Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memotret Pasar Rakyat dengan Bidikan Lensa

27 Januari 2017   23:56 Diperbarui: 28 Januari 2017   00:18 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir tahun 2016 lalu, Kompasianer bertemu dan berbincang bersama Arbain Rambey, seorang photographer profesional. Ia bercerita tentang proses penciptaan kreatif dalam sebuah karya frame yang melihat realita di pasar rakyat. Semangatnya begitu menggebu saat menceritakan pengalamannya mengunjungi pasar rakyat.

Baginya, di pasar rakyat itu ada kearifan lokal yang fenomenal. Solidaritas pun lahir begitu kental. Kita bisa mengambil moment-moment istimewa yang terjadi di pasar rakyat. Tidak hanya berfoto mengenai barang yang dijual, melainkan ada sisi human interest yang menjual.

Jangan sampai pasar rakyat hanya buat dikunjungi orang-orang pinggiran. Berada di pasar rakyat harus memberi kepuasan tersendiri bagi mereka yang mengunjungi. Tingkat produktivitas akan semakin terasa ketika kita berada di pasar rakyat.

Arbain Rambey berpendapat bahwa memotret pasar rakyat akan mendapat suasana eksotik jika dilakukan saat momen tepat. Misalnya, kita memotret aktivitas pasar tradisional saat jam tiga pagi dini hari. Di waktu tersebut masih tampak kesegaran dari ekspresi wajah para pembeli dan penjual karena momen itu terbilang langka. Selain itu, momen memotret pasar malam juga terjadi sekitar pukul setengah tujuh malam saat langit belum gelap sepenuhnya. Kita bisa melihat raut suka cita aktivitas mereka setelah melakukan perdagangan.

Pasar rakyat pun menjadi cermin kota itu sendiri. Ada banyak budaya timur di pasar rakyat yang membuat kita bangga. Kesederhanaan dan kedamaian seolah bersatu dalam hiruk pikuk keramaian. Sejak dahulu, pasar rakyat menjadi bagian dalam perjalanan kebudayaan perkembangan ekonomi. Pasar rakyat menjadi ruang publik. Tapi, akankah keberadaannya hanya menjadi sejarah lama?...

Tentu saja tidak. Aku optimis bahwa Hari Pasar Rakyat Nasional yang memiliki urgensi penting dalam sendi kehidupan akan dilangsungkan tahun 2017 ini oleh Yayasan Danamon Peduli. Aku berharap eventnanti bisa diabadikan oleh para photographer profesional. Mereka harus bereksplorasi menemukan moment terkini dalam bidikan lensa untuk mengungkap unsur budaya dari segi sejarah dan humanis yang ada di pasar rakyat. Lalu, karya-karya foto mereka disebarkan untuk menggugah hati siapa saja agar berkunjung ke pasar rakyat.

Gerakan ini juga akan menjadi parameter pasar rakyat untuk berbenah diri. Pasar rakyat pun mampu berkompetisi unjuk gigi di era MEA. Maka, pasar rakyat mampu menjadi bagian peradaban masyarakat yang lebih mapan.

Sebagai contoh, terdapat Program Pasar Sejahtera yang sudah dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli mampu menjadi indikator sebagai suatu gerakan kreatif dan kolektif. Revitalisasi pasar yang bersih, sehat, hijau, dan terawat akan menghilangkan problematika pasar rakyat yang mulai kekurangan lahan. Langkah ke depan, Yayasan Danamon Peduli telah mempersiapkan anggaran untuk pembangunan pasar rakyat menuju arah modern dan mempersiapkan anggaran untuk strategi pemasaran pasar rakyat. Kondisi bangunan pasar rakyat selalu dievaluasi, namun keberadaannya tidak akan merubah fungsi karena pasar rakyat tetap menjadi tempat komunikasi efektif atas pertukaran informasi dan transaksi yang terjadi.

Tahun 2017 ini, Badan Ekonomi Kreatif juga menyatakan bahwa ekonomi kreatif di Indonesia itu 80% pelaku UMKM sebagai capacity building for opportunity market. Maksudnya, pasar itu akan menjadi tempat pemasaran yang dikaji oleh Badan Ekonomi Kreatif seperti Pasar Santa di wilayah Jakarta Selatan yang akan dijadikan ruang publik dalam berkreasi positif. Mungkin saja, ada pameran fotografi tentang pasar rakyat di tempat ini. Kita lihat saja nanti*

Lets go to traditional market, guys*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun