Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Jadi Sumber Inspirasi Net Media

29 Maret 2017   01:10 Diperbarui: 29 Maret 2017   01:57 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokPri* -- @netmediatama

Ada seorang yang pernah bertanya, "Darimana Mas Wishnutama mendapat inspirasi untuk membuat platform NET Citizen Journalist?". "Dari Kompasiana", jawab Wishnutama.

Sepenggal percakapan itu disampaikan oleh Wishnutama pada acara Media Development Program (MDP) V yang dilaksanakan di Sentul International Convention Center tanggal 22 Maret 2017. Sebagai CEO Net Media, ia memberikan sambutan kepada 30.000 peserta yang mengejar mimpi untuk bekerja di Net Media.

Acara Ini merupakan open recruitment yang diselenggarakan oleh TV nasional yang belum genap 4 tahun mengudara itu. Berdasarkan hasil survei dari salah satu lembaga studi, Net Media dinyatakan sebagai institusi ketiga yang diinginkan generasi milenial untuk bekerja didalamnya setelah Kementerian Luar Negeri dan Google Indonesia. Sempat kaget sih, kok banyak yah generasi milenial yang worth it untuk bekerja di Net Media? . . . (Temen aku aja resign jadi CamPers disini karena aturan kerja yang menerapkan sistem Wajib Militer)..

Lalu, apa karena faktor penghasilan bekerja di Net TV lebih baik dibanding media televisi lain? Sepertinya ini bukan faktor yang mempengaruhinya juga karena anggapan ini ditepis langsung dalam kata sambutan yang disampaikan Wishnutama, “Jika kalian hanya ingin sekedar mencari pekerjaan dan nafkah, Netmediatama bukan tempat kalian. Tetapi jika kalian mempunyai mimpi besar untuk membuat perubahan yang jauh lebih baik, ini adalah tempat kalian.”

Dari kata sambutan itu, aku menyimpulkan bahwa karyawan baru di Net Media harus membuat sejarah baru untuk value yang lebih. Jangan hanya mencari gaji. Net Media hadir sebagai tempat memacu kreasi dan memperkenalkan identitas anak bangsa. Bagiku, salah satu alasan memilih media ini sebenarnya karena Net TV masih belum terlihat intervensi agenda politik sehingga program informasi yang ditayangkan bersifat netral. Selain itu, beberapa program kreatif untuk situasi komedi (SitKom), talkshow, dan musik tergolong unik jika dibandingkan media televisi lain yang daya imajinasinya masih belum berani mengkhayal terlalu tinggi. Kreativitas program hasil karya produksi Net Media pun seperti program Just Duet akhirnya dilirik oleh industri media Eropa dan konten mereka dibeli untuk konsumsi pemirsa internasional.

Akankan industri media televisi bisa menjanjikan masa depan? 

Lebih dari sebuah alat kotak dan dunia yang dapat menerjemahkan apa yang mata ini lihat, telinga ini dengar, dan jiwa ini rasakan melalui sebuah karya. Net Media pun berupaya menembus era digital yang menjadikan dunia tanpa batas. Program-program yang sudah ada akan ditambah lagi oleh Net Media untuk memanjakan pemirsanya. Dengan hadirnya Divisi Inovasi, Net Media mulai menuju pada pengembangan platform digital seperti Net Citizen Journalist (portal video berbasis media sosial), NetZ (portal berita online untuk berbagi passion dan inspirasi), Zulu (portal live streaming untuk menonton program-program NET Tv), Net Connect (startup untuk para pemirsa setia Net) dan Net Jalan-Jalan (aplikasi media sosial yang bisa membagikan vlog selama perjalanan).

Namun, terlepas dari semua program yang dikembangkan, jelas terlihat Psikotest Media Development Program V hanya digarap sebagai ajang promosi Net Media untuk mengenalkan program-program televisi di Indonesia yang lebih kece. Aku pun mencatat ada beberapa keterbatasan yang perlu menjadi evaluasi selama proses rekrutmen :

1. Penentuan lokasi kurang strategis. Banyak peserta yang mengeluhkan lokasi sulit untuk dijangkau karena berada di pinggir ibukota. Minggu kemarin pun terjadi kisruh di Bogor antara angkutan umum dan transportasi online sehingga para peserta yang menggunakan sarana transportasi ini mengalami kesulitan. 

