Di sinilah konflik sesungguhnya terjadi. Lama-kelamaan Koh Afuk pun tergiur dengan penawaran jual beli tanah dari seorang pengusaha pengembang real estate,Robert (Tora Sudiro). Dengan gaya komikalnya, Robert yang didampingi sekretaris pribadinya, Anita (Yeyen Lydia) siap membeli kawasan tempat toko itu berada. Meskipun, pemilik toko sebelah Pak Nandar (Budi Dalton) tetap teguh tidak menjual tokonya kepada pengembang tersebut. Koh Afuk harus tetap menjual toko Jaya Baru karena anak-anaknya sulit mengikuti kemauannya. Konflik pun muncul melibatkan ego ayah dan anak.
Durasi terus berjalan. Koh Afuk terpaksa melego tokonya dan menandatangani akte jual beli tanah. Toko kesayangannya bakal terjual sehingga membuat Ia jatuh sakit dan harus mendapat perawatan insentif. Mulailah kedua anaknya tersadar dan menunjukkan kepedulian terhadap kondisi ayah kandungnya. Mereka bertekad menyelamatkan tanah dan toko agar kesepakatan jual beli bisa dibatalkan.
Kedua anaknya mulai memikirkan strategi untuk mencari cara agar kontrak jual beli dengan makelar tanah dapat dihentikan segera. Cerita mengalir dengan adegan yang dipaksakan. Dengan bekerja sama melalui sekretaris pribadinya, sang makelar dibius dengan obat tidur, lalu dibawa ke salah satu kamar hotel untuk difoto dalam frame tidak senonoh bersama sekretaris pribadinya. Foto-foto tersebut menjadi ancaman bagi Robert karena bisa saja diberikan langsung kepada istrinya, Elisa (Melissa Karim). Foto itu dijadikan senjata agar Robert terpojok dan bersedia membatalkan kontrak jual beli.
Cerita pun berakhir gembira. Koh Afuk tidak kehilangan tanah dan tokonya. Yohan siap menjadikan toko kelontong dahulu dengan membangun studio foto dan kedai kue bersama istrinya, Ayu. Sementara Erwin akan melanjutkan karirnya di luar negeri untuk membangun masa depannya nanti bersama Natalie. Kebersamaan keluarga itu pun terlihat rukun.
Dari segi pemeranan, para pemain berupaya untuk berperan secara natural dalam film yang diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia ini. Setiap karakter memberi kontribusi yang kuat menjaga intensitas dramaturgi. Chew Kin Wah dan Dion Wiyoko menunjukkan kualitas akting yang tidak diragukan lagi. Mereka mampu memberi kekuatan emosional pada setiap adegan yang dilakukan.
Ekspresi Chew Kin Wah saat terpaksa menjual toko karena tidak ada anak-anaknya yang meneruskan mampu menyirat rasa kehilangan begitu mendalam. Momentum ini diperankan sangat baik oleh aktor berkebangsaan Malaysia, yang juga pernah berperan dalam film My Stupid Boss).
Koh Afuk bersandar di tiang salah satu tembok yang mulai terlihat kosong. Koh Afuk yang sudah lanjut usia, berperawakan kecil dan rambut dipenuhi uban mendorong punggungnya sendiri ke tiang sambil menunjukkan kerapuhan. Mata tampak nanar dan gundah. Air dan raut mukanya pun putus asa. Perlahan Ia terduduk dan kemudian menangis dengan diiringi soundtrackbergaya balada sambil terbayang kisah kecil anak-anaknya (Marvel Adyama sebagai Erwin Kecil & Faisal Alfiansyah sebagai Yohan Kecil) dan istrinya, Ci Lili (Dayu Wijayanto) yang pernah menghidupi keceriaan di toko itu pada masa lalu. Adegan memang hanya beberapa detik saja, namun menjadi akumulasi dari berbagai peristiwa yang telah penonton saksikan di layar sebelumnya.
Dalam film CTS, Dion Wiyoko juga bermain optimal menerjemahkan kegelisahan yang bengal. Pantas saja, ia mendapat penghargaan pemeran pendukung pria terfavorit dalam ajang Indonesian Movie Actor Awards 2017. Peredaman watak dibalik antusiasme yang menggebu memberi penekanan karakter yang wajar dalam balutan ekspresinya. Interaksi antara Dion dan Chew Kin Wah sebagai ayahnya, terasa "menyakitkan". Saat mereka bertukar dialog, ada ketegangan dalam keheningan yang suatu saat siap meledak. Saat momen itu tiba, penonton bisa merasakan sakit antar keduanya. Rasa sakit yang muncul akibat terlalu lama memendam gundah. Saat konklusi dan rekonsiliasi menemukan jalan keluar, haru dan sesak mereka berhasil mengalahkan ego pribadi, mengajak penonton untuk refleksi diri.
Sensitivitas Dion Wiyoko juga mampu membangun chemistry saat harus beradegan sebagai seorang anak terhadap ayahnya, abang terhadap adik kandungnya, dan suami terhadap istrinya. Chemistry semakin menjadi saat Adinia Wirasti dengan paras teduhnya mampu bermain apa adanya sebagai tokoh protagonis paling manis dengan kualitas akting yang semakin matang. Layak jika tahun ini Asti mendapat predikat aktris terbaik, namun dalam film lain seperti Critical Eleven.
Kehadiran sosok Ayu semakin menarik karena dibarengi dengan konflik tersendiri. Ayu tidak hanya menjadi peran pendukung saja, melainkan punya faedah untuk menyambung cerita demi cerita. Ada adegan Ayu saat menceritakan kepada Yohan tentang Reno yang mengajaknya kembali untuk membuka usaha. Lantas, Yohan langsung berkata, "Aku yang mewujudkan mimpimu, bukan orang lain!"