Jawa
BERBICARA tentang Jawa dapat mengacu pada nama pulau, wilayah budaya, serta spirit. Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Jawa meliputi provinsi Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, dan Daerah Khusus Ibukota.
Sebagai wilayah budaya dengan dicirikan pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat, Jawa hanya terbatas pada wilayah Provinsi Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakara, dan Provinsi Jawa Tengah. Di mana masyarakat dari ketiga wilayah tersebut menggunakan bahasa Jawa dengan perincian, sebagai berikut:
- Masyarakat Provinsi Jawa Timur menggunakan Bahasa Jawa Pangarekan.
- Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian masyarakat Provinsi Jawa Tengah menggunakan Bahasa Jawa Mataram.
- Sebagian masyarakat Provinsi Jawa Tengah (khususnya: Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Brebes, Tegal, dll) menggunakan Bahasa Jawa Panginyongan atau Bahasa Jawa Ngapak.
Bila mengacu pada spirit, Jawa selalu diidentikkan dengan jiwa dari orang Jawa itu sendiri. Karenanya seseorang dianggap sebagai orang Jawa bila memiliki jiwa Jawi. Artinya, orang tersebut memiliki karakter serta pandangan hidup (filsafat) yang selaras dengan ajaran para leluhur Jawa baik yang dituturkan secara lisan maupun ditulis dalam bentuk karya sastra.
Terdapat sumber lain yang menyebutkan bahwa seseorang dianggap sebagai orang Jawa apabila menerapkan prinsip-prinsip ke-Jawa-an di dalam kehidupan kesehariannya. Adapun, prinsip-prinsip ke-Jawa-an tersebut dapat ditunjukkan ke dalam beberapa ciri, sebagai berikut:
Sangat Permisif
Orang Jawa sangat permisif terhadap berbagai pengaruh dari luar, namun tanpa mengorbankan karakter aslinya. Sebagai misal, orang Jawa banyak yang menganut agama Islam, Nasrani, Hindu, atau Buddha; namun karakternya sebagai penganut animisme dan dinamisme yang ditunjukkan melalui upacara-upacara tradisi, semisal: labuhan, nyadran, ruwatan, slametan orang meninggal, jamasan pusaka, dll masih sering dilakukan.
Mengagungkan Seni Adiluhung
Orang Jawa cenderung mengagungkan seni adiluhung, semisal: wayang, tari, kesusastraan, seni batik, seni bangunan dsb. Dari kecenderungan tersebut dapat disimpulkan bahwa keindahan bagi orang Jawa lebih bersifat impresif (spiritual) yang mengarah pada kesadaran transendental ketimbang bersifat ekspresif (fisikal) yang cenderung berorientasi pada material.
Menyukai Ulah Batin
Orang Jawa menyukai olah batin (olah cipta, olah rasa, dan olah karsa) yang dapat ditempuh dengan melalui tri brata (tiga laku prihatin), yakni: lelana brata (olah batin yang dilakukan dengan jalan mengembara dari tempat satu ke tempat lain), mesu brata (olah batin yang dilakukan dengan jalan berpuasa yang mengarah pada pengendalian nafsu), dan tapa brata (olah batin yang dilakukan dengan jalan bersamadi). Tujuan dari tri brata ini untuk mendapatkan pencerahan batin. Suatu bekal di dalam memahami sangkan paraning dumadi (asal dan tujuan kehidupan), manunggaling kawula klawan Gusti (penyatuan kosmis antara hamba/mikro-kosmis dengan Tuhan/makro-kosmis), serta kasampurnaning dumadi (kesempurnaan dalam hidup).