Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Youth for Disability: Bahagia Bersama untuk Mereka yang Luar Biasa

21 Mei 2017   20:30 Diperbarui: 21 Mei 2017   20:52 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta terpilih untuk masuk kelas bahasa isyarat

            Tak perlu diragukan, semua orang ingin kebahagiaan dalam hidupnya. Segala usaha yang dilakukan dalam hidup bertujuan untuk mendapat kebahagiaan. Entah ada yang mengorbankan sesuatu, merencanakan kehidupan atau melakukan begitu banyak usaha untuk membuat diri individu masing-masing merasakan kebahagiaan hidup. Apakah kebahagiaan itu begitu sulit untuk didapat sehingga hanya sedikit orang yang menemukan kebahagiaan sejati?.

      Padahal, bahagia itu sederhana jika kita mau berbagi kepada sesama. Ini yang aku alami saat bergabung dengan komunitas YFD (Youth For Disability).

      Komunitas ini dibentuk pada tanggal 09 Juli 2014 di Jakarta. Pada awalnya dikenal dengan nama Youth for Diffable (Different Abilities). Namun, awal tahun 2017, komunitas ini mulai berganti nama menjadi Youth for Disability. Pergantian nama ini disesuaikan dengan apa yang tertera pada CRPD (Convention on The Rights of Person with Disabilities) yang telah disahkan oleh Pemerintah serta menyesuaikan dengan pasal 1 UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, “Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama…”. Pergantian nama ini juga dipandang karena penyandang disabilitas yang memiliki kondisi fisik terbatas selalu punya semangat mencapai kebahagiaan tanpa batas.

      Kontribusi dalam YFD pun diikuti juga oleh para pemuda non disabilitas yang berusia antara 18-30 tahun. Kontribusi ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat disabilitas secara komprehensif dan membangun awareness bagi masyarakat non-disabiliitas secara masif.

      Jumlah generasi milenial yang begitu besar di Indonesia dan memiliki peran penting sebagai pemangku kebijakan ke depan menjadi pertimbangan YFD melibatkan generasi muda. Seluruh pemuda yang terlibat dalam YFD akan menjadi subject of change dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan ramah terhadap sekitar, khususnya penyandang disabilitas yang dimulai dari saat ini hingga masa yang akan datang.

      Jika diibaratkan sebuah alat, maka YFD menjadi sebuah corong atau pipa penghubung antara dua dimensi kehidupan disabilitas dan non-disabilitas. Para pemuda yang terlibat didalamnya saling mengembangkan jiwa kepemimpinan, integritas, berwawasan luas, open minded, dan memiliki mind set serta mental inklusif (setara). Sudah 210 jiwa muda yang ikut untuk berbagi bahagia bersama sebagai standing position YFD untuk terus bergerak.

Kelas Berbagi Cahaya di Kota Tua
Kelas Berbagi Cahaya di Kota Tua
     Seperti yang Kompasianer ketahui, masyarakat disabilitas memiliki keterbatasan akses dari segi pendidikan, hak untuk bekerja, dan lain sebagainya. YFD hadir sebagai langkah bahagia untuk menggerakan isu masyarakat disabilitas, baik itu Disabilitas Tuli, Tuna Netra, Tuna Daksa, Tuna Grahita, dan lainnya yang bisa terjangkau dari kota-kota besar hingga dapat menjangkau ke pelosok daerah di Indonesia. Untuk itu, YFD memulai kegiatan-kegiatan yang bisa diikuti, seperti Kelas Bahasa Isyarat, Kelas Bahasa Indonesia untuk penyandang disabilitas, Kelas Berbagi Cahaya untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari keluarga yang tidak mampu, Gerakan Mari Berbagi (GMB), dan Kegiatan Share to Care.

     Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kita bisa membuat sebuah karya, interaksi, dan berbagi rasa bahagia bersama sesama. Lebih dari itu, aku juga telah mendapat pembelajaran baru tentang makna kehidupan yang tak pernah aku dapatkan pada pendidikan formal.

      Keterbatasan tidak pernah menghalangi para penyandang disabilitas untuk menggapai cita-cita. Mereka tetap mempunyai mimpi. Mereka mau berbagi untuk membuat sesuatu yang berguna.

      Mereka memang berbeda dari yang lain, tetapi mereka mau menunjukkan bahwa mereka juga bisa berkarya. Mereka mau menunjukkan kepada banyak orang tentang kelebihan bakat maupun talenta yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada mereka.

      Mereka bisa merealisasikan mimpinya. Kita harus dukung realisasi mimpi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun