SEBAGIAN masyarakat Jawa melakukan tradisi nyekar kepada leluhur yang telah meninggal sehari atau dua hari sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini bertujuan untuk mendoakan para leluhur yang meninggal agar mendapat ampunan dari Allah. Mengingat mereka yakin bahwa pada bulan ramadhan, Allah akan membuka pintu ampunan kepada seluruh umatnya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Tradisi lain yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa yakni meminta maaf baik kepada anggota keluarga, tetangga, maupun kerabat. Hal ini ditujukan agar mereka tidak menanggung kesalahan pada pihak lain yang akan menjadi kotoran selama berpuasa.
Catatan Akhir
Desa mawa cara negara mawa tata. Demikian peribahasa Jawa yang mengandung makna bahwa setiap desa dan negara memiliki tata cara berbeda. Karenanya apa yang penulis uraikan di muka sekadar menggambarkan tentang pelaksanaan tradisi Jawa sebelum datangnya bulan Ramadhan. Suatu tradisi khas umat Islam di lingkup kehidupan masyarakat Jawa yang masih peduli dengan budaya leluhurnya.
Memang diakui bahwa tradisi padusan, punggahan, dan nyekar mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Jawa dikarenakan alasan tertentu. Sungguhpun tradisi tersebut sekadar dimaknai sebagai simbol dan tidak merefleksikan praktik persekutuan mereka dengan syetan. Akan tetapi, persoalan ini tidak perlu dipertentangkan. Biarkan tradisi tersebut berlangsung dengan nut jaman kelakone. Mengalir seirama waktu dan zamannya. [Sri Wintala Achmad, pemerhati tradisi dan budaya Jawa]Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI