Mohon tunggu...
Achmad Fauzan
Achmad Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Futsal

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kemacetan Lalu Lintas di Kota Samarinda

18 April 2024   10:48 Diperbarui: 18 April 2024   10:52 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN
Samarinda, kota yang dahulu dikenal sebagai "Kota Tepian" dengan panorama Sungai Mahakam yang memesona, kini terjerat dalam belenggu kemacetan yang kian hari kian mencekik. Klakson mobil yang bersahut-sahutan, asap kendaraan yang mengepul, dan manusia yang terpaku di atas aspal bagaikan simfoni kesemrawutan yang tak berujung. Kemacetan bukan sekadar masalah waktu, tapi juga monster yang melahap energi, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat Samarinda.

Kemacetan lalu lintas merupakan tantangan serius dalam mobilitas modern yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari banyak orang. Dalam artikel ini, akan dibahas fenomena kemacetan yang kompleks dan dampaknya yang luas terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dengan memahami akar permasalahan kemacetan, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk meningkatkan kualitas transportasi dan kehidupan kota secara keseluruhan.

Identifikasi Masalah

1. Titik Kemacetan

a) Jalan A. Yani: Ruas jalan utama di Samarinda ini merupakan salah satu titik kemacetan terparah. Volume kendaraan yang tinggi dan infrastruktur jalan yang tidak memadai menjadi penyebab utama.
b) Jalan Slamet Riyadi: Pusat perkantoran dan perdagangan di Samarinda ini juga mengalami kemacetan yang signifikan, terutama pada jam sibuk.
c) Jalan Juanda: Akses utama menuju Bandara APT Pranoto Samarinda ini sering mengalami kemacetan, terutama pada jam-jam penerbangan.
d) Persimpangan: Persimpangan besar di Samarinda, seperti Simpang Empat Air Putih, Simpang Empat Lempake, dan Simpang Empat Sempaja, menjadi titik kemacetan yang krusial.
e) Kawasan permukiman: Kemacetan juga mulai merambah ke kawasan permukiman, terutama pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari.

2. Faktor penyebab

a) Pertumbuhan jumlah kendaraan: Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli masyarakat mendorong lonjakan jumlah kendaraan pribadi, tak sebanding dengan pembangunan infrastruktur jalan.
b) Angkutan umum yang tidak memadai: Kurangnya pilihan dan kualitas angkutan umum membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

c) Perencanaan tata kota: Pembangunan permukiman dan pusat bisnis yang tidak terencana dengan baik, seperti di daerah pinggiran kota, memperparah kemacetan di pusat kota.
d) Kesadaran masyarakat: Kurangnya disiplin dan budaya tertib di jalan raya, seperti menerobos lampu merah, parkir liar, dan egoisme di jalanan menjadi faktor lain yang memperparah kemacetan.
e) Kondisi geografis: Samarinda memiliki kontur tanah yang berbukit, sehingga pembangunan infrastruktur jalan terhambat.
f) Bencana alam: Banjir dan longsor yang sering terjadi di Samarinda dapat merusak infrastruktur jalan dan memperparah kemacetan.
3. Dampak Kemacetan
a) Pertumbuhan jumlah kendaraan: Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli masyarakat mendorong lonjakan jumlah kendaraan pribadi, tak sebanding dengan pembangunan infrastruktur jalan.
b) Angkutan umum yang tidak memadai: Kurangnya pilihan dan kualitas angkutan umum membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
c) Perencanaan tata kota: Pembangunan permukiman dan pusat bisnis yang tidak terencana dengan baik, seperti di daerah pinggiran kota, memperparah kemacetan di pusat kota.
d) Kesadaran masyarakat: Kurangnya disiplin dan budaya tertib di jalan raya, seperti menerobos lampu merah, parkir liar, dan egoisme di jalanan menjadi faktor lain yang memperparah kemacetan.
e) Kondisi geografis: Samarinda memiliki kontur tanah yang berbukit, sehingga pembangunan infrastruktur jalan terhambat.
f) Bencana alam: Banjir dan longsor yang sering terjadi di Samarinda dapat merusak infrastruktur jalan dan memperparah kemacetan.

4. Solusi

a) Meningkatkan infrastruktur jalan: Membangun jalan baru, memperlebar jalan yang ada, dan membangun flyover atau underpass di persimpangan yang ramai.
b) Mengembangkan transportasi publik: Meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan umum, seperti bus, BRT, dan LRT.
c) Menerapkan kebijakan yang mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan: Memberikan subsidi atau insentif bagi pengguna kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik.
d) Meningkatkan kesadaran masyarakat: Melakukan edukasi dan kampanye tentang pentingnya menaati peraturan lalu lintas dan budaya tertib di jalan raya.
e) Mengembangkan sistem transportasi cerdas: Menerapkan teknologi untuk membantu mengelola lalu lintas, seperti sistem lampu lalu lintas yang adaptif dan sistem navigasi yang real-time.

Masalah prioritas (Dalam Kemacetan Lalu Lintas Di Samarinda)

1. Infransruktur Jalan
a) Kapasitas jalan yang tidak memadai: Jalan-jalan di Samarinda, terutama di pusat kota, tidak mampu menampung volume kendaraan yang tinggi.
b) Kondisi jalan yang rusak: Banyak ruas jalan di Samarinda yang berlubang dan tidak rata, sehingga memperlambat laju kendaraan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
c) Kurangnya flyover dan underpass: Persimpangan yang ramai di Samarinda membutuhkan flyover atau underpass untuk mengurai kemacetan.

2. Transportasi Umum

a) Ketersediaan angkutan umum yang terbatas: Jumlah dan pilihan angkutan umum di Samarinda masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
b) Kualitas angkutan umum yang kurang memadai: Banyak angkutan umum di Samarinda yang sudah tua dan tidak nyaman, sehingga kurang menarik bagi masyarakat.
c) Rute angkutan umum yang tidak optimal: Rute angkutan umum di Samarinda belum menjangkau semua wilayah kota, sehingga menyulitkan masyarakat yang ingin bepergian ke tempat-tempat tertentu.

3. Kesadaran Masyarakat

a) Kurangnya disiplin: Banyak masyarakat Samarinda yang tidak disiplin dalam menaati peraturan lalu lintas, seperti menerobos lampu merah, parkir liar, dan melawan arus.
b) Egoisme di jalan: Banyak pengendara yang egois dan tidak mengutamakan kepentingan bersama, seperti seenaknya memotong jalan dan tidak mau mengalah.
c) Kurangnya budaya tertib: Budaya tertib di jalan raya masih rendah, sehingga banyak pengendara yang tidak tertib dan seenaknya sendiri.

4. Faktor Lainnya

a) Tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi: Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli masyarakat mendorong lonjakan jumlah kendaraan pribadi, tak sebanding dengan pembangunan infrastruktur jalan.
b) Bencana alam: Banjir yang sering terjadi di Samarinda dapat merusak infrastruktur jalan dan memperparah kemacetan.

Solusi Prioritas

a) Meningkatkan infrastruktur jalan: Membangun jalan baru, memperlebar jalan yang ada, dan membangun flyover atau underpass di persimpangan yang ramai.
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas angkutan umum: Menyediakan angkutan umum yang nyaman, aman, dan terjangkau bagi masyarakat.
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat: Melakukan edukasi dan kampanye tentang pentingnya menaati peraturan lalu lintas dan budaya tertib di jalan raya.
d) Menerapkan kebijakan yang mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan: Memberikan subsidi atau insentif bagi pengguna kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik.
e) Mengembangkan sistem transportasi cerdas: Menerapkan teknologi untuk membantu mengelola lalu lintas, seperti sistem lampu lalu lintas yang adaptif dan sistem navigasi yang real-time.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun