PASKA pemerintahan Dyah Samaragriwa (Dyah Samaratungga), Rakai Pikatan Mpu Manuku (Dinasti Sanjaya) yang merupakan suami Pramodhawardhani (Dinasti Sailendra) tersebut naik tahta sebagai raja Medang. Karenanya, banyak sejarawan menyatakan bahwa keberhasilan Mpu Manuku menjadi raja Medang sebagai wujud kebangkitan kekuasaan Dinasti Sanjaya sesudah rekonsiliasi dengan Dinasti Sailendra
Semasa pemerintahan Mpu Manuku (838-855), ibukota Medang yang semula berada di Bhumi Mataram dipindahkan ke Mamrati atau Mamratipura (Prasasti Wantil). Dari sumber inilah, Mpu Manuku dikenal dengan nama Rakai Mamrati yang artinya Penguasa Daerah Mamrati.
Silsilah Mpu Manuku
Merujuk pada penafsiran De Casparis, Rakai Pikatan Mpu Manuku merupakan putra dari seorang penguasa di daerah Garung (Rakai Garung) yakni Dang Karayan Patapan Sida Busu Pelar (Prasasti Gandasuli -- 832). Seorang raja bawahan Medang (Prasasti Kayumwungan) yang mendapat hadiah dari Dyah Samaragriwa berupa beberapa desa bebas pajak (sima swatantra) karena turut merawat bangunan Jinalaya (Candi Borobudur).
Oleh Dyah Samaragriwa, Mpu Manuku yang berasal dari Dinasti Sanjaya itu dinikahkan dengan Pramodhawardhani. Dari pernikahannya dengan Pramodhawardhani, Mpu Manuku memiliki putra bernama Rakai Gurunwangi Dyah Saladu (Prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (Prasasti Wantil).
Selain menjadi suami Pramodhawardhani, Mpu Manuku merupakan suami Rakai Watan Mpu Tamer. Hasil pernikahannya dengan Mpu Tamer, Mpu Manuku memiliki putra bernama Rakai Watuhumalang Mpu Teguh yang menjabat sebagai raja Medang paska pemerintahan Dyah Lokapala.
Makar Mpu Kumbhayoni
Tidak ada sumber sejarah yang menyebutkan secara detail tentang siapakah Mpu Kumbhayoni. Beberapa sumber sejarah hanya menyebutkan bahwa Mpu Kumbhayoni merupakan penguasa daerah Walaing. Sebab itu, Mpu Kumbhayoni dikenal dengan Rakai Walaing.
Berdasarkan beberapa sumber sejarah bahwa Mpu Kumbhayoni mengaku sebagai keturunan Dinasti Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Kumbhayoni berhasrat besar untuk merebut wilayah Medang dari tangan Mpu Manuku melalui jalur makar.
Selama melakukan makar, Mpu Kumbhayoni membangun pertahanan di bukit Ratu Baka. Pernyataan ini berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan di bukit Ratu Baka dengan menyebut nama Mpu Kumbhayoni. Akan tetapi, makar yang dilakukan Mpu Kumbhayoni mengalami kegagalan sesudah berhasil ditumpas oleh Dyah Lokapala (putra bungsu Mpu Manuku).