Selain itu, fasilitas musholla, toilet, dan tempat parkir di Sentul International Convention Center (SICC) tidak begitu memadai. Penempatan booth-booth sponsor pun kurang terlihat menarik perhatian para peserta karena kebanyakan peserta hanya fokus bagaimana mereka bisa melewati tahap psikotes ini dengan baik dan lolos ke tahapan berikutnya.

2. Sejak awal informasi terpublikasi diwebsite, tidak ada transparansi kuota yang akan memenuhi setiap posisi yang sedang dibutuhkan. Tidak ada jadwal dan tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap peserta. Minim informasi yang diberikan membuat para peserta tidak mampu merencanakan secara matang setiap tahapan yang akan mereka lalui sehingga banyak peserta yang tidak fokus.

3. Pengumuman lolos seleksi administrasi tahap awal dilakukan begitu mendadak jelang 3 hari sebelum tes berlangsung. Pengiriman e-mail konfirmasi terhadap peserta yang lolos seleksi pun dilakukan bertahap sehingga ada beberapa peserta yang mendapat e-mail malam hari sebelum esok harinya psikotest dilakukan. Hal seperti ini sangat merugikan para peserta yang datang dari luar Jakarta. Salah satu teman yang aku kenal berkata: "Bener-bener nyesek ikut tes ini!".

4. Saat psikotes berlangsung tidak ada pengecekan kembali identitas peserta. Beberapa peserta bisa saja hadir dengan diwakili temannya. Ini benar-benar aneh semua bisa masuk bebas ke ruang test cukup memakai ID peserta tanpa ada verifikasi lagi.

5. Saat tes berlangsung, pengawasan tes pun dilakukan tidak begitu layak. Banyak peserta yang tidak mengikuti aturan tes sehingga mereka menggunakan cara-cara licik tersendiri.

6. Proses pengumuman tes yang berlangsung begitu cepat dengan dalih proses skoring telah ditangani secara profesional hingga dini hari. Namun, setelah dilakukan pengecekan ulang saat pengumuman kelulusan psikotes sudah dipublikasikan, beberapa nomor ID peserta yang tidak datang saat psikotest malah lanjut ke tahapan berikutnya. Panitia pun langsung melakukan klarifikasi di media sosial bahwa ada kesalahan data entry. Apa ini yang disebut dengan profesionalitas?... .

Dari semua hal tersebut di atas, lebih parah lagi hasil psikotest kemungkinan besar hanya ditentukan atas intruksi yang selalu diberitahu ulang dari awal. Para panitia selalu bilang "Mohon untuk ID peserta yang sudah dikalungkan untuk selalu menghadap ke depan dan peserta harus selalu tersenyum saat menjalankan test." Mungkin pemberitahuan ini menjadi kata kunci bagi mereka yang lolos ke tahap-tahap selanjutnya. Beberapa peserta yang tampil dengan make up atau terlihat aura bintangnya keluar tampak dicatat nomor ID pesertanya dan dipastikan lolos ke tahapan selanjutnya. Panitia pun berdalih bahwa ini dilakukan untuk kebutuhan presenter dan reporter. Padahal, jika panitia rekrutmen ingin melihat penampilan bisa dilakukan screening ditahap awal administrasi dengan mencantumkan foto pada data yang dimasukkan ke dalam database server.

Sebenarnya Net Media mau cari sosok-sosok di belakang layar atau di depan layar yaa?... Kenapa tidak sekalian dibuat proses rekrutmennya seperti ajang audisi atau talent search saja agar para peserta bisa optimal menunjukkan skillnya. Semua anggapan-anggapan di atas langsung memenuhi akun media sosial Netmediatama. Para peserta bercerita tentang keluh kesah, mencari cara untuk mencapai lokasi tes, dan masih banyak pertanyaan yang mereka ajukan lagi karena beberapa hal perlu dievaluasi ke depannya nanti. Hingga akhirnya, para peserta pun berasumsi bahwa faktor keberuntungan yang menjadi salah satu indikator kelulusan bekerja di Net Media.

        Semoga saja Netmedia bisa menghadapi tantangan ke depan. Besar harapanku, Net Media mampu mempelajari setiap kekurangan dalam kegiatan yang dilakukan agar memiliki landasan lebih bijak. Jika hal-hal tersebut tidak bisa dievaluasi, maka Net Media akan terasa sulit untuk menjadi sumber inspirasi masa kini*


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun