Sadewa
Sadewa merupakan putra Dewi Madrim yang lahir berkat benih dari Dewa Aswin. Sadewa memiliki saudara kembar bernama Nakula. Pada perang Baratayuda, Sadewa dan Nakula memiliki andil besar dalam menaklukkan Prabu Salya. Sesudah kelemahan Prabu Salya dilaporkan oleh Sadewa dan Nakula, maka Yudistira dapat membunuh Prabu Salya yang berpihak pada Korawa dengan pusaka Kalimasada.
Sebagai titisan dari Bambang Sukaca, Sadewa memiliki sifat cerdas dan mengetahui sesuatu yang bakal terjadi (ngerti sadurunge winarah). Dengan kelebihannya itu, Sadewa sering dimintai pendapatnya oleh Prabu Yudistira di dalam menjatuhkan suatu keputusan. Oleh para putra Pandawa, Sadewa sering dijadikan panutan karena nasihat-nasihat dan perilakunya yang baik.
Hanoman
Dalam Pewayangan Jawa, Hanoman disebut sebagai putra Sang Hyang Bathara Guru yang lahir dari rahim Dewi Anjani. Hanoman yang dikenal dengan Resi Mayangkara itu tidak berwujud manusia, melainkan berwujud kera berpulu putih yang memiliki kesaktian sangat luar biasa.
Sebagai siswa dari Sang Hyang Bathara Bayu, Hanoman yang memiliki kesaktian dan ajian Maundri itu diangkat oleh Rama Wijaya sebagai senapati perang. Dalam perang antara Ayodia dan Alengka, Hanoman tidak hanya membunuh panglima-panglima sakti dari pihak musuh, melainkan pula turut membinasakan keangkaramurkaan Rahwana sesudah Raja Alengka itu terkena panah Guwawijaya yang dilesatkan oleh Rama Wijaya.
Semar
Semar yang sesungguhnya dewa bernama Sang Hyang Ismaya itu merupakan putra dari Sang Hyang Tunggal. Sesudah gagal mengikuti sayembara menelan dan mengeluarkan Gunung Jamurdipa dari perutnya sebagai persyaratan menjadi Raja Kahyangan Jong Giri Saloka, Semar turun di dunia untuk menghamba dan menjadi pamomong keturunan Manumanasa.
Sekalipun berstatus sebagai kaum sudra, Semar tidak miskin secara mentalitas. Disamping itu, Semar yang berkepribadian baik itu selalu mengajarkan ilmu-ilmu kearifan pada keluarga Pandawa. Sehingga oleh keluarga Pandawa, Semar kemudian dianggap sebagai pusaka yang layak dihormati. Keberadaannya di Negeri Indraprasta, Semar sering menjadi perisai atas serangan berbahaya dari Bathara Kala yang selalu berusaha untuk menyantap para Pandawa.
Catatan Akhir
Melalui sepuluh tokoh wayang berkarakter baik yang telah sekilas diuraikan di muka, diharapkan pembaca akan dapat mengambil manfaatnya. Selain mampu mengenal lebih jauh tentang ke seluruh tokoh wayang, pembaca akan meneladani perilaku mereka. Suatu perilaku positif yang berpotensi memberikan kontribusi dalam membangun kepribadian dan mentalitas bangsa.