Mohon tunggu...
Achmad Fakhrurrozi
Achmad Fakhrurrozi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Siaaapp

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa KKN UM Menyumbangkan Pola Batik Paten Khas Polowijen

3 Februari 2020   14:59 Diperbarui: 3 Februari 2020   14:55 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malang, Mahasiswa KKN  jurusan seni dan  desain dari Universitas Negeri Malang mennyumbangkan pola batik paten khas polowijen dengan membatik bersama sama yang di dampingi oleh salah satu pembatik di kampung budaya polowijen dan di hadiri oleh seluruh mahasiswa KKN. 

Membatik berlangsung di Kampung Budaya Polowijen pada Sabtu (04-01-2020). Membatik ini merupakan salah satu rangkaian proker yang di adakan oleh mahasiswa KKN untuk belajar menciptakan sebuah produk budaya asli Indonesia, yaitu batik. 

Selain itu Motif batik yang digunakan adalah motif khas dari kampung polowijen diantaranya motif kendedes dan motif topeng malangan yang akan menjadi pola batik paten khas polowijen.

Pertama tama yang dilakukan adalah membuat desain batik di kertas A3 kemudian di aplikasikan ke Kain batik yang berukuran 2m x 1,5 m dan dua buah slayer. Alat alat yang digunakan untuk membatik seperti kompor, wajan, canting, malam, gawangan dan minyak tanah sudah disediakan semua oleh pihak kampung budaya polowijen.

Selepas menggambar motif di kain, kemudian melakukan proses selanjutnya yang dikenal sangat rumit, yaitu pencantingan. Pencantingan merupakan proses menempelkan malam pada kain sesuai motif yang telah kita gambarkan ke kain. Malam panas yang ditempelkan ke kain nantinya akan menjadi motif kain batik yang telah jadi.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Proses selanjutnya adalah mewarnai menggunakan pewarna remasol, pewarnaan diaplikasikan menggunakan kuas. setelah pewarnaan kemudian kain di  water glass, kegunaan dari water glass adalah untuk memperkuat warna agar tidak hilang saat proses ngelorod batik. Proses akhir dari membatik adalah ngelorot yang di celupkan kedalam air panas.

Tujuannya adalah untuk melunturkan malam yang telah dicanting, sehingga motif yang digambarkan tadi akan jelas terlihat. Kain yang telah diwarnai dan dilunturkan kemudian dibersihkan dan dijemur. Kain yang telah kering inilah yang menjadi kain  khas polowijen dan menjadi pola batik paten kampung powijen, kemudian diserahkan pada kampung budaya polowijen.

Penulis : Cindy pramesti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun