"Tidak. Kau, Barjana. Lelaki brengsek yang memutus cintaku sesudah kau dinikahkan ayahmu dengan Surtini, anak juragan mebel. Lelaki yang membuat anak penjual tiwul ayu ini bertaruh nasib di Jakarta karena kemiskinannya."
"Aku tidak sebrengsek yang kau kira, Dar." Barjana menggenggam jari jemari Darsini erat-erat. "Aku ingin menebus kesalahanku denganmu di masa lalu. Aku ingin menebus kesalahan Darmaji anakku yang telah menghilangkan uangmu. Aku ingin menikahimu."
Darsini melepaskan jari-jemarinya dari genggaman Barjana. Berdiri. Meninggalkan Barjana. Meninggalkan rumah yang masih beraroma bunga tabur dan kemenyan. Berjalan di bawah cahaya purnama. Bayangannya lenyap di balik tikungan jalan yang lengang kendaraan.
Barjana yang mengikuti Darsini kehilangan jejak. Sepulang di rumah sewaktu matahari awal Desember terbit, ia mendengar kabar dari orang-orang kalau Darsini bunuh diri di kuburuan Darmaji seusai menulis status di WhatsApp, "Aku ingin hidup damai di surga di sisi kekasihku. Darmaji."
Taman Kuliner Wonosari, 1 Desember 2019
- Sri Wintala Achmad -
Cerpen ini dimuat di Kedaulatan Rakyat Minggu, 8 Desember 2019