Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Bisa Jadi Media Kenalkan Kuliner Indonesia Kepada Dunia

22 September 2018   23:08 Diperbarui: 22 September 2018   23:26 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliner Indonesia mendadak viral di media sosial saat ada wisatawan asing yang tergila-gila dengan cita rasa khas Indonesia. Sebut saja bakso, nasi goreng, dan sate yang pernah dimakan oleh Barrack Obama. 

Ada juga nasi padang yang dijadikan lagu oleh seorang pria asing dan diunggah ke YouTube. Masakan seperti nasi liwet, gado-gado, kerak telor, dan beberapa kuliner lain juga sengaja dijadikan bahan review para food vlogger yang berasal dari luar Indonesia. 

Antusias mereka tidak hanya pada makanan saja, minuman seperti kopi dan es cendol juga banyak kita temui menjadi kesukaan dari orang-orang asing tersebut. Bahkan mie instan dari Indonesia saja lebih laku saat dijual di luar negeri.

Kuliner yang ada di ibu pertiwi seakan jadi warisan nenek moyang hasil dari tradisi yang harus tetap lestari. Sebagai ragam dari produk kreatif, kuliner Indonesia memang terkenal kaya bumbu yang berasal dari rempah-rempah seperti cabai, jahe, kencur, kemiri, kunyit, lengkuas, dan masih banyak lagi. Beberapa teknik pengolahan juga masih konvesional sesuai dengan ajaran budaya timur kita.

Maka, kuliner Indonesia tidak berdiri tunggal, tetapi lebih terlihat beraneka ragam. Semua kuliner yang ada terbentang dari Sabang sampai Merauke dan masih bertahan dalam unsur lokal. Bentuk penyajian juga terlihat bermacam-macam, ada yang masih menggunakan daun, piring dan gelas dari bambu, nyiru, dan sebagainya. Apapun cara pengolahan dan penyajiannya, indra pengecap kita tak bisa dibohongi karena cita rasa Indonesia tetap bertahan pada warisan budaya bangsa.

Beberapa kuliner Indonesia bahkan bisa kita temukan dengan mudah saat mengunjungi beberapa negara. Aneka sambal dan rendang khas Indonesia bisa ditemukan saat berada di Malaysia dan Singapura. 

Olahan kuliner berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe bisa ditemukan di London. Ada seorang bule asal Inggris bernama William Mitchell membuka warung tenda bernuansa tempe karena Ia telah jatuh cinta dengan tempe orek. Tempe mendoan ala Indonesia juga sudah banyak dimakan oleh warga Jepang di negaranya.

Sementara kuliner khas Palembang banyak diburu oleh wisatawan Jerman. Penulis juga pernah melihat beberapa wisatawan asing yang saat mengunjungi Indonesia belajar cara membuat martabak khas Indonesia di pinggir jalan. Tentu semua fenomena itu harusnya menyadarkan dan membangkitkan semangat kita untuk membuat kuliner Indonesia semakin dikenal luas.

Lontong Sayur
Lontong Sayur
PemPek
PemPek
Bubur Ayam
Bubur Ayam
Demi mengangkat harkat dan martabat kuliner-kuliner kebanggaan Indonesia, penulis menghimbau kepada sineas perfilman Indonesia untuk menjadikan kuliner sebagai sentral cerita film-film lokal yang bisa dibawa ke ajang festival internasional. Tema kuliner masih jarang sekali dieksplorasi oleh para sineas. Beberapa judul masih bisa dihitung dengan jari.

 Sebut saja Brownies, Cintapuccino, Filosofi Kopi, Madre, Saus Kacang, Tabula Rasa, The Chocolate Chance, The Wedding and Bebek Betutu, dan film terakhir yang akan segera tayang yaitu film Aruna dan Lidahnya. Beberapa film hanya memanfaatkan judul dari nama kuliner itu sendiri. 

Ada juga yang ceritanya tidak fokus tentang kuliner saja. Padahal kuliner sudah cukup komersil untuk menarik para penonton supaya datang mengunjungi bioskop kesayangannya.

Apalagi ada begitu banyak makanan dan minuman yang bisa dijadikan ide cerita sekaligus menunjukkan keragaman kuliner khas Indonesia. Bisa cerita tentang kehidupan chef atau orang yang membuat kuliner itu, makanan-makanan yang lezat, cara memasak dan penyajian, konsep bisnis kuliner (independen, chain, franchise atau food truck), dan culinary journey lain. Penulis yakin film tentang kuliner akan layak untuk ditonton.

Tidak hanya para pencinta film Indonesia yang akan menunggu penayangan film-film tersebut. Para pencinta kuliner Indonesia yang hobi icip makanan dan minuman lokal juga akan berebut untuk datang ke bioskop. Bisa dipastikan selain alur yang menarik, film tentang kuliner akan dihiasi adegan memasak yang menggugah selera para penonton.

 Dengan begitu kuliner Indonesia bisa menjadi potensi lokal yang berfungsi sebagai penggerak ekosistem industri kreatif. Indonesia bisa belajar kepada industri film yang ada di Korea. Bisa juga dengan industri perfilman terbesar seperti bollywood yang berani melakukan eksplorasi terhadap cerita dibalik makanan dan minuman khas negara mereka. Beberapa film tentang kuliner yang telah diproduksi dari negara-negara tersebut juga berhasil masuk dalam jajaran film box office dunia.

Lalu, jika penulis mendapat pertanyaan "Apa saja kuliner Indonesia yang layak diangkat menjadi cerita dalam film nasional?

Penulis akan menjawab "semua kuliner layak untuk diangkat menjadi kisah dalam rangkaian gambar bergerak tersebut karena keanekaragaman kuliner memiliki porsi yang sama untuk dikenal."

Sekedar saran, kalau para sineas kehabisan ide. Ada baiknya memulai cerita-cerita dari 30 ikon kuliner tradisional Indonesia yang telah ditetapkan sejak tahun 2012 seperti tentang Ayam Panggang Bumbu Rujak Yogyakarta, Nagasari Jogjakarta, Urap Sayuran Jogjakarta, Lumpia Semarang, Asinan Jakarta, Es Bir Pletok Jakarta, Kue Lumpur Jakarta, Gado-gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor,  Es Dawet Ayu Banjarnegara, Soto Ayam Lamongan, dan Sate Ayam Madura. 

Kemudian ada Sate Maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Rawon Surabaya, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Sayur Nangka Kapau, Sarikayo Minangkabau, Asam Padeh Tongkol Padang, Rendang Padang, Orak-arik Pindang Patin Palembang, Buncis Solo, Nasi Liwet Solo, Kunyit Asam Solo, serta Nasi Tumpeng.

Semua kuliner tersebut pasti punya cerita tersendiri dibalik namanya. Jika dieksplorasi lebih lanjut, maka akan semakin menarik dilihat dalam visualisasi format layar lebar. Jangan tunggu kuliner Indonesia diakui oleh negara lain. 

Dalam upaya melakukan pengembangan industri kuliner di Indonesia, kita perlu pemetaan terhadap ekosistem kuliner yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, lingkungan pengasuhan (nurturance environment), dan pengarsipan (baik dalam bentuk teks, foto, dan visual lain). Semua harus terlibat dalam ekosistem ini tidak hanya terbatas pada model triple helix yaitu kaum intelektual, pemerintah, dan bisnis saja.

Memajukan kuliner Indonesia harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif maupun masyarakat konsumen dari karya kreatif yang akan dihasilkan. Indonesia pasti bisa jika semua pihak saling berkolaborasi dan membentuk jaringan yang mengangkat potensi lokal melalui pendekatan menyeluruh agar para pelaku kreatif terlibat aktif. Ayo, kita kenalkan kuliner melalui film Indonesia*

Nasi Tumpeng Indonesia
Nasi Tumpeng Indonesia
#SalamKreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun