Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Diskriminasi dan Intimidasi Membuat Onggy Hianata Terbang Menembus Langit

27 April 2018   08:20 Diperbarui: 27 April 2018   12:52 4709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Terbang Menembus Langit.(KOMPAS.com/ Tri Susanto)

Bulan April 2018 mulai diramaikan dengan film-film Indonesia yang berkualitas. Setelah film Jelita Sejuba, ada film yang bertajuk Terbang Menembus Langit berhasil mencuri perhatian penulis. Film ini sudah penulis ikuti proses produksinya melalui timeline twitter rumah produksi Demi Istri Production.

Kehidupan Onggy Hianata sebagai warga negara Indonesia keturunan Tionghoa penuh kelok. Jatuh bangun sejak kecil hingga memiliki anak kecil terdeskripsi melalui rangkaian audio visual berlatar tempat di Tarakan, Surabaya, dan Jakarta. Tiga kota mengisahkan 3 fase kehidupan yang harus dilalui Onggy. Mulai dari masa kecil, remaja, hingga berumah tangga.

Dengan tone setting tahun 80-an sampai 1998, Film Terbang Menembus Langit menceritakan perjuangan pemuda serba kekurangan yang berani menunjukkan kelebihannya dengan gigih dan berhasil menjadi motivator sukses di Singapura. Panggil saja Ia dengan nama Onggy (Dion Wiyoko).

Sosok Onggy kecil membicarakan tentang masa depannya. Kehidupan serba kekurangan di Tarakan, Kalimantan Utara harus dijalani bersama 7 saudara kandung lainnya. Beruntung, Onggy punya orangtua yang begitu sayang kepadanya. Papa Ong Thui (Chew Kin Wah) selalu memberi motivasi kepada Onggy untuk terbang mengejar cita-citanya setinggi langit. Ibu (Aline Aditia) mampu mendukungnya untuk terus mendapatkan apa yang diinginkan. Keluarga  mereka pun tampak harmonis.

"Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung"

Salah satu adegan dalam Film Terbang Menembus Langit. Sumber: https://id.bookmyshow.com
Salah satu adegan dalam Film Terbang Menembus Langit. Sumber: https://id.bookmyshow.com
Kehidupan Onggy pasang surut. Tantangan dan harapan datang silih berganti mengiringi perjuangan Onggy meraih mimpi. Setelah ayahnya tiada, Ia memutuskan untuk merantau ke Surabaya. Ia memberanikan diri mengejar mimpi di kota lain untuk kuliah. Demi membiayai kuliah, Ia mulai merintis ide bisnis dengan menjadi distributor buah Apel sampai menjual jagung bakar. Semua dibantu oleh teman-teman kost yang begitu menghibur dalam kesehariannya.

Onggy pun mulai jatuh cinta dengan Candra Dewi (Laura Basuki). Tak perlu berpacaran lama, mereka memutuskan untuk langsung menikah. Disinilah perjuangan hidup Onggy semakin diuji. Dimulai dari menjadi pengusaha kerupuk lalu ditipu, bekerja di pabrik benang lantas memutuskan untuk keluar, berjualan karpet di pasar tradisional sampai akhirnya bisa menjadi motivator kelas dunia seperti sekarang ini.

Kerja keras Onggy tak semudah membalikkan telapak tangan. Ia pun pernah mengalami tragedi kerusuhan 1998. Dibalik hidupnya yang masih susah tinggal di kontrakan. Ia ingin membeli AC untuk anaknya yang masih bayi agar tidak kepanasan. Saat pulang, Ia hampir mengalami penjarahan. Di saat orang-orang keturunan Tionghoa mengungsi dari Indonesia, Ia tidak pergi begitu saja. Ia beranggapan bahwa "Saya Indonesia. Saya sama dengan kalian!"

Masa orde baru menjadi titik balik perjuangan Onggy Hianata. Meski pertentangan antara kaum mayoritas dan kaum minoritas dengan paham berseberangan memanas. Ia tak mau ikut terbakar menjadi pemalas. Walau semua pihak saling menuding atas nama suku, agama, ras, dan antar golongan. Diskriminasi yang terjadi terhadap Onggy justru semakin mengintimidasi meraih kesuksesan yang hakiki.

'Sudahkah Kamu terbang menembus zona nyamanmu?... .'

Onggy Hianata dan Candra Dewi harus menghadapi masa sulit. Sumber: www.socimage.com
Onggy Hianata dan Candra Dewi harus menghadapi masa sulit. Sumber: www.socimage.com
Etnis Tionghoa sengaja dipilih oleh Fajar Nugros untuk mematahkan stereotipe penonton terhadap kisah Onggy Hianata. Dari tangannya, Ia menerjemahkan pengalaman seorang motivator from zero to hero ke dalam bentuk audio visual. Sinematografi dan tone warna zaman old ikut menghanyutkan penonton dari satu adegan ke adegan berikutnya. Kesedihan dan kegembiraan bersatu pada motivasi hidup yang begitu tinggi.

Penyuntingan gambar pun rapi membawa penonton pada tiga fase kehidupan yang penuh angan-angan, banyak perhitungan, hingga mencapai mapan. Film berusaha menembus dekade waktu yang membuat kisah semakin berani dan tidak monoton untuk memberi tradisi dari sisi keluarga Tionghoa yang membumi. Hanya beberapa efek transisi mungkin terlihat kurang smooth.

Film Terbang Menembus Langit pun tak memberi esensi yang justru seharusnya membawa penonton pada akhir cerita yang klimaks. Penonton hanya diajak naik turun dari titik terendah ke titik tertinggi begitu juga sebaliknya. Film tak mampu memberi ruang untuk menjelaskan tentang motivasi apa yang membawa Onggy Hianata pada masa kejayaan.

Mengapa Onggy bisa sukses menjadi motivator? Penonton pun terus menerka dengan apa Onggy bisa terbang setinggi itu? Apakah hanya melalui kisah-kisah kegagalan masa lalu sehingga Ia berani move on dan memotivasi yang lain.

Semua pertanyaan tersebut belum mampu terjawab. Entah karena keterbatasan durasi atau memang memberi ruang untuk sekuel film selanjutnya. Penonton dibiarkan berekspetasi sendiri.

Kehidupan Onggy hanya bisa dinikmati melalui pemeran utama yang mampu memperkaya diri dengan kualitas aktingnya.  Ada tingkatan evolusi yang dimainkan oleh Dion Wiyoko. Sebagai aktor, Ia mampu menyampaikan emosi dalam cerita dengan penuh totalitas. Ada kala Ia kecewa, marah, putus asa hingga bahagia mampu dilakoni melalui olah kata, olah tubuh, dan olah rasa secara sederhana.

Chemistry Dion Wiyoko bersama lawan mainnya Laura Basuki pun begitu apik. Pergerakan karakter yang terasa dalam kisah hidup rumah tangga antara Pak Onggy dan Bu Candra. Ada kekuatan istri yang mendukung perjuangan seorang suami. Emosi kuat berkontribusi mendukung adegan penuh isi. Semua penonton pun terlarut dalam kisah menggapai mimpi ala mereka.

Alhasil, film tertolong dari kombinasi teknis yang mendukung. Mulai dari tata artistik, tata rias, dan tata busana mampu menyatu dengan gerak-gerik para pemain film yang natural. Desain produksi tertata rapi penuh nostalgia untuk kembali pada era 80-90an yang memorable.  

Ada kehangatan dalam keluarga untuk senantiasa bersama. Ada kisah lucu dalam pertemanan yang justru bisa membuat pilu. Ada motivasi yang bisa membawa kita terbang pada mimpi-mimpi untuk menjadi sosok inspirasi.

Penulis begitu suka dengan film yang diangkat dari kisah nyata. Terbang Menembus Langit pun mampu menyentuh hati siapa saja. Penonton akan terenyuh karena makna kesuksesan dalam film ini mampu menembus relung hati terdalam diri kita. Film ini punya daya tarik tersendiri karena membiarkan penonton merepresentasi terhadap cerita yang penuh dinamika kehidupan.

Meski bukan paket lengkap film biografi, setidaknya film mampu mengemas keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk kisah perjuangan yang tak biasa. Kebhinekaan mampu tersampaikan dengan lugas dan pas. Kita bisa bangga karena memiliki bahasa persatuan berupa bahasa Indonesia. Kita bisa merenung bahwa tak perlu ada perang suku karena kita adalah Indonesia.

Ketika kemiskinan dan minoritas menjadi tembok besar yang mengungkung dan membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa. Itu hanya sugesti saja. Masa depan ada di tangan kita.  Suram atau tidaknya akan berubah dengan sendirinya selama masih memiliki tekad yang kuat. Inilah perspektif baru untuk menanggapi kehidupan dan mengerti bagaimana keuletan dari etnis Tionghoa yang penuh etos kerja. 

Meski ada diskriminasi dan intimidasi, film akan menyadarkan bahwa hidup adalah pilihan. Keputusan jalan hidup yang kita pilih akan menemui konsekuensinya. Semoga siapa saja bisa terus terbang menembus langit untuk menjadi sosok inspirasi dalam kehidupan.

Buat yang penasaran dengan jalan ceritanya, silakan saksikan film "Terbang, Menembus Langit" di bioskop kesayangan Kompasianer sejak 19 April 2018 sebelum turun layar dan tergantikan dengan film Infinity Wars: Avenger. #DukungFilmIndonesia

Onggy Hianata rela berjualan apa saja (Kompas.com)
Onggy Hianata rela berjualan apa saja (Kompas.com)

"Beranikan hati. Raihlah kebebasan kau. Terbang, terbang setinggi-tingginya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun