Kesetrum. Itu jadi pengalaman aku yang pernah terjadi sejak kecil. Meski rasanya seperti mengagetkan seperti digigit semut rangrang, efek kejutan listrik tersebut bisa fatal apalagi saat tangan kita basah. Akibatnya, kita bisa pingsan bahkan trauma jika kesetrum berulang kali saat memutus atau menyambung alat listrik rumah. Makanya, aku lebih pilih kesetrum hati dengan sang pujaan hati dibanding kesetrum listrik yang bisa buat mati. Hihihi.
Listrik bukan suatu permainan yang bisa kita coba sendiri. Listrik itu butuh teknik makanya kita sebagai pengguna listrik harus selalu terlindungi dari bahaya korsleting. Lebih dari itu, potensi kebakaran di rumah pun bisa terjadi hanya karena hubungan arus pendek. Fakta ini sudah terbukti sejak tahun 2016, 73% dari jumlah kebakaran di Jakarta diakibatkan oleh listrik
Nah, untuk meminimalisir resiko tersebut, aku beruntung bisa hadir dalam acara Kompasiana Nangkring bekerja sama dengan Schneider Electric. Meski menyebut nama perusahaan ini sulit karena menggunakan bahasa asing, tapi Kompasianer perlu tahu bahwa Schneider Electric menjadi perusahaan manufaktur peralatan listrik asal Perancis yang sudah beroperasi selama 44 tahun di Indonesia.
Perusahaan global di bidang pengelolaan energi dan automasi ini juga  melakukan serangkaian aktivitas untuk mensosialisasikan pentingnya pengelolaan listrik yang aman dan bertanggung jawab. Ancaman arus pendek dan sengatan arus listrik menjadi bahaya yang selalu mengintai karena keselamatan dalam penggunaan listrik masih belum menjadi prioritas di tengah masyarakat.
Sabtu pagi (25/11), aku terlambat untuk sampai ke Crematology Coffee Roasters, Jakarta Selatan karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Hingga tim kompasiana menghubungi aku 2x untuk konfirmasi, apakah jadi hadir dalam acara ini atau tidak. Langkah kaki ku tak gentar menuju tempat ini meski lokasi terbilang kurang strategis. Â
Akhirnya, aku tiba di lokasi sekitar pukul 10.30 WIB. Materi sudah dimulai. Segala hal yang berhubungan dengan listrik sedang dipresentasikan. Aku pun langsung mengambil posisi untuk menyimak ilmu yang bermanfaat tentang listrik dalam kehidupan sehari-hari ini.
Setelah mendapat kursi, aku sempat bertanya dengan Kompasianer lain. 'Acaranya sudah sejauh mana?' Materinya baru mulai kok. Tadi sudah sarapan pagi dengan western food yang tersaji. Lalu, ada games online juga untuk menjawab segala hal tentang listrik yang menggunakan poin. Tapi, nanti ada sesi games lagi kok".
Baiklah, perhatian aku pun mulai tertuju ke depan. Tampak Maria Anneke (presenter Kompas TV) yang memandu acara dan Frankco Nasarino Nainggolan (product marketing Schneider Electric) yang menyampaikan materi presentasi tentang listrik.
Hal paling utama untuk melindungi listrik rumah dari bahaya, yaitu kita harus mengetahui terlebih dahulu peralatan instalasi listrik yang digunakan. Jika kita tidak mengenal, maka saat arus listrik ada yang bocor bisa menimbulkan setrum dan korsleting. Untuk itu dalam nangkring kali ini dijelaskan satu per satu peralatan listrik yang penting, termasuk seluk-beluk listrik secara lengkap. Sebenarnya perangkat-perangkat tersebut lazim kita jumpai. Hanya saja, Kompasianer mungkin belum mengenal sehingga tidak tahu nama dan fungsinya. Berikut ulasannya:
1. MCB
Akronim dari Miniature Circuit Breaker. Biasanya alat ini dipasang langsung oleh PLN saat instalasi listrik. Alat ini berfungsi sebagai pengaman hubungan singkat (korsleting) dan pengaman dari penggunaan arus berlebih.
Jika listrik rumah tiba-tiba mati, padahal rumah tetangga kita menyala, bisa dipastikan pemadaman ini bukan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kondisi ini didahului dengen bunyi "jetrek", berarti saklar pengaman aliran listrik beralih ke posisi mati. Ini tandanya penggunaan listrik di rumah kita sudah melebihi daya yang semestinya atau peralatan listrik yang dipakai bersamaan terlalu banyak.
Berarti, berapa banyak MCB harus terpasang di rumah? Kondisi tersebut tergantung dari daya yang dipasang. MCB yang dikeluarkan oleh PLN rata-rata 2 A dan MCB ideal itu harus dipisahkan sesuai penggunaannya. Seperti untuk barang elektronik, lampu, dan peralatan dapur elektrik lain. Maka pemasangan alat ini bertujuan untuk menghindari kerusakan barang elektronik juga. Ingat, listrik yang tidak stabil akan berpengaruh terhadap pemakaian barang elektronik tersebut. Schneider Electric menjual MCB ini cukup murah dengan harga mulai dari Rp 59.400,-.
Akronim dari Earth Leakage Circuit Breaker. Fungsinya mendeteksi kebocoran arus. Bila terjadi kebocoran, ELCB akan memutuskan arus listrik ke grounding. Alat ini akan melindungi aset dari kebakaran dan anggota keluarga dari bahaya sengatan listrik ketika terpercik air, bersentuhan langsung dengan stop kontak, atau kabel terkelupas. ELCB dipasang berdampingan dengan MCB. Harga untuk mendapat produk ini mulai dari Rp 410.300,-.
Biasanya alat ini digunakan oleh perusahaan, namun listrik rumah juga bisa dipasang alat ini. Tujuannya untuk melindungi peralatan elektronik seperti televisi, komputer, dan telepon terhadap sambaran petir tidak langsung yang tidak dapat diproteksi oleh penangkal petir (lighting rod). Dengan fungsi yang luar biasa, alat ini bisa didapat dengan harga Rp 1.307.900,-.
Akronim dari Residual current Circuit Breaker with Over current protection. Begitu panjang artinya, tapi RCBO Slim ini memang pertama di Indonesia. Fungsi alat ini untuk memutus arus listrik secara otomatis bila terjadi hubungan arus pendek (korsleting) dan memutus arus listrik saat terjadi kebocoran. Bisa dibilang RCBO ini adalah gabungan MCB dan ELCB dalam satu komponen.
Alat ini memang inovasi terbaru dari Schneider Electric dengan tujuan supaya pengunaan listrik rumah lebih efisien. Dengan bentuk dimensi yang lebih ramping (lebar 18 mm), alat ini bisa menghemat ruang dalam kotak MCB. Pemakaian RCBO juga semakin efektif jika dipasang pada sirkuit listrik yang berada di area yang lembab. Misalnya, kamar mandi, dapur, sekitar kolam renang, dan sirkuit listrik yang sulit terjangkau oleh anak-anak.
Ditinjau dari segi harga, RCBO juga tergolong ekonomis mulai dari Rp 263.450. Jadi, menggunakan RCBO sudah pasti jauh lebih hemat. Apalagi kerusakan jaringan listrik lebih mudah dideteksi. Bahkan, kabar gembira untuk Kompasianer semua, Schneider Electric sedang mengadakan promo harga senilai Rp 250.000,-. Buat yang suka promo, langsung pasang untuk listrik rumah kamu yaa.
1. Bila ada alat yang memercikkan api jika kabel terkelupas, maka penanganan dasar seperti mengganti kabel atau menutup bagian kabel yang terkelupas menjadi langkah tepat. Ingat, penanganan cukup pada alat bukan perangkat listriknya. Beda hal jika ada kelainan pada perangkat listrik yang memang harus ditangani oleh teknisi terkait.
2. Jangan menumpuk sambungan di satu stop kontak. Biasanya Kompasianer tidak sadar menumpuk sambungan menggunakan sambungan T. Seharusnya sambungan T sudah punya jatah 3-4 sambungan sehingga jika kita nekat menumpuk lagi dengan satu atau dua sambungan T lainnya, hal ini akan menjadi bahaya.
3. Pastikan instalasi listrik di rumah menggunakan alat-alat listrik yang terjamin sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti produk-produk dari Schneider Electric.
4. Pemasangan instalasi listrik tidak boleh sembarangan. Hubungi petugas ahli di bidang kelistrikan yang bersertifikat.
5. Tempatkan stop kontak di lokasi yang sulit dijangkau oleh anak kecil, terutama balita. Seperti di balik pintu, di samping bufet atau lemari.
6. Lakukan pengecekan berkala. Biasanya, waktu ideal pengecekan alat-alat instalasi listrik di rumah yaitu setiap sepuluh tahun sekali. Tapi, setiap bulan tidak ada salahnya jika Kompasianer periksa kembali kabel-kabel listrik yang terpasang. Bisa saja ada beberapa kabel yang sudah digigit tikus.
Itulah materi-materi yang aku dapatkan tentang seluk-beluk listrik rumah dari acara nangkring minggu lalu. Mulai dari bahaya, produk, dan tips pengamanan tentang listrik bisa menghindari kita dari potensi kebakaran. Semua anggota keluarga pun bisa bebas dari sengatan listrik atau setrum jika kita memahami hal-hal di atas.
Ternyata, acara nangkring belum selesai sampai disitu. Masih ada serangkaian acara seru. Seperti kompetisi merakit produk-produk Schneider Electric dalam MCB Box. Dalam sesi ini, aku bergabung dalam tim hore. Awalnya, tim ini cukup bingung untuk menyambung antara kabel satu dengan kabel lainnya. Secara personal, aku juga bukan lulusan dari SMK Teknik Instalasi Tenaga Listrik apalagi kuliah dengan latar belakang teknik elektro dan sebagainya sehingga kesulitan utak-atik instalasi listrik ini. Namun, aku berusaha meyakinkan tim untuk tetap merakit komponen sesuai petunjuk walau akhirnya tim kami tidak menjadi tim yang tercepat menyelesaikan tantangan ini.
Jika teman-teman Kompasianer ingin mengetahui informasi lebih lanjut dari produk-produk Schneider Electric, langsung saja menghubungi:
Hotline : 1500055 atau email : customercare.id@schneider-electric.com
Web : www.schneider-electric.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H