Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Target Puasa, Meningkatkan Ketakwaan dan Keimanan

16 Mei 2018   00:06 Diperbarui: 16 Mei 2018   00:14 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SETIAP tindakan niscaya memiliki target yang akan dicapai. Sebagaimana di dalam melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat Islam niscaya memiliki target. Tanpat target, puasa yang tidak didasari motivasi kuat mudah tergoyahkan. Mudah membatalkan puasa ketika melihat segarnya minuman atau nikmatnya makanan di waktu siang.

Diyakini bahwa setiap umat Islam memiliki target berbeda saat melaksanakan puasa. Namun bagi mereka yang telah sampai pada pemahaman tertingi terhadap makna puasa niscaya menjadikannya sebagai media peningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah. Sungguhpun puasa sendiri bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan kesehatan  baik jasmani maupun rohani.

Karena berpuasa di bulan Ramadhan semata dipersembahkan bagi Allah, umat Islam tidak perlu membanggakannya di hadapan orang lain. Mereka pun tabu untuk memerlihatkan wajah pucat dan tubuh lesu pada siapapun. Mereka yang tidak berharap iba atau pujian dari pihak lain senantiasa menjadikan puasanya sebagai pengabdian total pada Allah. Imbalan dari Allah pun tidak mereka dambakan. Satu yang mereka dambakan agar dekat dengan Allah, Kekasih Abadi.

Meneladani Narayana

BAGAIMANA agar puasa di bulan Ramadhan mampu meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah?

Menurut pendapat penulis yang mengacu pada pergelaran wayang purwa lakon Narayana Winisuda oleh Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji Pamungkas, agar puasa dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah hendaklah meneladani Narayana (Kresna, raja Dwarawati). Seorang sais yang mampu mengendalikan empat kuda penarik kereta Kiai Jaladara, yakni: Kiai  Bramasakti (merah), Kiai Jantaka (hitam), Kiai Sugriwa (kuning), dan Kiai Ciptawilaha (putih).

http://albumgaleriywayangku.blogspot.co.id/
http://albumgaleriywayangku.blogspot.co.id/

Dalam konteks puasa, Narayana melambangkan spirit dan tekad yang bulat. Kiai Jaladara melambangkan raga manusia. Sementara, empat kuda melambangkan nafsu manusia yakni amarah (Kiai Bramasakti), aluamah (Kiai Jantaka), Supiyah (Kiai Sugriwa), dan mutmainah (Kiai Ciptawilaha).

Karenanya bagi umat Islam yang puasanya dapat mencapai target dalam meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah seharusnya memiliki tekad bulat seperti Narayana di dalam mengendalikan kekuasaan keempat nafsu atas raganya. Tanpa mampu mengendalikan mereka, puasa tidak akan sampai pada tujuan utamanya.

Meneladani Kupu dan Dewi Sukesi

SIAPA tidak ingin dilambangkan sebagai seekor kupu dengan warna sayap yang anggun? Tentu semuanya ingin. Akan tetapi untuk dilambangkan sebagai seekor kupu yang memesona pada setiap orang tidak mudah. Karena sebelum menjadi kupu; ia harus menjadi telor, ulat yang menjijikan dan menakutkan, serta menjadi kepompong layaknya seorang pertapa.

http://must-put.blogspot.co.id
http://must-put.blogspot.co.id
Dalam konteks bahasan, seekor kupu melambangkan umat Islam yang berhasil melaksanakan puasa. Suatu ibadah yang dilakukan dengan menihilkan seluruh kehendak nafsu duniawi sesudah hidup penuh dosa sebagaimana dilambangkan dengan ulat. Makhluk yang dijauhi karena menakutkan dan berbahaya.

https://shiseptiana.deviantart.com
https://shiseptiana.deviantart.com
Laku hidup seekor kupu tidak ubah dengan laku yang ditempuh Dewi Sukesi. Sebelum menjadi putri jelita, Sukesi yang berwujud raksasa tersebut harus mengamalkan ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu dari Begawan Wisrawa. Suatu ajaran yang mewajibkan pada Sukesi untuk mengendalikan hawa nafsu (melepas nafsu raksasa)-nya agar hidupnya menjadi sempurna.

Kasampurnaning Dumadi

DARI uraian di muka bisa disebutkan bahwa target puasa yang dilakukan umat Islam sebenarnya untuk mencapai kasampurnaning dumadi (kesempurnaan hidup) dengan memahami makna sangkan paraning dumadi (muasal dan tujuan hidup) serta berpijak pada spirit manunggaling kawula-Gusti (kemanunggalan manusia dengan Tuhan). Inilah puncak ketakwaan dan iman.

Dengan demikian, umat Islam yang menunaikan ibadah puasa hanya berdasarkan motivasi rubuh-rubuh gedhang (mengikuti orang lain tanpa tahu tujuan) dan membanggakan diri di depan publik, hanya mendapat dahaga dan lapar. Mereka akan senasib daun kering yang terbawa air sungai tanpa tahu ke mana muaranya.  Sia-sia! [Sri Wintala Achmad, pemerhati tradisi-budaya Jawa]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun