SERAT Kalatidha yang merupakan gubahan Raden Ngabehi Ranggawarsita III melukiskan tentang keadaan Zaman Gemblung. Zaman di mana manusia dihadapkan pada pilihan dilematis yang merepotkan. Sehingga Zaman Gemblung bisa diidentikkan zaman bingung atau zaman kegelapan.
Kandungan Serat Kalatidha
Serat Kalatidha karya R.Ng. Ranggawarsita III yang ditulis dalam bentuk tembang macapat pupuh Sinom tersebut terdiri dari 12 pada. Berikut adalah kandungan Serat Kalatidha yang telah penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:
Keadaan negara yang demikian merosot. Karena tidak ada lagi yang memberi tauladan. Banyak yang meninggalkan norma-norma kehidupan. Para cerdik pandai terbawa arus zaman yang penuh keragu-raguan. Suasana mencekam. Karena dunia sudah penuh masalah.
Sebenarnya baik raja, patih, pimpinan lainnya maupun para pemuka masyarakatnya. Semuanya baik. Tetapi tidak menghasilkan kebaikan. Hal ini karena kekuatan zaman kalabendu. Justu semakin menjadi-jadi. Masalah semakin banyak. Pendapat orang satu negara berbeda-beda.Â
Hati rasanya menangis penuh kesedihan karena dipermalukan. Karena perbuatan seseorang yang seolah memberi harapan. Karena ada pamrih untuk mendapatkan sesuatu. Karena terlalu gembira sang pujangga kehilangan kewaspadaan.
Karena terlalu banyak kabar angin yang beredar. Akan diposisikan sebagai pimpinan. Tetapi akhirnya justru ditaruh di belakang dan dilupakan. Sebenarnya kalau direnungkan. Apa manfaatnya menjadi pimpinan. Kalau hanya menebar benih kesalahan. Lebih-lebih bila lupa. Hasilnya hanya mengakibatkan kesusahan.
Menurut para ahli sastra. Sebenarnya sudah ada peringatan. Di zaman yang penuh musibah ini. Orang yang berbudi akan ditinggalkan. Demikian pula kalau kita perhatikan. Apa manfaatnya percaya pada desas-desus. Lebih baik menulis kisah lama.
Kisah ini bisa dijadikan cermin dalam menimbang hal-hal baik dan buruk. Sebenarnya banyak kisah lama yang dapat dijadikan contoh. Mengenai masalah-masalah dalam kehidupan. Setelah ketemu akhirnya bisa berserah diri pada kehendak takdir atas hal-hal elok yang terjadi.
Mengalami hidup pada zaman edan. Memang serba repot. Ikut edan hati tidak sampai. Kalau tidak mengikuti. Tidak kebagian apa-apa. Akhirnya bisa kelaparan. Namun sudah menjadi kehendak Allah. Bagaimanapun beruntungnya orang yang lupa. Masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada.