Media online itu bagaikan the magic system. Perkembangan yang begitu signifikan bisa menimbulkan efek hyper realitas pada tatanan masyarakat maya. Tren digitalisasi membuat media online menjadi semakin hits (kata: anak kekinian). Proses digitalisasi di negara maju pada umumnya dilakukan lebih cepat ketimbang di negara berkembang. Salah satu media online yang konsisten itu ialah Kompasiana.
Kompasiana menjadi salah satu portal komunitas penulis yang menjadi wadah informasi, ide, opini, dan cerita para Kompasianer yang dituangkan dalam berbagai bentuk karya tulisan, berupa esai, puisi, cerpen, artikel, reportase dan masih banyak lagi. Kompasianer saling berbagi ke khalayak luas agar bisa saling bertukar pemikiran di jagat maya.
Untuk menulis di Kompasiana, kita harus memiliki originalitas tulisan karena isi tulisan yang kita produksi sendiri harus bermanfaat untuk banyak orang. Sepenuhnya, isi tulisan yang kita buat akan menjadi tanggung jawab pribadi. Semua ini mulai ku nikmati agar bisa fokus menjadi diri sendiri dalam setiap moment terbaik yang aku lalui di Kompasiana ini.
Aku terdaftar di Kompasiana sejak tanggal 31 Agustus 2012 dan baru terverifikasi tahun ini. Hal ini baru aku sadari, ketika aku mulai memperbaharui akun profilku yang telah begitu lama usang tak terjamah. Setelah aku melihat list artikel yang ada, tulisan pertamaku begitu hits, dengan dibaca 8.103 kali. Sebuah angka yang baru aku ketahui statistiknya di tahun ini. Mungkin saja saat itu tulisanku menjadi headline.
Judul yang aku tulis memang berskala nasional, yaitu “Bahasa Menjadi Simbol Perdamaian dan Kebanggaan Bangsa Indonesia”. Tulisan itu aku buat sejak tahun 2011 dalam rangka mengikuti seleksi pemilihan Duta Bahasa Tingkat DKI Jakarta di tahun itu. Andai saja, aku menyadari animo pembaca yang begitu besar saat itu. Pasti aku akan berbagi tulisan lainnya dengan topik bahasa Indonesia yang harus mendunia.
Waktu berjalan begitu cepat, tahun 2013 menjadi waktu yang terbuang begitu saja karena tak ada tulisan yang aku tulis di Kompasiana. Mungkin saja, kesibukan bekerja di dunia perbankan begitu menyita waktu. Hingga aku bertemu kembali dengan Kompasiana di tahun 2014. Tulisan yang aku posting di tahun itu merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah New Media. Walaupun pembacanya, tak sebanyak tulisan pertamaku, aku tetap senang melihat hasil karyaku. Sampai akhirnya, aku dipertemukan kembali di tahun 2015 dan hanya sempat untuk mempublish 3 tulisan saja.
Bisa dibilang, aku pendatang baru (new comer) di Kompasiana ini. Masih terhitung dengan jari, berapa tulisanku yang masuk ke meja redaksi. Tapi, di tahun 2015, aku justru dipercaya untuk menjadi salah satu moderator dalam ajang Kompasianival 2015 bertema Indonesia Juara. Ajang kopi darat netizen terbesar ini menjadi pengalaman yang tak kan pernah terlupa.
Aku mendapat 3 sesi dalam event ini, ada sesi Kota Juara bersama Bupati Bantaeng, Bapak Nurdin Abdullah dan Ibu Restu Pratiwi sebagai Direktur Yayasan Danamon Peduli. Lalu, sesi Indonesia Juara Kreatif bersama Mas Wahyu Aditya dari HelloMotion Academy. Dan, sesi Indonesia Juara Budaya bersama Ibu Houda Muljati dari PT. Bank Central Asia (BCA). Talkshow dengan mereka begitu memberi warna tersendiri kala itu dan mendapatkan beragam ilmu.
Di Kompasianival itu, aku juga menemukan kembali gairah atau passion untuk menulis. Belajar dari Kompasianer lain yang telah menghasilkan berbagai macam buku dan ratusan tulisan yang begitu mengesankan.
Aku melihat banyak Kompasianer menuliskan ide dan berbagi informasi melalui akun mereka sesuai dengan fokus contentnya masing-masing. Para Kompasianer juga sudah menjadi seperti ‘keluarga’ dalam tatanan masyarakat maya di Indonesia. Itu menandakan bahwa Kompasiana selama 8 tahun sudah mampu meningkatkan minat baca dan tulis di negara kita tercinta ini.
Moment terbaik di Kompasiana juga hadir dengan keberadaan komunitas yang tumbuh dengan sendirinya. Salah satunya, aku pernah mengikuti event bersama KPK (Komunitas Penggila Kuliner). Tak hanya membahas makanan dan masakan bersama. Komunitas ini juga mengajak dan berbagi informasi untuk mengulas kegiatan-kegiatan menarik lainnya yang ada di Kompasiana.
Tidak hanya setahun sekali, tetapi aku harus bisa menulis setiap hari karena tulisan itu menjadi bagian dari seni. Seni yang bisa menghasilkan tulisan-tulisan menarik, mendidik, dan menghibur. Seni yang akan menjadi tuntutan hidup menyenangkan dengan hasil karya kreasi content yang memberi kenyamanan dan kepuasan. Aku akan berbagi yang ku mulai dari diri sendiri untuk menjadi inpirasi negeri ini*
“Knowledge is of no value unless you put it into practice.” (Anton Chekhov)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H