Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Wacana Ramadan, dari Warung Makan hingga Toleransi

25 Mei 2018   20:24 Diperbarui: 25 Mei 2018   20:37 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BANYAK wacana klasik selalu mewarnai bulan Ramadhan. Wacana-wacana tersebut mulai dari persoalan melonjaknya harga Sembako (sembilan bahan pokok), petasan yang sering memakan korban jiwa, perbedaan jumlah rakaat dalam salat tarawih, Tabungan Hari Raya (THR), tiket mudik, kemacetan lalu-lintas ketika mudik (pulang kampung), persiapan lebaran, hingga membeli baju baru.

Pro dan Kontra Perihal Warung Makan

SELAIN wacana-wacana di muka, warung makan yang buka siang hari pada bulan Ramadhan sering menjadi bahan pembicaraan sebagian orang. Tentu, pembicaraan dari orang-orang dengan latar belakang berbeda tersebut menimbulkan pro dan kontra.

Bagi orang-orang yang kontra terhadap warung makan yang buka siang hari pada bulan Ramadhan berdalaih, "Pengusaha warung makan yang sengaja buka siang hari tidak menghormati kaum muslim yang tengah menjalankan ibadah puasanya."

Sementara, orang-orang yang pro berpendapat, "Pengusaha warung makan boleh buka siang hari pada bulan Ramadhan, asal tidak ditunjukkan secara blak-blakan (mencolok) pada kaum muslim yang tengah berpuasa. Ngono ya ngono, ning aja ngono!"

Perbedaan pendapat di muka memunculkan pendapat lain dari sebagian anggota masyarakat. Menurut  mereka bahwa sebelum menjawab apakah warung makan boleh buka atau tidak saat siang hari pada bulan Ramadhan, sebaiknya memahami dulu mengenai substansi berpuasa.

Bila berpuasa, menurut mereka, dimaknai sebagai media pendekatan spiritual antara hamba dengan Khaliq-nya dengan mengendalikan keempat hawa nafsunya, warung makan boleh buka siang hari. Mengingat ia yang telah militan dalam berpuasa tidak silau dengan godaan apapun. Baginya, warung makan buka atau tutup pada siang hari tidak memiliki korelasi dengan puasanya."

Toleransi Kedua Belah Pihak

SEKALIPUN terdapat sebagian masyarakat yang pro, namun penguasa warug makan yang mencari penghasilan siang hari pada bulan Ramadhan tetap menghormati kepada kaum muslim. Di mana setiap bulan Ramadhan, mereka diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.  

Bagi kaum muslim hendaklah pula memberikan kesempatan kepada penguasa warung makan untuk berjualan pada siang hari. Sehingga sikap toleransi dari kaum muslim tersebut semakin menciptakan suasana teduh, sejuk, dan damai pada bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah bagi setiap umat yang hidup di muka planet bumi.

-Sri Wintala Achmad-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun