Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Boneka Sabrina, Medium Entitas Jahat dari Karya Film yang Pekat

27 Juli 2018   20:05 Diperbarui: 27 Juli 2018   20:13 1777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari babak awal, penonton disuguhkan dengan penjelasan-penjelasan tentang properti apa yang akan digunakan untuk scene selanjutnya. Sebagai contoh, saat Vanya diberi hadiah berupa ipad. Disitu kita akan melihat bahwa ada adegan selanjutnya yang mengharuskan Vanya bermain aplikasi dalam ipad tersebut untuk mendeteksi keberadaan makhluk halus di sekitar rumah melalui ghost reader.

Logika berpikir mulai dipertanyakan. Adegan demi adegan yang disengaja mulai bermunculan. Saat Maira mencari Vanya di kamar atas yang terkesan seperti gudang. Tiba-tiba Maira malah melihat dokumen bisnis milik keluarga yang telah usang. Pencarian Vanya terlupakan. Dokumen itu hanya untuk menjelaskan kejadian apa yang pernah berlalu dan akan terjadi pada adegan selanjutnya. Its not make sense.

Keegoisan sineas film semakin terlihat saat adegan liburan di pantai dan menginap di cottage yang lebih mirip pulau pribadi tersebut. Cottage sengaja terlihat kosong seolah tak ada penghuni lain atau penjaga meski waktu sudah menunjukkan tengah malam.

 Ada kejadian aneh saat Maira lari dikejar setan yang seharusnya tinggal lari lurus ke arah depan menuju pintu keluar, tapi sutradara mungkin lupa malah menyuruh Luna Maya untuk belok masuk ke ruangan yang lebih gampang dijangkau oleh iblis  yang gentayangan. Distraksi adegan yang tak terkontrol dan membuat kisah ini semakin fiksi.

Kemunculan iblis terlihat tidak konsisten. Kadang merangkak, lalu berjalan, atau bahkan terbang. Saat iblis merasuki tubuh Aiden dan mengejar Bu Laras, iblis terlihat tak mampu menembus pintu padahal di adegan sebelumnya iblis Baghiah itu bisa menembus pintu.

Sementara pembentukan boneka Sabrina sebagai interest of title dan ikon dalam film juga terlihat sangat konyol. Hanya punya kekuatan mata yang bisa melirik ke kanan dan ke kiri. Namun, esensi boneka ini untuk masuk ke dalam bobot cerita tak bisa dikembangkan lebih lanjut lagi. Sabrina tak mampu unjuk gigi. Tak ada penjelasan juga kepada penonton, alasan boneka Sabrina bisa viral atau laku terjual di pasaran padahal dari segi bentuk saja pasti sudah tidak disukai oleh kalangan anak-anak.

Para pemeran tak mendapat tantangan yang berarti untuk menunjukkan kualitas akting dengan tampil beda. Kepanikan, kecemasan, dan kegelisahan dalam film tak mampu menghiasi air muka mereka. Banyak konstruksi tokoh yang tak terbentuk sehingga membuat penonton semakin tidak peduli.

Christian Sugiono, Luna Maya, dan Jeremy Thomas tak mampu menunjukkan performa akting yang istimewa. Hanya blow up media yang membuat nama mereka digunakan untuk meningkatkan popularitas film Sabrina. Eksposisi dialog demi dialog yang terlontar dari para pemeran menjadi semakin kaku.

Christian Sugiono yang blasteran membuat performa akting begitu berlebihan. Ada dialog yang terucap seperti "Tau gak, hari ini aku pergi ke luar negeri.". Dialog tersebut diucapkan dengan nada yang tak biasa dan tidak memiliki relevansi terhadap adegan yang sedang dilakoni.

Luna Maya juga hanya berakting sebagai wanita yang menjadi sosok ibu bagi anak angkatnya, lalu dirasuki iblis pencabut nyawa, hingga dikubur dalam kondisi hidup saat bermain di pantai. Ia mungkin masih digunakan karena sebelumnya juga berakting untuk film The Doll 2. Tapi pandangan penulis, Luna lebih baik fokus mengurus tata kostum untuk film saja karena kualitas akting justru malah menurun seiring bertambah usia.

Tokoh supranatural pria yang diperankan oleh Jeremy Thomas juga tak mampu berbuat banyak. Babak awal diperkenalkan sebagai tokoh paranormal yang masih lajang. Jelang babak akhir, Jeremy Thomas hadir dalam adegan serumah dengan Sara Wijayanto. Penonton pun hanya diberi tahu saat dialog mengalir dari mulut mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun