Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kuliner Unik Nusantara Pilihanku di Jakarta Food Festival ke-14

4 Mei 2017   11:31 Diperbarui: 4 Mei 2017   11:36 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepatnya, pada hari Sabtu (29/04/2017), aku dan teman-teman Kompasianer Penggila Kuliner menghadiri Jakarta Fashion & Food Festival 2017 di La Piazza, Mall Kelapa Gading. Motto kita pada hari itu : “Perut Kenyang, Hati Senang !”.

Festival kuliner ini merupakan festival keempat belas kalinya yang diadakan oleh Summarecon Kelapa Gading dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Acara festival sudah dimulai sejak tanggal 7 April 2017 dan akan berakhir hingga tanggal 7 Mei 2017 juga didukung oleh Kementerian Pariwisata RI dan Badan Ekonomi Kreatif RI.

Tema festival kuliner yang diangkat tahun ini yaitu “Kampoeng Tempo Doeloe” dengan mengedepankan ornamen layang-layang sebagai konsep dekorasi arena festival. Sesuai tema, sudah pasti kamu akan diajak untuk lepas rindu dengan kuliner unik yang pernah ditemui saat pulang kampung.

Arena Food Festival (DokPri)
Arena Food Festival (DokPri)
Ketika masuk arena ini, aku bingung melihat jajaran gerobak dan booth tenant yang memenuhi suasana kampung. Jumlahnya mencapai seratus kuliner nusantara yang tersaji di depan mata, ada gerobak Cakwe Galaxy, Putu Bambu Medan, Es Sinar Garut H. Ucu, Baklor Unyil, Gulali Harumanis, Es Podeng Gareng (Blok S), Cireng Keraton, Kembang Tahu Pak Arif, dan lain-lain. Ada juga booth Makanan Khas Bali Warung Nyoman, Masakan Manado ‘AW’, Nasi Uduk Jatinangor, Nasi Bogana May May, Seblak Soekajadi, Roti Cane Hayuda, Tahu Kalasam, Bakso Boedjangan, Pisang Goreng ‘Asen’ Pontianak dan masih banyak lagi.

Booth Tenant (Koleksi Pribadi)
Booth Tenant (Koleksi Pribadi)
Rumah Dodol Betawi Bang Rizal (Koleksi Pribadi)
Rumah Dodol Betawi Bang Rizal (Koleksi Pribadi)
Dari semua kuliner yang menarik pandangan pertama aku yaitu Lontong Kikil Sapi Surabaya. Menarik, karena tulang iga sapi dengan berbagai ukuran langsung tersaji di atas meja dan kita tinggal memilih ukuran dengan sesuka hati. Bayangkan saja, jika iga sapi itu dicampur dengan kuah kaldu, lalu kita hisap. Sungguh terasa nikmat.

Pandangan pertama ini juga menjadi pusat perhatian pengunjung yang rela antri. Mereka pun sudah tak sabar untuk mencicipi.

Rasa keingintahuanku begitu besar yang sering disebut oleh generasi kekinian dengan istilah kepo. Aku bertanya, “Apakah lontong kikil ini merupakan makanan khas Surabaya?”. “Iya, betul sekali”. Penjual makanan ini menjawab dengan singkat sambil mempersiapkan pesananku.

Lalu penjual pun mulai bercerita, biasanya kuliner ini memang terdiri dari kikil sapi (kaki sapi) dengan lontong yang dipotong kecil sebagai pengganti nasi. Lontong kikil ini enak disajikan ketika masih hangat karena jika dingin akan terasa mengental.

Lontong Kikil Sapi Surabaya (DokPri)
Lontong Kikil Sapi Surabaya (DokPri)
Setelah pesanan siap sedia, aku diperkenankan terlebih dahulu untuk mencicipi sebelum membawa makanan ini ke meja untuk disantap. Mungkin saja ada sesuatu yang kurang atau mau ditambah.

Aku pun langsung memasukkan potongan kikil yang sudah tercampur dalam kuah. ‘Wah, kikilnya begitu empuk’. Ucapan pertamaku setelah mencicipi. Penjual makanan pun mulai berbagi cerita tipsnya dalam mengolah kikil hingga empuk.

