Film-film yang mengandung kearifan lokal butuh produser yang berani membawa karya mereka ke kancah nasional hingga internasional. Para produser yang anti mainstream harus berani berkomitmen dan konsisten untuk mengangkat karya dari tradisi lokal. Hal ini didasari atas tradisi-tradisi yang menjadi bagian dari budaya itu sendiri sehingga tidak hanya berkembang di dalam lingkaran itu saja.
Ichwan Persada sebagai produser film Silariang: Cinta yang (Tak) Direstui berhasil memperjuangkan film ini untuk dinikmati tayang seantero negeri. Sebagai seorang produser, Ia mampu melihat kearifan lokal sebagai tema cerita film yang membumi. Meski harus meyakinkan para investor yang masih berpikir panjang akan persaingan dalam komersialisasi industri.
Ini bukan film perdana yang diproduserinya, Ia juga pernah memproduksi film Cerita Dari Tapal Batas,Hijaber in Love,dan MIRACLE:Jatuh Dari Surga. Namun, Film Silariang mampu membuktikan kepada publik bahwa Ia cinta dengan latar budaya Bugis yang begitu kuat. Wajar saja karena memang produser film ini merupakan keturunan dari Makassar.
Film Silariang yang diproduksi oleh Inipasti Communika bekerjasama dengan  Indonesia Sinema Persada bagai pintu masuk terbaik untuk lebih mengenal kearifan lokal melalui media film. Kearifan lokal itu sudah seharusnya menjadi kekuatan perfilman nasional.
Indonesia dikenal terdiri dari banyak budaya. Punya banyak cerita yang tak pernah habis untuk diangkat ke layar lebar. Pengolahan cerita yang menarik dipadupadan dengan keindahan alam dan keindahan ciri khas pakaian serta bangunan adat mampu menjadi ide terbaik. Apresiasi patut diberikan pada sineas-sineas Sulawesi Selatan yang terus mengangkat cerita yang menjunjung tinggi tradisi.
Mungkin bagi masyarakat Makassar, mereka anggap cinta itu rumit apalagi jika harus siap menuju gerbang pernikahan. Terutama bagi mereka yang masih memandang kasta untuk mempertahankan prestise keluarga. Ada cinta yang tak direstui.
Berkisah tentang cinta dua anak manusia bernama Yusuf (Bisma Karisma) dan Zulaikha (Andania Suri). Yusuf tampil sebagai tokoh yang berkecukupan, namun hanya golongan dari rakyat biasa. Ia dianggap tak layak meminang Zulaikha yang keturunan bangsawan Bugis.
Perasaan cinta diantara keduanya tulus namun ada tembok besar yang menghalangi cinta suci. Atas nama cinta hubungan mereka tetap dipertahankan meski tidak ada restu dari orang tua.
"Kalau sama dia, ndak ku restui ko. Jammo ko tanya kenapa."
Ancaman Puang Rabiah (Dewi Irawan) bagai martil besar yang menghujam hati Zulaikha. Ia sadar bahwa hubungan dengan Yusuf yang telah terjalin selama bertahun-tahun lama tak bisa mendapat restu dari ibunya.
Bahkan ketika Pak Dirham (Muhary Wahyu Nurba), ayah Yusuf mengutus adiknya untuk memberitahu niat baik dari keluarganya. Tetap saja permintaan itu ditolak. Puang Ridwan (Sese Lawing) bahkan tampak congkak ketika menolak dengan halus keinginan dari mereka untuk mempersatukan kedua keluarga.