Mohon tunggu...
Achmad Furqon Rachmadie
Achmad Furqon Rachmadie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teknik Informatika

Mendalami bidang software development

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peningkatan Efisiensi dan kecepatan Pengembangan Perangkat Lunak lewat Integrasi Agile, Cloud Computing, dan DevOps

14 September 2024   19:30 Diperbarui: 14 September 2024   19:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi Informasi dan Perkembangannya

Teknologi informasi terus berevolusi, dan salah satu tren yang paling signifikan dalam dekade terakhir adalah integrasi metode Agile, Cloud, dan DevOps dalam pengembangan perangkat lunak. Metode Agile, yang pertama kali diperkenalkan pada awal 2000-an, mendorong pendekatan yang lebih fleksibel, di mana tim pengembangan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan bisnis. Agile memecah proyek besar menjadi iterasi-iterasi kecil yang dapat diuji dan diubah seiring waktu. 

Menurut survei dari CollabNet VersionOne (2021), sekitar 95% perusahaan perangkat lunak mengklaim menggunakan Agile dalam beberapa bentuk. Namun, seiring berkembangnya proyek dan infrastruktur, Agile saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan skalabilitas yang lebih besar, terutama pada perusahaan dengan arsitektur yang kompleks.

Cloud computing menjadi solusi penting untuk mengatasi masalah skalabilitas ini. Cloud computing memungkinkan perusahaan untuk menyimpan, mengelola, dan mengakses data serta aplikasi dari mana saja dengan mudah, menggunakan jaringan internet. Salah satu fitur utama cloud adalah kemampuannya untuk menyediakan sumber daya sesuai permintaan, atau sering disebut sebagai scalability on demand, yang memungkinkan perusahaan menambah atau mengurangi kapasitas komputasi mereka tanpa perlu investasi besar pada perangkat keras. 

Selain itu, model pembayaran berbasis penggunaan (pay-as-you-go) dari penyedia cloud seperti AWS, Azure, dan Google Cloud mengurangi pengeluaran modal yang signifikan. Cloud juga memungkinkan akses ke teknologi terbaru, seperti machine learning atau big data analytics, tanpa perlu membangun infrastruktur internal yang mahal. Menurut laporan dari Gartner (2023), adopsi cloud computing global telah mencapai 85%, menunjukkan pergeseran besar-besaran dalam cara perusahaan mengelola teknologi mereka.

Di sisi lain, DevOps memperkuat integrasi ini dengan menyediakan pendekatan yang memungkinkan kolaborasi erat antara tim pengembangan (Dev) dan tim operasional (Ops). DevOps bertujuan untuk menghilangkan silo tradisional antara dua departemen ini, menciptakan alur kerja yang lebih kolaboratif dan efisien. 

Salah satu elemen kunci dari DevOps adalah penggunaan otomatisasi dalam proses deployment, integrasi berkelanjutan (continuous integration/CI), dan pengujian otomatis. Ini membantu mengurangi kesalahan manusia, meningkatkan konsistensi, dan mempercepat waktu pengiriman produk ke pasar. 

Dengan menggunakan pipeline otomatisasi, proses build, test, dan deployment dapat dilakukan berulang kali dalam waktu yang lebih singkat dan lebih aman. DevOps juga mendukung filosofi continuous delivery, di mana perubahan kecil dapat dirilis lebih sering, mengurangi risiko kesalahan besar dalam setiap siklus rilis. Menurut laporan dari Puppet (2022), perusahaan yang mengadopsi DevOps melihat peningkatan dalam frekuensi deployment sebesar 46% dan pengurangan kesalahan deployment sebesar 22%.

sciencedirect.com
sciencedirect.com

Agile, Cloud, dan DevOps

Integrasi Agile, Cloud, dan DevOps dalam pengembangan perangkat lunak memerlukan pendekatan yang holistik. Artikel ilmiah dari El Aouni et al. (2025) menggunakan metode systematic literature review (SLR) untuk mengidentifikasi tantangan, manfaat, serta peluang dalam menggabungkan ketiga metode ini. SLR dipilih karena memungkinkan penulis untuk mengumpulkan dan menganalisis hasil penelitian yang relevan dari berbagai sumber, memastikan temuan yang komprehensif dan objektif. 

Artikel ini menganalisis lebih dari 50 studi terkait yang diterbitkan dalam dekade terakhir, mengidentifikasi pola-pola umum dalam praktik integrasi Agile, Cloud, dan DevOps serta mengisolasi masalah yang paling sering dihadapi oleh perusahaan teknologi. Data dikumpulkan dari berbagai industri, termasuk teknologi, kesehatan, dan finansial, untuk memberikan pandangan yang lebih luas mengenai implementasi praktis ketiga pendekatan tersebut.

Teori-teori pendukung yang menjadi dasar penelitian ini berkaitan erat dengan konsep kolaborasi lintas departemen dan adopsi teknologi modern. Agile, misalnya, berakar pada prinsip iterative development dan adaptive planning, yang menekankan kecepatan respons terhadap perubahan dibandingkan rencana awal yang kaku. 

Agile bertujuan untuk meminimalisir risiko proyek dengan cara membagi pengembangan menjadi beberapa sprint yang lebih kecil, sehingga memungkinkan perbaikan di setiap tahap. Pada tahun 2022, laporan State of Agile menunjukkan bahwa 85% perusahaan mengklaim mengalami peningkatan kualitas produk dengan menggunakan Agile.

Sementara itu, teori cloud computing menekankan pada konsep multi-tenant architecture, di mana sumber daya komputasi dapat dibagi di antara banyak pengguna dengan keamanan dan privasi data yang tetap terjaga. Cloud memungkinkan otomatisasi proses deployment yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan perangkat lunak modern, di mana tim dapat dengan mudah mengatur lingkungan kerja tanpa perlu menunggu proses manual dari tim infrastruktur. Dengan cloud, sumber daya dapat disesuaikan sesuai permintaan, dan integrasi dengan Agile dan DevOps mempercepat siklus pengembangan.

DevOps didukung oleh konsep continuous integration (CI) dan continuous delivery (CD), yang memungkinkan pengujian otomatis dan deployment yang berulang-ulang. Dalam skenario tradisional, pengembangan dan operasional seringkali bekerja dalam silo, di mana pengembangan produk yang telah selesai seringkali tidak kompatibel dengan infrastruktur di lapangan. DevOps memecahkan masalah ini dengan cara mempersatukan tim Dev dan Ops dalam alur kerja yang kolaboratif, yang didukung oleh otomatisasi untuk mencegah kesalahan manusia.

Kontribusi penelitian ini adalah memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin menerapkan integrasi Agile, Cloud, dan DevOps. Studi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil mengintegrasikan ketiga metode ini dapat mengalami peningkatan efisiensi hingga 30%, pengurangan downtime sistem sebesar 20%, serta percepatan siklus rilis produk hingga 40%. Hasil penelitian ini tidak hanya relevan bagi perusahaan besar, tetapi juga bagi startup yang mencari efisiensi tanpa mengorbankan kualitas produk.

Referensi
El Aouni, F., Moumane, K., Idri, A., Najib, M., & Jan, S. U. (2025). A systematic literature review on Agile, Cloud, and DevOps integration: Challenges, benefits. Information and Software Technology, 177. https://doi.org/10.1016/j.infsof.2024.107569 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun