PECINTA wayang niscaya mengetahui tokoh Kresna yang dikisahkan dalam wiracarita Mahabharata India dan Pakeliran Jawa. Seorang tokoh protagonis yang dikenal sebagai jelmaan dari Sang Hyang Bathara Wisnu, penasihat Kerajaan Indraprasta, dan botoh Pandawa dalam Baratayuda.
Sebagai manusia jelmaan Sang Hyang Bathara Wisnu, Kresna memiliki keteguhan jiwa dan melawan kejahatan. Karena pribadi emasnya tersebut, Kresna dikenal sebagai rohaniwan agung dan juru selamat bagi umat manusia. Manusia yang senantiasa memelihara alam semesta agar dalam suasana damai.
Sungguhpun sebagai titisan Wisnu, namun Kresna yang  masih terikat dengan pengaruh duniawi tersebut niscaya masih bertindak kurang elok yang tidak layak diteladani manusia. Menurut hemat penulis, tindakan tidak elok Kresna tersebut pernah muncul sebelum dan sewaktu meletus perang suci Baratayuda di Rimba Kurukasetra.
Baca juga : Strategi Hoaks Prabu Kresna Membunuh Durna
Berbuat Benar dengan Cara Tidak Benar
KITA masih ingat dengan kisah Raden Sahid (Sunan Kalijaga) yang pernah menjadi begal untuk kemaslahatan orang-orang miskin. Bila masih ingat cerita itu, kiita akan menyamakannya dengan kisah Kresna, begal dari Hutan Wanamarta.Â
Kepada orang-orang kaya Mandura yang melewati hutan itu, Kresna merampas hak milik mereka. Hasil rampasannya itu diberikan kepada orang-orang miskin.
Sebagaimana wejangan Sunan Bonang kepada Raden Sahid, wejangan Resi Bisma kepada Kresna pula berisikan bahwa berderma pada orang-orang miskin itu baik. Tapi bila cara untuk mendapatkan harta benda yang akan didermakan dengan merampok, maka tidak ubahnya mencuci pakain dengan tinja.Â
Pakaian tidak menjadi bersih, namun justru semakin kotor, berbau, dan menjijikan. Karenanya, Resi Bisma memerintahkan Kresna untuk membebaskan orang-orang tertindas di bawah kekuasaan raja raksasa Prabu Narasinga itu dengan cara yang benar.
Baca juga : Kematian Kresna
Sebagai Penasihat Perang yang Licik
TUDINGAN Kresna sebagai penasihat Pandawa yang licik dapat dibuktikan sewaktu pecah perang Baratayuda. Manakala Resi Drona unggul di medan laga dan tidak tertandingi oleh para panglima perang Pandawa, Kresna menyarankan Yudistira untuk berbohong. Menjawab pertanyaan Resi Drona bahwa yang tewas di medan laga bukan gajah Aswatama, melainkan Aswatama putranya.
Kelicikan berikutnya yang dilakukan Kresna sewaktu terjadi perang antara Setyaki dan Burisrawa. Pada saat itu, Setyaki sudah dalam cengkeraman Burisrawa. Melihat kenyataan itu, Kresna memerintahkan Arjuna untuk memanah sehelai rambut yang diarahkan ke tubuh Burisrawa.Â
Karena perintah Kresna, Arjuna yang baru kehilangan putra kesayangannya yakni Abimanyu itu melaksanakan. Terlepaslah panah dari busur Arjuna. Menembus dada Burisrawa. Merasakan cengkeraman Burisrawa pada tubuhnya kian mengendor, Setyaki bangkit dan memukulkan gada ke kepala Burisrawa. Tewaslah Burisrawa berkat kelicikan Kresna.
Baca juga : Kresna dan Pecahnya Bharatayuda
Kelicikan Kresna tidak hanya sampai di situ. Sewaktu terjadi perang antara Arjuna dan Karna. Sejatinya Ajurna akan kesulitan membunuh Karna kalau perang mereka berdasarkan aturan-aturan Baratayuda.Â
Namun karena kelicikan Kresna, Arjuna diperintahkan untuk melepaskan anak panah ke leher Karna, saat kereta Karna terperosok ke lubang berlumpur. Hinggga berakhirlah riwayat kehidupan Karna. [Sri Wintala Achmad]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H