“Jadi gini, dek. Sebelum dimasak, kikil harus dibersihkan dari bulu-bulu yang menempel. Kaki sapi harus direndam di dalam air panas kemudian dikerik bulunya dengan pisau. Setelah itu, kikil dibakar sebentar agar bulu-bulu halus yang masih tertinggal langsung rontok. Setelah bersih, bagian kikil dipisahkan dari tulangnya. Proses memasaknya pun sekitar enam jam dengan perpaduan tiga jam pertama untuk merebus kikil agar empuk dan tiga jam berikutnya untuk memasukkan ke dalam bumbu agar meresap," ujar penjual makanan tersebut.

 Aku pun cukup takjub melihat penjelasan prosesnya yang ternyata lama untuk mengemas makanan ini menjadi lebih enak. Ternyata memasak butuh kesabaran ekstra yah. Aku juga sempat berkata dalam hati, “Berarti, kikil ini aman dikonsumsi oleh manula atau lansia yang giginya sudah ompong. Mereka pasti tak akan kesulitan mengunyahnya meskipun semua giginya sudah tanggal.”.

“Lalu, kuahnya ini pakai santan ya?”, tanyaku semakin kepo.

 “Kami tidak menggunakan santan atau kacang, tapi kemiri saja yang banyak," ungkap penjual tersebut.

 “Sejujurnya, seperti ada yang kurang deh dikuahnya.”

“Makanya tadi disuruh coba dulu karena lontong kikil sapi yang kenyal-kenyal ini akan terasa lebih nikmat jika ditambah sedikit kecap manis dan perasan air jeruk serta sambal. Silakan dek diambil karena selera tiap orang kan berbeda.”

Ternyata benar apa yang penjual itu sampaikan. Semua pertanyaanku pun terjawab sudah. Aku langsung bergegas membayar satu porsi Lontong Kikil Sapi ini dengan harga Rp
 33.000,-.

Kepuasan aku tidak berhenti sampai situ. Lontong Kikil Sapi yang lezat dan mantap juga ditemani dengan segelas Hejo-Hejo Tjendol yang menyegarkan.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Di Jakarta, sudah langka sekali menemukan gerobak cendol yang mangkal. Aku pun sudah lama tak merasakan cendol-cendol hijau yang kenyil dengan kuah santan yang dilengkapi potongan kecil buah Nangka.

Namun, aku memang tidak menemukan gerobak seperti itu di tempat ini karena merk Hejo-Hejo Tjendol lebih dikemas ala modern. Hejo-Hejo Tjendol memang sudah bisa ditemukan di beberapa mall. Tapi, menurut penjual yang ada di Kampoeng Tempo Doeloe ini harga yang dijual lebih murah dibandingkan yang ada di mall. Langsung saja, aku pun memesan Cendol dengan kuah susu Almond. Hmm, maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?...

Es Roti Bakar (DokPri)
Es Roti Bakar (DokPri)
Sebagai makanan penutup, aku mengincar es roti bakar. Nama kulinernya sih cukup unik. Aku berkata dalam hati, “Kok bisa yaa es krim dibakar, bukannya nanti malah jadi cair?”. Ternyata, setelah merekam proses pembuatannya hanya roti saja yang dibakar, lalu roti tersebut dilapisi es krim dengan berbagai pilihan rasa. Langsung deh, aku pilih rasa durian yang aromanya begitu menggoda.

 Sebenarnya aku masih ingin menikmati beberapa jenis sajian kuliner unik di Festival kali ini, namun karena perut sudah terasa kenyang, aku menyempatkan diri untuk membeli kuliner supaya bisa dimakan saat sampai di rumah. Aku memutuskan menuju gerobak Toge Goreng Bogor dan memilih nasi kucing yang ada di Angkringan Lek Gusdi yang terkenal di kotanya itu. Kuliner tersebut menjadi salah satu kesenangan anggota keluargaku. Selesai sudah menjalankan motto hari itu, “Perut Kenyang, Hati Senang”.

Toge Goreng Bogor (DokPri)
Toge Goreng Bogor (DokPri)

     Jadi, kamu masih bingung akhir pekan nanti mau kemana ? Berkumpul bersama keluarga dan sahabat saja di Kampoeng Tempo Doeloe untuk nikmati berbagai sajian kuliner Nusantara yang unik sebagai bagian dari acara Jakarta Fashion & Food Festival ke-14 di La Piazza. 

Logo KPK
Logo KPK
#SalamKenyang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun