Ada seorang yang pernah bertanya, "Darimana Mas Wishnutama mendapat inspirasi untuk membuat platform NET Citizen Journalist?". "Dari Kompasiana", jawab Wishnutama.
Sepenggal percakapan itu disampaikan oleh Wishnutama pada acara Media Development Program (MDP) V yang dilaksanakan di Sentul International Convention Center tanggal 22 Maret 2017. Sebagai CEO Net Media, ia memberikan sambutan kepada 30.000 peserta yang mengejar mimpi untuk bekerja di Net Media.
Acara Ini merupakan open recruitment yang diselenggarakan oleh TV nasional yang belum genap 4 tahun mengudara itu. Berdasarkan hasil survei dari salah satu lembaga studi, Net Media dinyatakan sebagai institusi ketiga yang diinginkan generasi milenial untuk bekerja didalamnya setelah Kementerian Luar Negeri dan Google Indonesia. Sempat kaget sih, kok banyak yah generasi milenial yang worth it untuk bekerja di Net Media? . . . (Temen aku aja resign jadi CamPers disini karena aturan kerja yang menerapkan sistem Wajib Militer)..
Lalu, apa karena faktor penghasilan bekerja di Net TV lebih baik dibanding media televisi lain? Sepertinya ini bukan faktor yang mempengaruhinya juga karena anggapan ini ditepis langsung dalam kata sambutan yang disampaikan Wishnutama, “Jika kalian hanya ingin sekedar mencari pekerjaan dan nafkah, Netmediatama bukan tempat kalian. Tetapi jika kalian mempunyai mimpi besar untuk membuat perubahan yang jauh lebih baik, ini adalah tempat kalian.”
Dari kata sambutan itu, aku menyimpulkan bahwa karyawan baru di Net Media harus membuat sejarah baru untuk value yang lebih. Jangan hanya mencari gaji. Net Media hadir sebagai tempat memacu kreasi dan memperkenalkan identitas anak bangsa. Bagiku, salah satu alasan memilih media ini sebenarnya karena Net TV masih belum terlihat intervensi agenda politik sehingga program informasi yang ditayangkan bersifat netral. Selain itu, beberapa program kreatif untuk situasi komedi (SitKom), talkshow, dan musik tergolong unik jika dibandingkan media televisi lain yang daya imajinasinya masih belum berani mengkhayal terlalu tinggi. Kreativitas program hasil karya produksi Net Media pun seperti program Just Duet akhirnya dilirik oleh industri media Eropa dan konten mereka dibeli untuk konsumsi pemirsa internasional.
Akankan industri media televisi bisa menjanjikan masa depan?
Lebih dari sebuah alat kotak dan dunia yang dapat menerjemahkan apa yang mata ini lihat, telinga ini dengar, dan jiwa ini rasakan melalui sebuah karya. Net Media pun berupaya menembus era digital yang menjadikan dunia tanpa batas. Program-program yang sudah ada akan ditambah lagi oleh Net Media untuk memanjakan pemirsanya. Dengan hadirnya Divisi Inovasi, Net Media mulai menuju pada pengembangan platform digital seperti Net Citizen Journalist (portal video berbasis media sosial), NetZ (portal berita online untuk berbagi passion dan inspirasi), Zulu (portal live streaming untuk menonton program-program NET Tv), Net Connect (startup untuk para pemirsa setia Net) dan Net Jalan-Jalan (aplikasi media sosial yang bisa membagikan vlog selama perjalanan).
Namun, terlepas dari semua program yang dikembangkan, jelas terlihat Psikotest Media Development Program V hanya digarap sebagai ajang promosi Net Media untuk mengenalkan program-program televisi di Indonesia yang lebih kece. Aku pun mencatat ada beberapa keterbatasan yang perlu menjadi evaluasi selama proses rekrutmen :
1. Penentuan lokasi kurang strategis. Banyak peserta yang mengeluhkan lokasi sulit untuk dijangkau karena berada di pinggir ibukota. Minggu kemarin pun terjadi kisruh di Bogor antara angkutan umum dan transportasi online sehingga para peserta yang menggunakan sarana transportasi ini mengalami kesulitan.
Selain itu, fasilitas musholla, toilet, dan tempat parkir di Sentul International Convention Center (SICC) tidak begitu memadai. Penempatan booth-booth sponsor pun kurang terlihat menarik perhatian para peserta karena kebanyakan peserta hanya fokus bagaimana mereka bisa melewati tahap psikotes ini dengan baik dan lolos ke tahapan berikutnya.
2. Sejak awal informasi terpublikasi diwebsite, tidak ada transparansi kuota yang akan memenuhi setiap posisi yang sedang dibutuhkan. Tidak ada jadwal dan tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap peserta. Minim informasi yang diberikan membuat para peserta tidak mampu merencanakan secara matang setiap tahapan yang akan mereka lalui sehingga banyak peserta yang tidak fokus.