Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjelang Lebaran, Dari Ketupat hingga Refleksi Diri

13 Juni 2018   22:28 Diperbarui: 13 Juni 2018   22:53 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, ketiga macam ketupat -- Ketupat Luwar, Ketupat Sinto, dan Ketupat Tumpeng -- yang dibuat selongsongnya, dimasak, dan dikendurikan selepas maghrib pula memiliki makna filosofis yang berkaitan dengan Lebaran. Di mana Ketupat Luwar dimakna bahwa Lebaran menandakan terbebasnya dosa umat Islam kepada Alllah serta kesalahan kepada sesamanya. Ketupat Sinto (yoni) dan Ketupat Tumpeng (lingga) mengandung makna bahwa Lebaran telah mendinamisasikan hubungan antara manusia dengan Allah.

Selepas maghrib, seluruh warga datang ke rumah ketua RT dengan membawa ketupat. Mereka berdoa agar ibadah puasa yang dilakukan umat Islam pada bulan suci Ramdhan mendapat anugerah Allah. Semoga ibadah mereka menjadi berkah yang mengarah pada kerukunan warga.

Melakukan Takbiran 

MALAM menjelang takbiran, umat Islam tidak lagi menjalankan salat tarawih. Sesudah menunaikan jamaah isya', mereka melakukan takbiran baik dilakukan di masjid maupun dilaksanakan dengan berkeliling kota, desa, atau kampung.   

http://sangpencerah.id
http://sangpencerah.id
Bila mencermati takbiran keliling yang dilakukan umat Islam di masa sekarang dengan masa lalu sangat berbeda suasananya. Takbiran di masa lalu sangat kental dengan suasana sakral dan khusyuk. Karena arakan rombongan takbiran yang berjalan kaki mengelilingi kampung dengan membawa oncor itu mengagungkan nama Allah tanpa pengeras suara (loudspeaker) dan tanpa ledakan petasan.

http://palembang.tribunnews.com
http://palembang.tribunnews.com
Seiring perkembangan zaman, suasana sakral dan khusyuk takbiran keliling di masa lalu itu sekarang sulit untuk dirasakan kembali. Mengingat takbiran keliling sekarang sudah menggunakan mobil hias, motor, loudspeaker, dan sepanjang jalan meledakkan petasan. Sehingga bukan suasana sakral dan khusyuk yang terbangun, melainkan suasana hingar bingar serupa pesta pawai. Akibatnya takbir yang substansinya mengagungkan nama Allah terkesan mulai berkurang energi kesakralan dan kekhusukannya.

Refleksi Diri

MUNCUL pendapat bahwa tidak ada kegiatan menjelang Lebaran yang paling tinggi nilainya selain melakukan refleksi diri. Melalui refleksi diri, umat Islam akan meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah dan semakin peduli dengan lingkungan sosialnya.

Dengan melakukan refleksi diri, umat Islam akan memahami bahwa ibadah puasa yang hakikatnya untuk mengendalikan hawa nafsu niscaya dilakukan kapan dan di mana saja. Sehingga umat Islam yang berhasil menyatukan spirit Ramadhan di dalam jiwanya tidak pernah merasa ditinggal atau meninggalkan bulan penuh berkah itu.

-Sri Wintala Achmad-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun