Mohon tunggu...
Farhan Achmad F
Farhan Achmad F Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berpikir, bergerak, dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Peran Mahasiswa dalam Membangun Ekonomi Indonesia: Perspektif Aktivis dan Entrepreneur

18 Juli 2022   21:47 Diperbarui: 19 Juli 2022   00:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu lapangan pekerjaan bisa mengurangi satu preman di jalan. Lebih dari itu, untuk menjadi Indonesia kita perlu menjadi 'preman intelektual'. Memang kontroversial, namun kita semua tahu pelajaran PKN atau mata kuliah wajib Pancasila, kita diingatkan kembali mengenai pancasila. 

Semua materi kewirausahaan ada di pancasila. Semua yang lulus sekolah di Indonesia pasti paham mengenai Pancasila karena kita wajib mengikuti. Kenapa saya perlu ingatkan mengenai pancasila? Karena Pancasila kita itu maknanya dalam, bukan hanya sekedar lima sila.

 

Berikut penjabarannya:

 

  • Ketuhanan yang maha esa, 

Kenapa saya sangat cinta dengan bangsa ini? Karena Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dimana kita dapat bertoleransi satu sama lain. Kita semua dicintai oleh bangsa ini, negara ini maka diberi kesempatan yang sama karena kita satu, kita percaya dengan Tuhan.

 

  • Kemanusiaan yang adil dan beradab, 

Kenapa kita mahasiswa, terlebih mahasiswa entrepreneur entah itu usahanya kecil, mikro, ataupun besar harus fokus ke sila kedua? Karena seperti yang nanti akan dialami, empati itu penting. Simpati dan empati itu penting karena kita manusia yang adil dan beradab.

 

  • Persatuan Indonesia, 

 270 juta penduduk dari sabang sampai merauke dengan berbagai adat, suku, bahasa, agama, ras, tapi kita bisa bersatu. Kita ini sebenernya spesial. Kalo kita spesial jangan lupa, kita harus humble, rendah hati, untuk bersatu. Kalo kita punya kekuatan itu jangan disombongkan, tapi di share agar kita bisa besar. Kemajemukan kita inilah yang indah dan menyatukan kita, Indonesia.

 

  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

 Melalui sila keempat, kita diajarkan untuk menanamkan nilai kolektif kolegial, yakni melalui musyawarah dengan semangat kebersamaan, yang tidak mengedepankan kepentingan individu, melainkan kepentingan bersama.

 

  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Dalam sila kelima ini, kita harus mendapatkan keadilan sosial yang merata. Setiap warga negara memiliki derajat yang sama di mata hukum dan juga negara. Apabila dalam penerapannya tidak sesuai? Maka itulah yang harus kita perjuangkan.

 

Saya mau kembangkan lagi, mengurangi preman di jalan, jadilah 'preman intelektual.' Aktivis jangan sekedar hanya demo di jalan, tapi penuangan dari kreativitas dan inovatif kita apa sih yang harus dijalankan. Kalo kita cinta indonesia, intelektual apa yang kita harus sampaikan dalam bentuk misalnya artikel, jurnal, atau dalam bentuk diskusi yang positif untuk membangun bangsa indonesia. Itu merupakan suatu kewirausahaan.

 

Mungkin kita semua, mahasiswa khususnya, pada saat nanti tamat, what should we do? Apa semua harus jadi wirausaha atau UMKM? Mau kita bekerja dengan siapapun, kita semua harus punya sifat wirausaha. Harus, kenapa? Karena bos nya kita, atasan kita nanti akan melihat value, nilainya kita.

 

'Kenapa saya harus mempekerjakan si A, B, C, lulusan UIN, Unpam, dan lain sebagainya? Karena kita punya nilai tambah. Jadi kalo masuk biasanya ditanya, pekerjaannya apa, jobdesknya apa, KPI nya apa. Kalau bisa kita berpikir lebih. Karena pada suatu saat, kalau kita berpikir lebih perusahaan yang menaungi kita ada masalah, value kita tidak ada masalah. Atau kita mungkin juga di-hire oleh yang bersangkutan. Jadi value kita itu adalah kita. Itu adalah kewirausahaan sejati.

 

Suatu kali kalau kita sudah jenuh dengan pekerjaan itu, pada saat kita keluar, kita juga tahu pada saat rekrut pun kita ingin anak buah kita punya value yang sama. Kenapa UMKM-UMKM itu banyak sekarang karena pandemi dan lain sebagainya cannot make it? Itu ada hubungannya dengan value. Setiap kali kita membuat suatu usaha, kita harus liat value apa yang mau kita put dalam produk atau jasa yang kita mau jual kepada market yang kita tuju.

 

Kalau itu dipandang oleh kita tidak valuable, why you have to sell it? Nah value ini dinamis sifatnya, karena ini seiring dengan lifestyle atau pandangan hidup orang atau gaya hidup kita dan ditiap kota beda-beda. Makanya yang tadi saya tekankan, jadilah 'preman intelektual', karena kalau kita gak berani kelaparan, we do not know whats going in. Karena disitulah, orang tau kita berani turun kelapangan, menjadi majemuk dalam suatu masyarakat karena itu adalah pasar kita, lah kalo kita cuma nyuruh-nyuruh orang ya gak jalan. We don't even know whats going on.

 

Indonesia saat ini adalah host G20 di Bali. Salah satu bahasannya adalah pemuda (Y20) dan bisnis (B20). Nah bisnis yang nanti akan bergabung adalah dari 20 negara dan undangan. Nah apa sih yang dibahas kita sebenarnya? Salah satunya adalah UMKM. 

Sekarang adalah bagaimana kita semua dimanapun bagaimana menggaet semua UMKM berkolaborasi misalnya dengan sekolah-sekolah, kampus, dan lingkungan akademisi untuk menyelenggarakan program kewirausahaan. 

Semua pemuda-pemudi Indonesia, sekali lagi kewirausahaan itu bukan hanya dari sisi kita semua harus berusaha sendiri. Bukan hanya itu, tapi kewirausahaannya dari sifat mandirinya kita, value nilai tambah kita.

 

Saya sebenarnya suka sedih kalau saya diskusi dengan teman, suka kadang-kadang datengnya aja meskipun pakai zoom tapi masih terlambat padahal sudah janjian, dalam hati mau marah tapi harus sedikit tahan, ini secara online, bagaimana offline? Sungguh luar biasa. Namun demikian, kalau di bisnis kita harus on time. 

Kalau kita mau jadi wirausaha yang empatik, kita harus menghargai waktunya orang dan waktu diri. Nah makanya kadang saya suka tegur teman, atau bahkan kakak-kakak dalam grup, 'kalau mau terlambat gak masalah, tapi ya mbok ngomong'. 

Nah itu yang kita harapkan, kita semua paham. Indonesia itu apa sih artinya? Indonesia itu adalah komitmen, konsisten, indonesia itu bangsa yang ingin maju. Kalau kita ingin maju, kita harus berani untuk tangguh dan juga empati. Itulah indonesia.

 

Nah, 270 juta rakyat indonesia ini bukan tergantung orang luar. Tergantung pemuda-pemudi indonesia, bagaimana kita memberi nilai tambah kewiraushaan di dalam diri kita, mental mindset kita untuk maju. Kalau seluruh 270 juta rakyat indonesia punya jiwa kewirausahaan pasti indonesia maju.

 

Kenapa kita harus ngomong by 2045, seratus tahun kemerdekaan indonesia kita akan menjadi nomor lima terbesar dunia? Lho kita ini udah nomer 4 populasi terbesar di dunia kok ga jadi nomor 4? Karena mental pemuda-pemudi indonesia kurang tangguh, kalian ditantang ini masa ga berani bergerak? Tapi sekali lagi, jangan hari pertama datang-menggebu-gebu, hari kedua menyerah, hari ketiga gak nongol atau malah minta amplop. Nah itu, dimana pancasila kita kalau hari ketiga minta amplop? 

Saya selalu ngomong, lu jangan hanya menghafalkan lima sila pancasila, tapi kita renungkan, dan internalisasi  sampai sedalam-dalamnya dan tidak usah lihat tetangga kiri-kanan, cukup berkaca sendiri-sendiri dan lihat apa sih yang kurang di kita, bagaimana kita perbaikinya, itu sudah wirausaha. 

Wirausaha itu kan usaha mandiri, ya intense-kan lah usaha kita, jangan menyuruh orang tua yang ngomong, jangan menyuruh tetangga yang ngomong, jalankan sendiri. Betul, itu usaha mandiri kan? Wira-usaha.

 

Kalau semua orang indonesia punya semangat wirausaha dalam hati dengan dasar pancasila, kalau indonesia gak maju dan jadi negara keempat di dunia secara GDP terbesar baik 2045, sepertinya kita tidak layak disebut Indonesia maju atau Indonesia Pancasila. Dan itu salah siapa? Salah semua orang yang merasa dirinya WNI, semua orang.

 

Menurut pemikiran dangkal saya, daripada kita berdemo di jalan, lebih baik kita mengedukasi masyarakat, baik itu di forum akademik maupun ranah sosial media. Sekali lagi saya sampaikan, preman di jalan, jangan. Tapi jadilah 'preman intelektual', Indonesia Pancasila. Banyak orang 'tua' disana yang berharap dengan kita, generasi milenial. 

Makanya saya masuk ke perguruan tinggi salah satunya selain karena cita-cita, yang positif ini, harapan orang tua kita ini juga bisa tertuang di yang muda karena kita mungkin bisa satu forum dengan semangat egaliter dan komunitarianisme.

 

 Kadang-kadang saya suka berefleksi, wirausaha itu bukan hanya UMKM, bukan hanya menjadi pengusaha, wirausaha itu harus tertanam sejak kita sebenarnya di bangku sekolah atau di bangku universitas. Yang bisa membuat kita maju hanya diri kita, jangan menyalahkan dunia.

 

Terkadang sudah menjadi kebiasaan mahasiswa, bahkan siapapun kalau ketemu orang Indonesia itu paling suka isi barisan paling belakang dulu. Yang isi paling depan itu, yang terpaksa, karena tengah-tengah sama belakang itu sudah penuh. Dan ternyata saya perhatikan lagi, hal itu tidak hanya terjadi di ruangan, tapi di grup whatsapp juga. 

Ada isian untuk menulis daftar nama, nomor 1 sampai 10, nomor 1-6 kosong, nomer 7-10 ada isinya. Jadi nampaknya kita harus bersepakat dengan diri kita, mulai hari ini kalau semua di tarik intisarinya, sebenarnya adalah mengingatkan kembali pesan dari lagu yang sering kita nyanyikan dalam berbagai kegiatan, Indonesia raya, itu bergetar hati kita.

 

Dalam lagu itu beliau W.R. Supratman bilang, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Ada yang pernah bertanya, kenapa gak bangunlah badannya dulu? Karena yang diomongin semuanya balik lagi ke mental.

 

Beberapa anak muda mau mulai bisnis, namun dia itu sendiri. Kalau untuk pelaku usaha ultra mikro itu maklum, karena memang mereka itu survival entrepreneur. Sedangkan kita yang sudah kuliah, apa iya masa survival entrepreneur, sih? Harus opportunity driven dong, harus yang ter-drive oleh peluang. Bukan karena tuntutan perut semata. 

Nah ketika kamu memulai suatu bisnis, sendiri, artinya kita belum berani meyakinkan satu orang lain kalo gagasan kita itu make sense. Betul kan? Betul. Karena kita tidak berhasil bikin orang lain taking the risk with you. Nah, tapi akhirnya apa? Biasanya akhirnya akan gagal sih kalo mulai bisnis sendiri, kalo misal punya dream big, berbisnis sendiri udah barang pasti ujung-ujungnya kemungkinan besar akan gagal.

 

Mahasiswa, terlebih dalam organisasinya. Seperti PMII, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Selayaknya menjadi support group, kita punya tempat sefrekuensi untuk berkumpul. 

Jadi berbicara, validasi ide disini. Mungkin setelah ketemuan sepuluh kali, baru akan terasa ada struman kimia, kayanya kita bisa partneran sama dia nih, kayanya kita satu pemikiran bisnis sama dia nih. Jadi itu pertama ya, validasi ide, itu sangat penting dalam memulai bisnis, yaitu meyakinkan orang lain taking the risk with you, itu yang kedua. Dan yang ketiga, untuk anak muda saya sangat rekomendasikan untuk punya mentor yang lebih tua. Karena satu lagi, biasanya mentor yang bagus itu sibuk banget, betul kan? 

Jadi kalo kita berhasil yakinkan mentor, pertama yakinkan co-founders dulu nih, terus diskusi serius, bikin deck, bikin produk, mulai jualan, mulai catat, ada revenues segini-segini, pihak berikutnya sebelum meyakinkan investor, berapa valuasi perusahaan kamu nih? Misal dua miliar untuk 10% saham, wah itu sangat luar biasa. Valuasinya hebat sekali kamu belum apa apa, pasti ujarnya.

 

Namun demikian, kalau bisa jangan lompat. Sebelum yakinkan investor, yakinkan mentor terlebih dahulu. Sehingga nama mentor tersebut bisa ada di dek kita sebagai advisor. Karena peran mentor ini sangat penting ilmunya, bertahun-tahun ilmunya dengan berbagai pengalaman sebelum kita ambil keputusan strategis, validasi dulu dengan mentor. Karena mentor ini kalo dari pengalaman yang saya tahu, sangat mempengaruhi kualitas keputusan pengusaha muda. Punya mentor sangat meningkatkan kualitas keputusan bisnis pengusaha muda, dan lain sebagainya.

 

Di akhir saya sampaikan bahwa di Indonesia yang saat ini kuliah itu hanya sekitar 2% dari total penduduk[1], 1,8 juta mahasiswa berbanding dengan 273,5 juta penduduk Indonesia[2], terlebih yang bisa kuliah di UIN Jakarta hanya nol koma sekian persen. Kita sangat istimewa, kenapa daripada kita bikin sendiri opak kenapa kita ga bergaul dengan satu komunitas desa yang jago bikin opak? Kita yang urusin brandingnya, yang urusin digital marketingnya. 

Jadi connecting the potentials itu ruang kita, do that, lakukan itu. Simpulan-simpulan perdagangan kita itu banyak yang tersendat karena masalah standar. Ini adalah sebuah masalah yang sangat strategis Indonesia, uang menumpuk di kota melulu. 

Jadi bagaimana bikin bisnis yang bikin uang flowing from city to village, jadi anak muda desa tidak usah ke kota lagi, kita hubungkan kaum 'jelita' dan juga 'jelata'. Isu strategis berikutnya, kalau masalah tadi tidak dipecahkan, maka masalah urbanisasi akan semakin menjadi-jadi. 

 

Wallahul muwwafiq illa aqwa mith thariq.

Sumber data:

[1] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/27/mahasiswa-baru-indonesia-naik-2013-pada-2019

[2] https://www.bps.go.id/indicator/12/1886/1/jumlah-penduduk-hasil-proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun