Masa kampanye PILKADA DKI memasuki hari terakhir. Esok hari semua warga akan merasakan masa tenang. Selama kampanye, aku sebagai pemilih dari kaum muda mencoba berusaha mengikuti berbagai event kampanye politik yang dilakukan oleh masing-masing calon. Tujuannya hanya satu, agar aku bisa menemukan sosok pemimpin yang memang layak dipilih dalam pemilihan kepala daerah khusus ibukota Jakarta, 15 Februari 2017 nanti. Lalu, aku pun terkesima saat mendengar apa yang pernah disampaikan oleh Anies Baswedan dan juga membaca buku rekam jejaknya yang berjudul "Ketika Anies Baswedan Memimpin". Kebetulan, aku juga hadir dalam peluncuran buku tersebut di Kompas Gramedia Matraman, tanggal 3 Februari 2017. Dari semua hal yang aku lihat tentang beliau, tersirat sebuah pesan yang begitu bermakna sebagai berikut:
“Anak-anak yang dididik dalam keluarga penuh kesantunan, etika tata krama, sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak-anak yang tangguh, disenangi, dan disegani banyak orang...
Mereka tahu aturan makan table manner di restoran mewah. Tapi tidak canggung makan di warteg kaki lima...
Mereka sanggup beli barang-barang mewah. Tapi tahu mana yang keinginan dan kebutuhan...
Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota. Tapi santai saja saat harus naik angkot kemana-mana...
Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan. Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan...
Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja. Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah...
Mereka tidak norak saat bertemu orang kaya. Tapi juga tidak merendahkan orang yang lebih miskin darinya...
Mereka mampu membeli barang-barang bergengsi. Tapi sadar kalau yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas, kapasitas dirinya, bukan dari barang yang dikenakan...
Mereka punya.. Tapi tidak teriak kemana-mana. Kerendahan hati yang membuat orang lain menghargai dan menghormati dirinya...
Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi sampai melupakan kesantunan, etika, dan tata krama...”.
Yah, bagiku, bahagia itu ternyata dimulai dari diri sendiri dan cukup sederhana. Kita cukup mempraktekkan hal-hal sederhana seperti kesantunan, contohnya :
- Pamit saat pergi dari rumah
- Permisi saat bertamu ke rumah kerabat
- Tegur dan sapa jika bertemu rekan-rekan dalam perjalanan
- Berani mengucap kata ‘maaf’ saat ada kesalahan
- Berterima kasih atas bantuan sekecil apapun
Dan semua itu kita lakukan dengan senyum karena senyum menjadi bagian dari ibadah.
Kelihatannya sederhana, tapi orang yang tidak punya attitude itu tidak akan mampu melakukannya. Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir dari keluarga yang kaya atau cukup...
Bersyukurlah kalau kita terlahir dari keluarga yang mengajarkan kita kesantunan, etika, tata krama dan kesederhanaan....
”Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.”
Semoga saja setelah PILKADA DKI selesai, Jakarta bisa maju kotanya dan bahagia warganya*
Big desire require more hard work, knowledge, skill, and good mental as well. So if your life wanna become a better life, you should prepare your personal capacity first. Do your whatever you do more serious than before, take more responsibility, learn how to manage all resources you have, and learn more about what you need.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H