku selalu berharap sampai di kota ini jelang waktu berbuka. Aku langsung bergegas berburu takjil khas sana, seperti pempek dan tekwan.

Setelah wisata kuliner di kota itu, biasanya kami berlanjut dengan wisata religi di Jambi. Saat melewati kota ini, banyak masjid yang indah dan bisa disinggahi untuk melaksanakan ibadah. Meski dalam perjalanan, tak ada alasan bagi kami untuk tidak meninggalkan ibadah wajib yang harus dilakukan.

Dari Jambi, kami masuk ke wilayah Provinsi Sumatera Barat. Aku biasa mencari keripik balado atau kerupuk kulit untuk cemilan selama perjalanan di kota ini. Pernah juga aku merasakan ngabuburit di kawasan tugu jam gadang atau mampir untuk istirahat makan di tepi Danau Singakarak. Aku juga sengaja pernah turun dari mobil saat melintas di kelok Sembilan yang menjadi spot foto instagramable. Sejauh mata memandang, aku tak mau beranjak dari situ melihat perbukitan yang begitu hijau.

Dari semua jalur lintas Sumatera yang dilalui, para pemudik biasa saling mengingatkan untuk berhati-hati di daerah Lahat. Kawasan dengan tikungan tajam berkelok itu dikenal rawan tindak kriminal. Konon ada saja kecelakaan, bajing loncat, atau serangan binatang buas yang tidak diinginkan. Maklum daerah Lahat masih didominasi hutan dan kondisi jalan pun tak begitu mulus.

Semua pemudik berharap untuk lewat kawasan Lahat pada siang hari. Jika sudah jelang malam, ada baiknya mencari tempat penginapan terlebih dahulu atau jika bertemu pemudik lain yang berplat B bisa diajak konvoi sekalian supaya perjalanan lebih ramai. Kabar terakhir, kawasan Lahat sudah tampak beberapa warung dan pos polisi untuk berjaga. Tetapi sebagai pemudik, kami harus tetap waspada.

Itulah jalur mudik lintas Sumatera yang masih terasa mencekam karena terlihat sepi saat malam hari. Lampu jalan kadang tak terlihat memadai. Kami hanya bisa melihat barisan pohon kelapa sawit yang daunnya bergoyang mengikuti hembusan angin yang begitu kencang. Beberapa kondisi jalan mungkin masih rusak karena sering dilalui bus dan truk berukuran besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun