Josh Brolin sebagai Thanos juga mampu membuat tokoh antagonis ini memiliki akting yang berkualitas dengan penokohan kuat dan ambisi yang jelas. Bahkan penjahat yang menyenangkan karena tersisip unsur dramatis yang memiliki sisi keluarga kelam. Film pun terus melakukan pembentukan karakter untuk memastikan bahwa sosok Thanos bukan bagian dari tokoh rekaan versi CGI generik. Penonton pun bisa bersimpati dengan sosok ini meski Ia bisa menghancurkan jagat raya dengan kekuatan yang dipunya.
Avengers: Infinity War menjadi pertempuran raksasa yang digarap oleh Anthony dan Joe Russo. Tak banyak kejutan yang bisa mereka buat untuk film ini. Ada adegan yang terlihat dibuat-buat ketika Thor memasang sebelah matanya. Seharusnya efek kamera saat menjelaskan point of view adegan mampu dibuat blurred untuk memastikan bahwa matanya memang tidak berfungsi.
Untung ada teknik kamera follow shot yang diambil dari side angle sehingga membuat film ini berbeda dibanding film-film super hero lain. Hal ini memiliki motivasi yang patut diapresiasi. Ada juga tata cahaya yang mampu menggunakan sinar ultraviolet seperti saat adegan Nebula digantung. Itu terkesan keren. Begitu juga dengan lantunan lagu dari komposer Alan Silvestri yang membuat musik semakin kuat dalam setiap adegan. Semua elemen pembentuk sinematografi film mampu membuat keseimbangan film Avengers: Infinity War memiliki sensasi tersendiri.
Jika banyak penikmat film yang menonton film ini berulang kali. Penulis emoh menonton film ini lagi karena terlalu berani mempertahankan kuantitas daripada kualitas, hiburan spektakuler daripada cerita, dan membesar-besarkan trailer tanpa unsur kejutan dalam cerita. Film Avengers: Infinity War tak jauh hanya sebagai sarana hiburan semata.
Film Avengers: Infinity War juga masih menyisakan post-credit scene di bagian akhir. Setelah credit title tayang, intermeso adegan kembali muncul untuk mendeskripsikan secara singkat tentang potensi cerita yang masih terus berlanjut. Jagat sinematik Marvel memberi pelajaran berharga bagi sineas perfilman Indonesia untuk menghadirkan tontonan layar lebar secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang lama. Adegan ini diduga sebagai cara agar penonton semakin penasaran dan menanti film produksi Marvel berikutnya.
Jika dahulu, Kompasianer berseteru untuk gabung dengan tim Captain America atau tim Iron man? Melalui Avengers: Infinity War mari "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H